Sejumlah kesepakatan dihasilkan dalam Konferensi Rekonstruksi Ukraina di Lugano Swiss, 5-6 Juli 2022. Intinya Eropa mendukung pemulihan dan rekonstruksi Ukraina baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
LUGANO, SELASA - Dua hari pertemuan dalam Konferensi Rekonstruksi Ukraina di Lugano Swiss, 5-6 Juli 2022, dihasilkan sejumlah kesepakatan. Intinya, Eropa mendukung pemulihan dan rekonstruksi Ukraina baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Meski begitu, Ukraina tetap harus memegang sendiri kemudi upaya pemulihan itu.
Ukraina dan sekutunya pada Selasa (06/07/2022), menyetujui serangkaian prinsip untuk membangun kembali Ukraina, termasuk perlunya reformasi luas untuk meningkatkan transparansi dan membasmi korupsi.
Mengakhiri konferensi dua hari di kota Lugano, Swiss selatan, para pemimpin dari sekitar 40 negara menandatangani Deklarasi Lugano yang berkomitmen untuk mendukung Ukraina melalui pemulihan yang mungkin akan berlangsung lama dan mahal.
Prinsip-prinsip Lugano itu, di antaranya menyepakati bahwa, Ukraina sendiri yang harus berada di kursi kemudi rekonstruksi negaranya. Proses pemulihan pun harus mempercepat, memperdalam, memperluas, dan mencapai reformasi dan ketahanan Ukraina agar sejalan dengan aksesi Eropa-Ukraina.
Selain itu, proses pemulihan harus inklusif dan memastikan kesetaraan gender, serta menyerukan pembangunan Ukraina dengan cara-cara berkelanjutan. "Proses pemulihan harus transparan dan akuntabel kepada rakyat Ukraina. Aturan hukum harus diperkuat secara sistematis dan korupsi diberantas," kata dokumen itu.
Di sisi lain, ketika miliaran dolar bantuan mengalir ke Ukraina, salah satu kekhawatirannya adalah korupsi meluas di negara itu. Bekas negara Soviet itu, telah lama menduduki peringkat di antara negara-negara paling korup di dunia, sebagaimana disebut oleh Transparency International. Di Eropa, hanya Rusia dan Azerbaijan yang peringkatnya lebih buruk.
Presiden Swiss Iganzio Cassis, yang menjadi tuan rumah konferensi tersebut, memuji deklarasi tersebut sebagai langkah kunci pertama di jalan panjang pemulihan Ukraina. "Pekerjaan kami mempersiapkan waktu setelah perang, bahkan ketika perang masih berkecamuk," katanya pada upacara penutupan setelah mengheningkan cipta selama satu menit untuk banyak korban perang itu.
Sebelumnya, melalui video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pekerjaan ke depan adalah "kolosal" atau berseri, dan merupakan tugas dari seluruh dunia yang demokratis.
Perdana menteri Ukraina, Denys Shmyhal, yang datang ke Lugano, mengatakan bahwa pemulihan besar-besaran akan menelan biaya setidaknya 750 miliar dolar AS. Dia mengatakan, keberadaan deklarasi dan sejumlah prinsip dasar untuk rekonstruksi Ukraina tersebut memberikan harapan besar bagi negaranya.
"Kami akan menang, kami akan memperbarui negara kami. Kita harus membuat segala sesuatu yang hancur menjadi lebih baik dari sebelumnya," katanya.
Ada tiga fase fokus pemulihan, yaitu rekonstruksi kebutuhan mendesak yang terkena dampak perang, diikuti dengan pembiayaan ribuan proyek rekonstruksi jangka panjang, dan pada akhirnya mengubah Ukraina menjadi negara Eropa yang hijau dan digital. Proyek rekonstruksi mendesak segera dibangun kembali, misalnya sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur lain.
Shmyhal bersikeras bahwa Ukraina telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki sejumlah masalah, termasuk dengan digitalisasi luas layanan publik dan pemberian kontrak di sektor-sektor seperti konstruksi, untuk mengurangi "interaksi manusia" dan kemungkinan korupsi. "Tujuannya bukan untuk memerangi korupsi, tetapi membuat korupsi menjadi tidak mungkin," katanya.
