Tak Perlu Meragukan Kekuatan Ekonomi China
China melonggarkan kebijakan tentang Covid-19. “Akan ada mobilitas longgar untuk warga dan aliran barang. Pemulihan dalam seluruh aspek ekonomi akan meningkat. Vitalitas akan terdorong,” kata Yin Yanlin.
"Warga China itu berani dan memiliki keinginan kuat untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Faktor tersebut memberi momentum dan menjadi kekuatan pendorong pembangunan. Langkah lanjutan menuju modernisasi tidak akan terhentikan,” kata Yin Yanlin, seperti dikutip media China, The Global Times, 24 Desember 2022.
Itulah dasar keyakinan China sekaligus melandasi semangat pembangunan jangka panjang. Seiring dengan situasi sekarang, Yin menambahkan, ada tiga faktor yang tak terduga dan memberi efek negatif pada pertumbuhan ekonomi China. Salah satunya, yaitu pandemi Covid-19 yang tetap menghantui China di pengujung 2022.
Faktor lainnya adalah lingkungan internasional yang sedang diwarnai invasi Rusia atas Ukraina dengan efek global. Faktor ketiga ialah Barat yang sedang mengetatkan sektor moneter, ditambah aksi AS yang gencar membendung pembangunan China, termasuk lewat gangguan terhadap impor asal China. AS juga mencoba menganggu China lewat pelarangan ekspor cip ke China.
Baca juga : China Penyelamat Ekonomi Dunia Sekaligus Menumpulkan Sanksi AS
Akibatnya, ekspor China sepanjang 2022 dipastikan menurun. Ekspor China, yang biasanya meningkat menjelang Natal, pada 2022 ini menghadapi kelesuan besar. Inflasi global turut mendorong konsumen Barat mengurangi pembelian dari China, kata Bruce Pang, ekonom dari Jones Lang Lasalle. “Tradisi ekspor yang meningkat menjelang Natal tidak terjadi pada 2022,” kata Pang.
“Tekanan tidak pernah terjadi sebesar sekarang ini,” kata Qi Yong, eksportir produk elektronik berbasis di Shenzhen untuk tujuan pasar Eropa. Jin Chaofeng, eksportir mebel rotan yang berbasis di Hangzhou, juga merasakan penurunan permintaan dari AS.
Dari semua tujuan ekspor China, hanya ke ASEAN yang mengalami peningkatan 20 persen selama periode Januari-Oktober 2022, dibandingkan dengan periode serupa pada 2021. Kementerian Luar Negeri China, 29 Januari 2022, menuliskan bahwa pada 2021 volume neraca perdagangan bilateral ASEAN-China 878,2 miliar dollar AS. Rinciannya, ekspor China ke ASEAN 483,69 miliar dollar AS dan impor ASEAN dari China 394,51 miliar dollar AS.
ASEAN merupakan mitra dagang terbesar China selama dua tahun berturut-turut. Vietnam, Malaysia, dan Thailand merupakan mitra dagang tiga besar bagi China untuk negara-negara ASEAN.
Target tak tercapai
Namun, ekspor China menurun secara umum. “Pelemahan ekspor merupakan masalah nyata bagi China. Masalahnya, perekonomian dengan pertumbuhan berkualitas tinggi yang digaungkan China didasarkan pada kekuatan permintaan dalam negeri, ekspor, dan investasi swasta. Ekspor merupakan satu-satunya komponen kuat,” kata Michael Pettis, profesor keuangan di Peking University, yang dikutip Reuters, 10 November 2022. Permintaan domestik di China terganggu oleh kelesuan sektor properti.
Baca juga : Sinyal Krisis dari Evergrande
Akibat berbagai faktor itu, target pertumbuhan ekonomi China yang dipatok sebesar 5,5 persen pada 2022 praktis tidak tercapai. Prediksi Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, produk domestik bruto (PDB) hanya tumbuh 3,2 persen pada 2022. Untuk 2023 IMF memprediksi PDB China tumbuh 4,4 persen. Bank Pembangunan Asia (ADB) malah memperkirakan produk domestik bruto (PDB) China pada 2023 tumbuh lebih rendah lagi, yakni 4 persen. Dengan demikian, pertumbuhan PDB China anjlok dari 8,1 persen pada 2021.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi China, yang masih ada di level 4 persen, tetap merupakan pasar yang besar dengan PDB China sebesar 17 triliun dollar AS lebih. Dibandingkan dengan ekonomi AS yang hanya tumbuh satu persen pada 2023 dan zona euro yang hanya tumbuh 0,5 persen periode serupa, pertumbuhan PDB China masih memberi ruang besar untuk ekspor.
Baca juga : Kekuatan Ekonomi China di Antara Negara G20
Tambahan lagi, meski ada gangguan pada ekspor China, Yin mengatakan bahwa pasar ketenagakerjaan dan harga-harga barang di China relatif stabil secara fundamental. Harga- harga energi dan kehidupan warga terjaga secara efektif dan menjadi dasar stabilitas ekonomi dan sosial. Hal terpenting lagi, indeks struktural pembangunan tetap kuat, terutama kualitas pembangunan serta kemajuan sains dan inovasi teknologi.
