China Penyelamat Ekonomi Dunia Sekaligus Menumpulkan Sanksi AS
Jika saja China dan India berhenti membeli migas Rusia, perebutan migas asal Timur Tengah semakin menaikkan harga minyak hingga menimbulkan kekacauan pada pasar energi global.
Pemandangan kawasan pusat bisnis saat matahari terbenam di Beijing, China, Rabu (16/2/2022).
Di tengah potensi resesi ekonomi global, China berpotensi tampil sebagai penyangga. Peran seperti itu telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir dan hal serupa tetap berlangsung di depan. Pihak China sendiri optimis bisa mengatasi masalah ekonomi domestik dan akan berupaya mendorong perekonomian global.
Bank Dunia pada laporan September 2022 mengatakan kelesuan ekonomi di AS, Eropa dan China menjadi sumber kekhawatiran akan terjadinya resesi ekonomi global. China menepis kekhawatiran tentang perekonomiannya (China Daily, 15 September).
Baca juga: Ekonomi China Tumbuh di Tengah Tekanan akibat Kebijakan Pandemi
China menyatakan akan menjaga trend pemulihan ekonomi domestik dan negara memiliki fondasi kuat untuk meraih pertumbuhan dalam jangka panjang lewat kekuatan pasar domestik, kemampuan inovasi, sistem industri yang lengkap, reformasi lebih dalam dan keterbukaan ekonomi. Untuk mendukung itu China memiliki sistem pendidikan tinggi terbesar di dunia.
Biro Statistik Nasional China, 13 September, mengatakan kontribusi China pada pertumbuhan ekonomi global rata-rata di atas 30 persen selama periode 2013 hingga 2021. China menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi global. Porsi perekonomian China sebesar 18,5 persen terhadap ekonomi global pada 2021, naik dari 7,2 persen pada 2012. Produksi domestik bruto (PDB) China pada 2021 sebesar 16,4 triliun atau 18 kali dari besaran ekonomi pada 2012.
Beberapa karyawan bekerja di sebuah pabrik arang di Rongan, wilayah Guangxi, China selatan, Senin (14/2/2022).
Kontribusi meningkat
Sang Baichuan, Dekan Institute of International Economy, University of International Business and Economics, mengatakan China berperan mendorong pertumbuhan global dalam beberapa tahun lalu dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 6,6 persen selama periode 2013 hingga 2021. Itu lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,6 persen dan negara berkembang 3,7 persen selama periode serupa.
Di tengah pengetatan moneter di negara maju akibat tekanan inflasi, Sang mengatakan China diperkirakan akan mendorong stimulus fiskal dan pelonggaran moneter untuk merangsang perekonomian. Saat krisis keuangan terjadi di AS dan Eropa pada 2008-2009, China menyelamatkan perekonomian dunia dengan stimulus 4 triliun yuan (The Guardian, 29 Agustus). Dengan kekuatan itu posisi China di dalam negeri dan internasional berbeda secara kontras dengan AS.
Baca juga: Bebas Bernapas Tanpa Cemas di China
Wang Yiming, Wakil Ketua China Center for International Economic Exchanges, mengingatkan di tengah pelesuan ekonomi global dan kelesuan sektor properti di China, fokus berikutnya adalah mendorong permintaan domestik. Konsumen kelas menengah China sebanyak 400 juta jiwa adalah yang terbesar di dunia. China juga memiliki tabungan 16 triliun dollar AS (Bloomberg, 27 Juli).
Forum Ekonomi Dunia 2022 di Davos, Swiss, berlangsung 22-26 Mei 2022.
Inflasi rendah
Fu Linghui, jubir Biro Statistik Nasional mengatakan berbeda dengan dunia yang mengalami tekanan inflasi, sejauh ini China masih menikmati kestabilan harga-harga. Ini disebabkan China memiliki pasokan produk pertanian dan industri yang memadai. China mengupayakan stabilisasi harga dan pasokan dan pertumbuhan tinggi dalam produk-produk energi. Inflasi China sepanjang 2022 akan tetap berada di bawah 3 persen.
China tidak hanya mengutamakan kelancaran jaringan produksi dan pemasaran domestik. “China turut memainkan peran kunci untuk menjaga kelangsungan jaringan produksi global,” kata Sang. Dengan tugas itu, China turut membantu kestabilan di banyak negara lain di dunia.
Baca juga: China Optimistis Ekonomi Bisa Tumbuh 5,5 Persen
China telah mengimpor migas Rusia dengan kenaikan 60 persen pada Agustus 2022 dibandingkan setahun lalu. Tindakan ini telah membantu keuangan Rusia setelah AS, Eropa dan Jepang mengurangi pembelian dan mengucilkan Rusia dari sistem keuangan global. Bersama Asia secara keseluruhan, China memutuskan untuk menjauh dari sanksi Barat dan melakukan kesepakatan tersendiri dengan Rusia, kata Sergey Vakulenko, mantan Direktur Strategi Gazprom (Associated Press, 14 September).
Jika dalam pandangan Barat, China mengacaukan rencana untuk mengisolasi Rusia, tetapi China telah mencegah kekacauan perekonomian Rusia. China memasok teknologi ke Rusia, menggantikan teknologi Barat.
Rusia semakin akrab dengan China dan India. Sejumlah negara lain, termasuk Iran dan Turki, juga terus merapat ke organisasi-organisasi yang dimotori China-Rusia.
