Latihan di Sekitar Taiwan Berakhir, Militer China Lanjutkan di Laut Kuning
Para ahli memperingatkan, latihan di sekitar Taiwan mengungkapkan militer China yang semakin berani dan mampu melakukan blokade atas Taiwan. Taipei menyerukan agar China tidak membahayakan perdamaian kawasan.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
BEIJING, MINGGU — Latihan militer terbesar China di sekeliling Taiwan berakhir pada Minggu (7/8/2022). Namun, Beijing mementaskan episode baru latihan militernya di Laut Kuning, sebelah utara Taiwan antara daratan China dan Semenanjung Korea, hingga Senin (15/8/2022). Latihan militer ini dilihat sebagai persiapan merebut pulau itu sehingga memicu ketegangan di kawasan.
Latihan skala besar Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, yang belum pernah terjadi di sekitar Taiwan, digelar sebagai reaksi atas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan. Pelosi tiba di Taipei, ibu kota Taiwan, Selasa (2/8/2022) malam, dan meninggalkan Taiwan, Rabu (3/8/2022) sore.
Kunjungan Pelosi membuat China meradang. Beijing meluncurkan uji coba rudal balistik melewati langit Taiwan, termasuk di atas Taipei, untuk pertama kalinya. China juga memutuskan beberapa jalur komunikasi dengan AS, termasuk menghentikan serangkaian pembicaraan dan perjanjian kerja sama dengan Washington, terutama terkait perubahan iklim dan pertahanan.
Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, sehari setelah Pelosi meninggalkan Taipei, 11 rudal balistik seri Dongfeng ditembakkan dari tiga posisi di daratan China. Selain itu China mengerahkan jet tempur dan kapal perang di sekitar Taiwan, sebuah keadaan yang oleh para analis disebut sebagai persiapan akhir untuk blokade dan invasi ke Taiwan.
Sumber yang mengetahui situasi di sekitar Taiwan mengatakan, beberapa jam menjelang berakhirnya latihan empat hari PLA, Minggu, kapal perang China dan Taiwan dalam posisi seperti ”kucing dan tikus”. Sekitar 10 kapal perang China dan Taiwan berlayar dalam jarak dekat di Selat Taiwan. Beberapa kapal China melewati garis tengah, pemisah tidak resmi kedua sisi.
Selain kapal perang, China juga mengerahkan pesawat terbang dan pesawat nirawak untuk menyimulasikan serangan ke Taiwan. Taipei menyebutkan telah mengirim pesawat dan kapal untuk ”bereaksi dengan tepat”. Dilaporkan, ketika pasukan China mendekati garis batas, seperti pada Sabtu (6/8), militer Taiwan siaga untuk memantau dan mencegah agar tak sampai melewatinya.
Sumber tersebut mengatakan, kedua belah pihak menunjukkan pengendalian. Dia menggambarkan manuver China dan Taiwan ibarat kucing dan tikus di laut lepas. ”Satu sisi mencoba untuk melewati (garis penyangga), yang lain menghalangi dan memaksa mereka ke posisi yang lebih tidak menguntungkan dan akhirnya kembali ke sisi yang lain.”
Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China secara sewenang-wenang menggunakan aksi militer untuk mengganggu perdamaian di Selat Taiwan. ”Kami menyerukan kepada Pemerintah China untuk tidak mengepung dengan kekuatan militernya, menunjukkan kekuatannya di mana-mana dan membahayakan perdamaian kawasan itu,” katanya.
Taiwan menyiagakan rudal antikapal berbasis pantai dan rudal Patriot, sistem yang diluncurkan dari permukaan ke udara. Kemenhan Taiwan mengatakan, jet tempur F-16 terbang dengan rudal antipesawat canggih dan merilis foto-foto senjata antikapal, Harpoon, yang dimuat di kapal lain. Taipei pada Minggu sore mencabut pembatasan penerbangan melalui wilayah udaranya secara bertahap.
Namun, Taipei akan terus mengarahkan penerbangan dan kapal dari salah satu zona latihan di lepas pantai timur Taiwan hingga Senin (8/8) pukul 10.00 waktu setempat. Militer China mengatakan latihan gabungan matra laut dan udara di utara, barat daya, dan timur Taiwan berfokus pada kemampuan serangan darat dan serangan laut.
Beijing juga melakukan latihan praktis bersama di laut dan wilayah udara di sekitar Pulau Taiwan seperti yang direncanakan. ”Latihan difokuskan pada pengujian daya tembak gabungan di darat dan kemampuan serangan udara jarak jauh,” kata Komando Timur PLA.
AS menyebutkan latihan empat hari PLA di sekitar Taiwan itu sebagai eskalasi. ”Kegiatan ini merupakan eskalasi signifikan dalam upaya China mengubah status quo. Juga provokatif, tak bertanggung jawab, dan meningkatkan risiko salah perhitungan,” kata seorang juru bicara Gedung Putih. Tindakan China dinilai bertentangan dengan tujuan lama AS menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Menurut Xinhua, latihan yang berpusat di enam lokasi di sekitar Taiwan berakhir Minggu. Meski demikian, Beijing telah mengumumkan latihan baru di Laut Kuning, yang terletak di antara China dan Semenanjung Korea, akan berlangsung hingga 15 Agustus.
Kemenhan China tidak menanggapi permintaan komentar tentang hasil akhir yang diharapkan dari latihan yang berakhir pada Minggu. Untuk menunjukkan seberapa dekat pasukan China ke pantai Taiwan, militer Beijing merilis video pilot Angkatan Udara PLA yang merekam garis pantai Taiwan dan pegunungan dari kokpitnya.
Komando Timur PLA membagikan foto yang diklaim diambil dari kapal perang yang berpatroli di dekat Taiwan dengan latar belakang garis pantai Taiwan. Tampak pula Beijing menembakkan rudal balistik ke ibu kota Taiwan, menurut media Pemerintah China. Taipei tetap menantang dengan mengatakan, mereka takkan gentar menghadapi ancaman tetangganya.
Para ahli memperingatkan, latihan di sekitar Taiwan mengungkapkan militer China yang semakin berani dan mampu melakukan blokade atas Taiwan berisiko mengganggu rantai pasok di Asia Timur. Bahkan blokade itu mampu menghambat pasukan AS untuk datang membantu Taiwan.
”Di beberapa daerah, PLA bahkan mungkin melampaui kemampuan AS,” kata Grant Newsham, peneliti di Japan Forum for Strategic Studies dan mantan perwira Angkatan Laut AS. ”Jika pertempuran terbatas di daerah sekitar Taiwan, Angkatan Laut China saat ini adalah lawan yang berbahaya. Bahkan, AS dan Jepang sulit melakukan intervensi karena alasan tertentu,” ujarnya.
PBB mendesak AS dan China untuk terus bekerja sama. ”Bagi Sekjen (PBB), tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah paling mendesak di seluruh dunia tanpa dialog dan kerja sama yang efektif antara kedua negara,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric. (AFP/REUTERS/AP)