”Kunjungan Pelosi menancapkan kerusakan yang sulit diatasi,” kata Bonnie Glaser, Direktur Asia Program di German Marshall Fund.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
AFP/TAIWAN
Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri) melambaikan tangan bersama Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di kantor Kepresidenan di Taipei, Taiwan, Rabu (3/8/2022).
Satu efek kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan adalah terungkitnya sejarah kekuatan-kekuatan asing yang pernah mempermalukan China. Efek ini berpotensi menancapkan konflik yang jauh keras antara China dan AS serta sekutunya.
Kunjungan Pelosi mirip ”menuangkan garam ke luka yang terbuka”. Demikian komentar Stephen Roach, ekonom dari Yale University. Roach pernah lama menangani Asia sebagai Ketua Morgan Stanley Asia (CNBC, Rabu, 3/8/2022).
Efek kebanggaan pribadi dan mungkin AS, karena Pelosi berhasil mendarat di Taiwan, tidak sebanding dengan perasaan 1,4 miliar warga China yang dipermalukan. Pelosi mengusung misi dengan ego tingkat tinggi. Kunjungannya menggambarkan ambisi hegemoni AS serta ”Bush Doctrine” yang menekankan hanya AS yang paling tahu soal dunia, dan negara-negara lain agar menurut saja.
Taiwan yang sensitif
Pelosi heran, mengapa China harus heboh dengan kunjungannya (CNN, Rabu (3/8/2022). China tidak geram dengan kunjungan Pelosi ke Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang. China hanya geram dengan mendaratnya Pelosi tanpa izin di Taiwan, yang di mata Beijing, bagian dari China.
Pelosi tidak memiliki kepekaan bahwa ia figur simbolik. Ia mewakili negara, seperti dikatakan Dubes China untuk AS Qin Gang. ”Ia bukan orang jalanan, dan kunjungannya sensitif tingkat tinggi secara politik terkait kedaulatan dan integritas wilayah China,” kata Qin (CNN, 3/8/2022).
KOMPAS
Konflik antara China dan Taiwan semakin memanas beberapa waktu terakhir. China bahkan terang-terangan menerbangkan pesawat tempurnya ke zona pertahanan udara Taiwan. China dan Taiwan sama-sama mengakui bahwa di dunia ini, hanya ada satu pemerintahan China, yang jadi persoalan ialah siapa sebenarnya yang memimpin pemerintahan tersebut, apakah China atau Taiwan?
Pelosi bukan anggota pasukan tempur, melainkan ia telah mengangkat bendera perang. Tak pelak lagi, kenangan China kembali membara pada periode 1839-1949, ketika kekuatan-kekuatan asing pernah memanipulasi, menjajah, dan menduduki China.
Ini sebuah kenangan yang telah membangkitkan rasa nasionalisme ke tingkat lebih tinggi. Program domestik dan internasional China telah ditata sedemikian rupa untuk menegaskan martabatnya, seperti dituliskan Mark Tischler spesialis China dari Departemen Studi Asia, Universitas Tel Aviv (The Diplomat, 18/8/2020).
China telah menata blue line navy dengan misi memiliki Angkatan Laut yang mampu beroperasi jauh di luar wilayahnya. Kisah ”humiliation” sekaligus mematrikan tekad ”never again”, tidak akan ada lagi aksi kekuatan asing mempermalukan China. China kini tidak lagi sekadar membela kedaulatannya, tetapi berambisi mengamankan kepentingan dengan menjangkau jauh di luar wilayahnya. Ambisi memiliki blue line navy ini semakin mengkristal bawah Presiden Xi Jinping lewat program ”rejuvenation”.
AP/XINHUA/YAN YAN
Presiden China Xi Jinping (tengah) mengunjungi komunitas Guyuanxiang di Distrik Tianshan, Urumqi, Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, China barat laut, 13 Juli 2022.
