Taiwan, Kapal Induk yang Tak Tertenggelamkan (Bagian 1)
Isu Taiwan (dulu bernama: Formosa) memang mudah membuat situasi panas. Bila kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, 2-3 Agustus 2022, telah membuat ketegangan AS dan China meningkat, hal itu tidak mengherankan.

Pemandangan di Pulau Pingtan, salah satu area di China daratan yang paling dekat dengan Taiwan, di Provinsi Fujian, China, 5 Agustus 2022.
Jenderal tenar Amerika Serikat Douglas MacArthur setelah Perang Dunia II pernah berpikir menjadikan Taiwan (Formosa) sebagai basis kekuatan militer AS. Ide itu tidak terwujud. Akan tetapi, ide MacArthur tampaknya dikembangkan oleh China, sebagaimana disajikan dalam dua tulisan bersambung.
”Formosa tak ubahnya kapal induk dan kapal selam yang tak tertenggelamkan… ’Kapal induk’ ini memiliki kapasitas untuk pengoperasian sepuluh hingga dua puluh kelompok pasukan udara dengan pesawat jet tempur B-29 diikuti pengerahan sekaligus kapal selam,” kata Jenderal MacArthur.
Bila ”kapal induk” itu jatuh ke tangan China, strategi kekuatan Amerika Serikat (AS) akan kewalahan. B-29 adalah juga jenis pesawat yang mengebom Hiroshima dan Nagasaki. Maka dari itu, ”Formosa harus ada di bawah kendali AS.” Demikian pesan Jenderal Douglas MacArthur kepada Clyde A. Lewis, Komandan Veterans of Foreign Wars (VFW) dalam sebuah pertemuan di Chicago, AS, 17 Agustus 1950.
Baca juga: Selat Taiwan, Tempat Paling Berbahaya di Bumi
Pandangan jenderal ahli strategi perang AS itu pasti terpengaruh rasa pahit yang dia alami saat Jepang memakai Taiwan sebagai basis serangan. Pada 6 Desember 1941 waktu Hawaii atau 7 Desember waktu Filipina, Jepang telah mengerahkan 500 petempur dan bombers di pangkalan yang disebut Formosa. Tujuan Jepang ialah menyerang Filipina.
Pesawat tempur Jepang itu mendukung serangan laut dengan tujuan menghancurkan Pasukan Udara Timur Jauh AS (United States Far East Air Force) dan mengendalikan angkasa Filipina. Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbor keesokan harinya, 7 Desember 1941 waktu Hawaii. Dalam beberapa jam kemudian, Jepang menyerang Guam dan Wake, dua pangkalan AS di antara Hawaii dan Filipina.

Jenderal Douglas MacArthur (kiri) dan Kaisar Jepang Hirohito pada tahun 1945, beberapa pekan setelah Jepang menyerah, 2 September 1945.
Aksi itu menjadi salvo pembuka gerbang Asia Raya bagi Kekaisaran Jepang. Taiwan juga jadi landasan bagi Jepang untuk menyerang Indonesia, dulu disebut Dutch East Indies. Selama perang itu, Taiwan berperan sebagai area manuver dan basis pasokan tentara Jepang ke Asia Tenggara.
Departemen Luar Negeri AS sebelum serangan itu mengatakan, tidak ada lokasi lain yang paling strategis selain Singapura. Namun, fakta tentang geografi Taiwan kala itu berkata lain. Taiwan ada di pusaran strategis bagi kekuatan-kekuatan besar dunia.
Baca juga: China Simulasikan Serangan ke Taiwan, Taipei Aktifkan Sistem Rudal
Maka, tidak heran, beberapa tahun kemudian MacArthur juga sempat menginginkan Taiwan jadi basis serangan AS ke China daratan di tengah berlangsungnya Perang Korea (195-1963).
Pelosi membuka kenangan
Presiden Harry S Truman menyatakan tidak masalah dengan pandangan MacArthur. Oleh karena itulah, Truman pada 27 Juni 1950 menyetujui pengiriman Armada Ketujuh AS untuk melindungi Formosa.
Masalahnya adalah pesan MacArthur tentang Formosa telanjur bocor ke publik internasional. Truman memerintahkan MacArthur mencabut pernyataannya tentang Formosa. MacArthur membela diri dengan mengatakan bahwa pendengar atau pembaca makalah itu terbatas pada pertemuan di Chicago itu saja, bukan untuk konsumsi publik.
Akan tetapi, ketegangan di dalam pemerintahan AS telah muncul. Hal ini turut menjadi salah satu faktor yang mendorong Truman memecat MacArthur sebagai pimpinan Pasukan Timur Jauh AS dan digantikan oleh Letjen Matthew B Ridgway.