Menurut Yukon Huang dari Carnegie Asia Program, 7 Juli, beruntunglah dunia karena China dan India tidak mau ikut-ikutan mengenakan sanksi pada Rusia. Jika saja China dan India berhenti membeli migas Rusia, perebutan migas asal Timur Tengah semakin menaikkan harga minyak hingga menimbulkan kekacauan pada pasar energi global. “Aliansi Barat seharusnya tidak membujuk China dan India untuk berhenti membeli migas Rusia,” demikian Huang.
Baca juga: Kebijakan ”Nol Covid-19” Untungkan Sektor Medis, Teknologi, dan Konstruksi
Akses terhadap minyak murah Rusia membuat China mampu mencegah kenaikan inflasi yang justru menjadi masalah besar di Barat. Inflasi di zona euro 9,1 persen pada Agustus. Inflasi di China 2,5 persen pada Agustus atau turun dari 2,7 persen pada Juli.
Memasok gas ke Jerman
Namun China tidak sendirian menikmati gas murah asal Rusia, China juga mengekspor kembali gas tersebut ke Jerman (Deutsche Welle/DW, 16 September). “Pasar global liquefied natural gas (LNG) semakin terintegrasi, dan perubahan permintaan regional dapat membantu pasokan ke pasar lain yang seret pasokan. Pengubahan aliran gas akan melayani kepentingan semua pihak yang terkait,” kata Nicholas Kumleben, DIrektur Greenmantle, Lembaga Jerman. Menjelang musim dingin, penyimpanan gas sudah mencapai 80 persen, tetapi sebagian diisi dari pasokan China yang aslinya bersumber dari Rusia.
Karyawan berjalan di lokasi konstruksi stasiun gas, sebagai bagian dari jalur pipa gas antara Bulgaria dan Yunani, di dekat Desa Malko Kadievo, Bulgaria, 18 Maret 2022.
China juga mengekspor produk-produk pemanas dengan volume yang melejit (China Daily, 14 September). Produk-produk itu termasuk selimut listrik, alat pemanas suhu dengan pertumbuhan tinggi. Kenaikan terbesar terjadi untuk pengiriman ke Italia, Belgia, Belanda, Spanyol, Jerman, Italia, Polandia. China pemasok terbesar untuk alat-alat pemanasa, menurut China Household Electrical Appliances Association. Menurut Zhou Nan, Sekjen Kadin China untuk ekspor-impor peralatan rumah tangga, kategori ekspor China tersebut telah meningkat selama enam bulan pertama 2022.
China juga turut membeli minyak asal Iran dan Venezuela lewat para pedagang di Timur Tengah. Para pedagang di Fujairah, sebuah pelabuhan di Uni Emirat Arab, mempertemukan kargo-kargo asal negara-negara yang terkena sanksi AS dan memasukkannya ke tanker-tanker lain untuk menyembunyikan asal impor, seperti dikutip The Wall Street Journal pada 29 Agustus.
Basis manufaktur
Di sisi lain China juga menjadi basis manufaktur global yang akan menstabilkan pasokan ke seluruh dunia. Sebagai contoh, China tidak hanya menjadi sumber gas asal Rusia untuk Jerman tetapi juga menjadi sumber bahan baku bernilai strategis bagi Austria dan Jerman, demikian dituliskan media Austria, Vindobona, 5 Juli. China menjadi pemasok bahan baku untuk pembuatan kendaraan listrik, panel surya dan turbin angin untuk Jerman dan Austria.
Pekerja memeriksa gulungan aluminium di sebuah pabrik di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (8/5/2021) AFP/STR
Menurut Dr Frank Melcher, profesor University of Leoben (Austria), sejumlah bahan penting dalam transisi menuju ekonomi hijau antara lain rare-earth metals, germanium, gallium, cobalt, graphite, lithium, indium, and silicon. China menjadi sumber utama bahan-bahan tersebut. Ada 30 jenis bahan baku sangat penting untuk industri global, berdasarkan studi yang dilakukan Uni Eropa pada 2022, dan sebagian besar dipasok China.
Dominasi China dalam pasokan bahan baku penting merupakan kombinasi dari upaya strategis dan keberuntungan geopolitik China. Sebagai contoh, Afrika Selatan adalah pemasok platinum, dan Republik Demokratik Kongo pemasok utama cobalt, komponen utama pembuatan batre lithium-ion. Perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi di negara-negara tersebut untuk menguasai bahan penting.
Di samping berinvestasi hingga di luar negeri, China juga mengembangkan diri sebagai pemimpin global dalam pemrosesan materi penting tersebut. Hanns Günther Hilpert, Kepala Asia Research Division SWP, think tank Jerman, mengatakan bahwa pemerintah China membantu perusahaannya untuk mendominasi pasar.
Ketakutan AS
Langkah dan strategi China tidak berterima bagi semua pihak, terutama AS. Pada 2 Agustus 2021, Rush Doski seorang mantan peneliti dari The Brookings bertutur tentang permainan lama China yang dia tuduh akan mengubah tatanan Amerika Serikat di dunia. Akan tetapi anggapan itu dibalas oleh Michael E. O’Hanlon, Direktur Riset di Foreign Policy lewat tulisannya di The Brookings, 18 Oktober 2021.
O’Hanlon mengatakan hal itu tidak perlu membuat AS panik tetapi justru memperbaiki diri. Mantan penasihat ekonomi Donald Trump, Gary Cohn, juga berpendapat serupa bahwa AS dan China tetap memiliki potensi untuk berkolaborasi.