Nuansa blue line navy membuat kunjungan Pelosi semakin membuat posisi AS kesulitan mencari kawan di Asia. Dalam arti, bukan berarti Asia membenci AS dan berpihak ke China dengan sendirinya. China telah memperlihatkan tekanan pada Taiwan dengan latihan militer di Selat Taiwan sepulangnya Pelosi. Ini pernyataan atau simbol ketidaksukaan China pada bagian wilayahnya yang telah ”mengkhianati” induknya.
Semakin curiga
Dengan blue navy line dan China yang semakin curiga pada AS, bukan tidak mungkin China juga curiga tingkat tinggi pada setiap negara di Asia yang ingin memiliki hubungan bilateral dengan AS meski memiliki hubungan bilateral dengan China. Ini mempersulit program AS di Asia, apalagi jika untuk itu AS harus merangkul Asia.
Kunjungan Pelosi tidak hanya akan merusak lebih jauh relasi AS-China, seperti dikatakan Robert Daly, mantan diplomat AS di Beijing dan kini Direktur Wilson Center’s Kissinger Institute on China and the United States (CNN, 3/8/2022). Pelosi merusak banyak hal lain yang lebih luas, termasuk fabrikasi sosial dalam hubungan internasional di kawasan Asia sendiri.
Jika China melihat relasi AS di Asia adalah untuk menekan balik China, ketegasan China tidak bisa dihindarkan. Taiwan jadi bukti soal itu. ”Asia Tenggara mengamati saksama… Dengan melihat latihan militer China di sekitar Taiwan, mereka berimajinasi skenario serupa bisa terjadi di Laut China Selatan,” Collin Koh, peneliti dari Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura (The Los Angeles Times, 2/8/2022).
AFP/HECTOR RETAMAL
Helikopter-helikopter China terbang melintasi Pulau Pingtan, salah satu lokasi di China daratan yang paling dekat dengan Taiwan, menjelang dimulainya latihan militer China di Provinsi Fujian, China, Kamis (4/8/2022).
Oleh sebab itu, Beth Sanner, mantan Wakil Direktur Intelijen Nasional AS, mengingatkan bahwa setiap kunjungan harus dilakukan dengan saksama. ”Bukan berarti AS harus menghilangkan misinya, tetapi harus memahami situasi dan agar kunjungan dilakukan dengan kalkulasi ampuh,” kata Sanner.
Aspek kultur
Pelosi harus paham, China adalah sebuah negara dengan skor tinggi dalam dimensi ”power distance”, berdasarkan penelitian ahli sosial Belanda, Geert Hofstede. China juga memiliki skor rendah dalam dimensi ”individualisme”. Artinya, secara kultur China relatif tidak ditakdirkan menjadi negara demokrasi seperti konteks demokrasi Barat. Pelosi harus memahami aspek ini dengan tidak begitu saja bicara soal demokrasi, apalagi jika itu ia sebutkan di Taiwan.
China juga memiliki skor tinggi dalam dimensi ”masculinity” versi Hofstede. Artinya, sikap tegas juga menjadi karakter China. China juga memiliki skor tinggi dalam dimensi ”long term orientation”. Meski tidak gegabah seperti AS, yang sering gegabah dalam strategi internasionalnya, China memiliki orientasi jangka panjang. China dipastikan semakin menancapkan pemikiran tentang AS dan sekutunya dalam jangka panjang.
”Kunjungan Pelosi menancapkan kerusakan yang sulit diatasi,” kata Bonnie Glaser, Direktur Asia Program di German Marshall Fund.
Samuel Huntington dari Harvard menyimpulkan aspek kultur itu melekat kuat, sulit berubah. Asia semakin makmur, dan Asia bersama China ratusan tahun relatif stabil, hanya pernah dibuyarkan dengan begitu dahsyatnya oleh Jepang. Cara Asia, momen Asia, demikian kata Presiden Xi Jinping. Mengapa pula Pelosi harus merasa lebih tahu soal Asia dengan caranya yang salah.