Kapal fregat Taiwan saat mengikuti latihan tahunan Han Kuang di laut dekat Pangkalan Angkatan Laut Suao, Yilan, Taiwan, 26 Juni 2022.
Isu Formosa memang mudah membuat situasi panas. Bila kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, 2-3 Agustus 2022, telah membuat ketegangan AS dan China lebih panas, hal itu tidak mengherankan. Situasi panas pernah terjadi pada dekade 1950-an hingga turut membuat Truman memecat MacArthur pada 11 April 1951 itu.
Baca juga: Pelosi Ungkit Sejarah ”Humiliation” China
Alasan lain, MacArthur dianggap sering bertindak sendiri dalam posisinya sebagai Komandan Timur Jauh, menjalankan kebijakan tanpa sepengetahuan Gedung Putih, Departemen Pertahanan, dan Departemen Luar Negeri AS. Hal itu terungkap dalam surat protes Truman terkait MacArthur.
Kegelisahan kawan dan lawan
Pesan MacArthur tentang Formosa menjadi sumber kegelisahan besar bagi banyak pihak. Uni Soviet dan Inggris, yang juga bersatu dalam Allied Council seusai PD II, keberatan dengan pesan MacArthur, demikian juga PBB. Media Eropa juga meributkan pemikiran MacArthur.
Ketegangan di dunia, yang belum lama mengalami Perang Dunia II, kembali mencuat. AS berpotensi kehilangan dukungan dari negara-negara sahabat dan juga mendorong musuh menyerang AS, termasuk bisa membuat Uni Soviet berpaling dari kerja sama. Dalam diskusi ahli strategi kebijakan luar negeri AS, George F Kennan, dengan MacArthur, ditengarai Uni Soviet tidak akan pernah bisa sepenuhnya mendukung strategi AS di Asia Pasifik.
Baca juga: Reaksi AS Lebih Lunak pada Kemarahan China
”Pernyataan terkait Formosa itu akan membuat Uni Soviet berteriak tentang imperialisme AS di Asia dan Pasifik. Propaganda tentang hal ini akan memberi efek dahsyat di antara Asia yang sensitif terhadap peran kulit putih di Asia,” demikian Truman.
”Pernyataan MacArthur akan membuat Red China berpikir bahwa tujuan jangka panjang AS adalah menghambat (China) menguasai Formosa, … dan akan membuat China merasa Formosa akan jadi basis serangan AS terhadap China daratan,” lanjut isi surat Truman.