Untuk mendorong hal itu, sejumlah menteri, serta Ibu Negara Olena Zelenska, juga berbicara pada hari Senin untuk menjelaskan kebutuhan rekonstruksi besar-besaran, serta visi mereka untuk Ukraina baru.
Ukraina juga telah mengusulkan agar negara-negara sekutu "mengadopsi" wilayah tertentu di Ukraina, dan memimpin pemulihan di sana agar lebih efisien. Inggris berniat untuk 'mengambil' wilayah Kyiv, sementara Perancis akan berkonsentrasi pada wilayah 'Chernihiv' yang terkena dampak parah. Australia dan Denmark juga termasuk di antara negara-negara yang telah menyuarakan minat untuk memimpin upaya-upaya rekonstruksi khusus.
"Kami memahami bahwa ini untuk jangka panjang, dan kami siap," kata seorang diplomat senior Perancis Francois Delattre.
Ditambahkan, yang harus membayar biaya tinggi untuk proses rekonstruksi itu, menurut Shmyhal, adalah Rusia. Ia menyarankan sebagian besar dana rekonstruksi dapat ditutup dengan menggunakan aset Rusia yang disita. Dia menunjukkan bahwa aset Rusia yang telah dibekukan oleh mitra Ukraina, sejauh ini berjumlah 300-500 miliar dolar AS. "Agresi yang tidak beralasan harus dibayar oleh agresor. Rusia harus membayar untuk ini," katanya.
Namun, presiden Swiss, yang negaranya telah lama menjadi tujuan pilihan bagi oligarki Rusia untuk berinvestasi dan menyimpan kekayaan mereka, menekankan pentingnya menghormati hak milik dan supremasi hukum.
Konferensi Lugano dilihat sebagai langkah pertama menuju pembangunan kembali Ukraina, dan sudah ada beberapa konferensi lanjutan yang direncanakan, salah satunya dipimpin oleh Uni Eropa dalam beberapa bulan. berikutnya, London telah setuju menjadi tuan rumah Konferensi Pemulihan Ukraina tahun depan (2023), sementara Jerman mengatakan dapat menjadi tuan rumah edisi 2024.
"Saya yakin dalam satu tahun kita tidak akan lagi berbicara tentang rancangan rencana, tetapi tentang hasil, proyek yang sukses, dan peluang yang terwujud," kata Shmyhal.
Banyak pihak mengatakan, rencana Uni Eropa untuk menerima Ukraina sebagai anggota (suatu hari nanti), dapat membantu mendukung proses reformasi dan rekonstruksi itu.
Adapun saat berkunjung ke Hanoi, Vietnam, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Rabu meminta semua pihak di dunia untuk berupaya melindungi hukum internasional , karena "dunia berkembang dengan cara yang rumit." Lavrov berbicara melalui penerjemah pada pertemuan dengan rekannya dari Vietnam, Menlu Bui Thanh Son.
Komentar Lavrov muncul setelah Rusia dituduh oleh negara-negara Barat melanggar hukum internasional melalui invasinya ke Ukraina. Para pemimpin Uni Eropa telah mendesak Moskwa untuk mematuhi perintah pengadilan internasional yang meminta Rusia untuk mundur dari Ukraina.
"Vietnam adalah mitra utama (Rusia) di ASEAN ... dan hubungan kedua negara didasarkan pada sejarah dan perjuangan bersama mereka untuk keadilan," kata Lavrov pada pertemuan itu.
Vietnam dan Rusia memiliki hubungan dekat sejak era Soviet, dan Hanoi sejauh ini tidak mengutuk perang Rusia di Ukraina, yang disebut Moskwa sebagai "operasi khusus".
Kunjungan Lavrov ke Hanoi dilakukan saat kedua negara menandai peringatan 10 tahun kemitraan strategis Antara Rusia dan Vietnam. Setelah ke Vietnam, menlu Rusia tersebut dijadwalkan menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20. (AFP/AP/REUTERS)