Pasar ketenagakerjaan dan harga-harga barang di China relatif stabil. Harga- harga energi dan kehidupan warga terjaga secara efektif dan menjadi dasar stabilitas ekonomi dan sosial.
China juga memiliki kekuatan dalam keuangan pemerintahan. Pettis mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan, Beijing harus mendorong investasi bidang infrastruktur, yang memang akan menaikkan utang negara. Atau pemerintah akan dipaksa mendorong stimulus bagi rumah tangga biasa. China relatif mampu melakukan hal itu.
Tumbuh melejit
Maka dari itu, pada 2023 pemerintah agak optimis. “Kita harus memiliki kepercayaan untuk perbaikan menyeluruh dalam perekonomian China pada 2023,” kata Yin. Target pertumbuhan telah ditentukan Central Economic Work Conference dengan pandangan bahwa perbaikan akan terjadi di depan mata.
China sendiri sedang melonggarkan sikap tentang Covid-19. “Akan ada mobilitas yang longgar untuk warga dan aliran barang. Pemulihan dalam seluruh aspek ekonomi akan meningkat. Vitalitas perekonomian akan terdorong,” kata Yin.
Harian The Global Times, 18 Desember 2022, menuliskan perkiraan tentang pertumbuhan ekonomi yang akan melejit pada 2023. “Pertumbuhan PDB akan mencapai 8 persen,” kata Wei Jianguo, Wakil Ketua China Center for International Economic Exchange yang juga mantan Wakil Menteri Perdagangan China.
Hal serupa dikatakan Jia Kang, mantan Direktur China Academy of Fiscal Sciences. “Pertumbuhan diperkirakan 6 persen pada 2023, bahkan bisa mencapai 8 persen,” katanya. Yao Yang, Dekan Sekolah Pembangunan Nasional Peking University, mengatakan bahwa pertumbuhan 8 persen pada 2023 bukan hal yang tidak mungkin.
Baca juga : Ekonomi China Bakal Kalahkan AS dan Menjadi Terbesar di Dunia pada 2028
Diskusi panel “Global Times Annual Conference”, Sabtu (18/12), beberapa mantan pejabat dan para ekonom kondang melihat tahun cerah pada 2023. Mereka menarik kesimpulan dari daya tahan ekonomi China sepanjang 2022, diiringi perbaikan kondisi pandemi dan peningkatan upaya guna mendorong pertumbuhan.
Hierarki non-pasar
Optimisme China tidak semata-mata pada mekanisme pasar. Ada rencana dan langkah terprogram yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan semua itu. Wei Jianguo mengamati, kekuatan industri dan jaringan produksi serta pemasaran mampu bertahan selama pandemi dan juga mengatasi upaya AS dan sejumlah negara Eropa yang ingin memutus rantai ekonomi dengan China.
Pernyataan Wei terlihat dari langkah China yang cepat mengantisipasi efek penghentian ekspor cip ke China oleh AS. Ada penelitian intensif melibatkan para pakar untuk menghasilkan cip berkualitas. Ini satu contoh hierarki non-pasar yang jadi andalan perekonomian China sejak membuka diri pada 1978. Ada intervensi berbasiskan kalkulus ekonomi di balik kemajuannya.
Baca juga : Kiat China Melepas Ketergantungan Cip AS
Sebagai tambahan, China masih menikmati pasar besar dan konsumsi domestik. “Sebuah pola pembangunan baru akan fokus pada pasar internal. Sementara itu ekonomi digital, manufaktur berbasis teknologi cerdas, pengembangan perkotaan akan membentuk pola konsumsi baru,” kata Wei.
Jia Kang juga menambahkan bahwa pembangunan akan difokuskan pada perbaikan kualitas dan efisiensi.
Tentu ekspor, menurut Wei, masih memberi kontribusi penting untuk pembangunan ekonomi. Untuk itu, pembukaan pasar lebih intensif untuk merangsang investasi dengan kualitas tinggi akan dilakukan. Aksi ini akan membawa iklim bisnis yang bagus di China. Pasar modal China akan semakin berbasis kekuatan pasar dan berstandar internasional.
“Kebijakan baru akan diluncurkan dan perusahaan internasional akan menciptakan iklim bisnis yang merefleksikan keadilan, keterbukaan, dan berbasis aturan,” kata Wei.
“The Central Economic Work Conference” menyebutkan bahwa China akan menstabilkan ekspor, dan investasi asing. China juga akan memberi rangsangan maksimum pada bisnis asing dan aktivitas investasi.
Baca juga : Laporan dari Shanghai: China Dorong Investasi Asing
Mantan Wakil Menkeu Zhu Guangyao mengatakan, China harus melakukan semua itu sebagai sikap kewaspadaan pada kejutan moneter dari AS dan Eropa. “Akan ada pukulan balik bukan hanya pada negara berkembang, tetapi juga pada negara-negara maju itu sendiri,” kata Zhu.
Oleh karena itu, Zhu menambahkan, perlu bagi China tetap fokus pada investasi untuk perbaikan produktivitas.