Menurut Arthur Herman dari Senior Fellow pada Hudson Institute dan juga penulis buku Douglas MacArthur: American Warrior, MacArthur adalah yang pertama melihat kebangkitan China sebagai kekuatan besar. MacArthur kecewa saat China menjadi komunis setelah PD II. Ia ingin Asia menjadi demokratis, lepas dari pengaruh China.
Baca juga: China Simulasikan Serangan ke Taiwan, Taipei Aktifkan Sistem Rudal
MacArthur menekankan pandangannya bahwa teater Asia sama pentingnya seperti Eropa sehingga AS harus melanjutkan perang hingga kemenangan diraih. Menurut Kennan pada 1948, ”MacArthur menganggap situasi di China hari ini memburuk, tetapi belum putus asa.” Ada niat MacArthur menekan China.
Heboh di PBB
Akan tetapi, Truman dan opini dunia tidak berterima pada ide MacArthur. Isi surat Truman melanjutkan, ”Bagi AS sendiri, penguasaan Formosa akan meningkatkan komitmen AS.” Hal itu membutuhkan beban besar dan membuat AS terlibat dengan China atas isu dan masalah yang tidak merupakan pemikiran strategis. ”Tindakan itu juga akan menyulitkan AS meraih dukungan dari sahabat, seperti Inggris dan India dan negara-negara Persemakmuran,” ujar Truman.
Isu yang menghebohkan itu juga beredar di tengah duduknya China sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, dengan hak veto, dalam rangka agar China turut menjaga perdamaian dunia. ”Hal itu juga akan menyulitkan persatuan dalam urusan lain dan membuat AS memiliki kesan tidak bertanggung jawab dan menciptakan volatilitas dalam upaya menjaga solidaritas di tengah ancaman Uni Soviet,” kata Truman.
Baca juga: Rudal China Jatuh ke ZEE Jepang, Ketegangan di Taiwan Meluas
Sebagaimana diduga oleh pihak AS, Dubes Uni Soviet di PBB Andrei Vishinsky memelintir ucapan MacArthur. ”Tidak ada pihak selain MacArthur yang telah memberi tahu dunia soal keputusan dan niat AS dengan biaya berapa pun akan mengubah Formosa menjadi basis AS di Timur jauh.”

Personel militer Taiwan menyiapkan rudal antikapal, Hsiung Feng II, di lokasi yang tidak disebutkan, 7 Agustus 2022, sebagai respons atas latihan militer China yang mengepung wilayah Taiwan.
Rezim Peiping, sebutan untuk Beijing saat itu, lewat surat Menteri Luar Negeri Chou En-lai pada 24 Agustus 1950 menyebutkan, Presiden Truman memerintahkan netralisasi Formosa dan menuduh AS berniat mengambil alih dan menduduki Formosa. Surat itu menegaskan bahwa Formosa adalah bagian dari China. ”Kami meminta Dewan Keamanan PBB memerintahkan penarikan semua kekuatan AS agar tidak menginvasi Taiwan.”
Esoknya, 25 Agustus 1950, perwakilan AS di PBB, Warren R Austin, meminta isu Formosa yang beredar agar tidak dianggap dan, ia mengatakan, isu itu tidak ingin dibahas di PBB. Austin menyerukan serangan komunis ke Formosa akan mengacaukan keamanan Pasifik dan tugas legal AS yang diperlukan kawasan. Namun, Austin menegaskan juga bahwa perintah AS telah disampaikan kepada penguasa di Formosa agar menghentikan segala serangan yang diarahkan ke China daratan. AS juga menegaskan tidak ada niat AS mengambil alih Formosa.
Baca juga: Latihan di Sekitar Taiwan Berakhir, Militer China Lanjutkan di Laut Kuning
Pengganti Truman, Presiden Dwight Eisenhower, juga menekankan pada 2 Februari 1953 bahwa Armada Ketujuh AS tidak akan bisa dipakai untuk memerisai China, dengan demikian upaya menetralisasi China diakhiri.
”… Tidak ada lagi logika atau akal sehat jika tujuannya adalah mengharuskan Angkatan Laut AS memikul tanggung jawab dalam menghadapi Komunis Tiongkok, ini bahkan memungkinkan Komunis, dengan kekebalan yang lebih besar, membunuh tentara kita dan pasukan PBB di Korea,” demikian Eisenhower. Lebih bagus, lanjut Eisenhower, AS memperkuat diri di dalam negeri dan mengejar perdamaian dunia lewat kerja sama. (Bersambung)