”Marshall Plan” untuk Ukraina Dibahas, Kyiv Sebut Butuh Dana Rp 11,2 Kuadriliun
PM Ukraina Denys Shmyhal mengatakan, rekonstruksi Ukraina diperkirakan menelan biaya hingga 750 miliar dollar AS atau Rp 11,2 kuadriliun. Aset-aset Rusia yang disita harus digunakan untuk membiayai pemulihan di Ukraina.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·6 menit baca
LUGANO, SELASA — Belasan negara, organisasi internasional, dan perusahaan swasta berkumpul dalam konferensi, Senin (4/7/2022), di Lugano, Swiss, untuk menyusun rencana rekonstruksi semacam ”Rencana Marshall (Marshall Plan)” guna membangun kembali Ukraina yang dilanda perang. Istilah Marshall Plan merujuk pada langkah yang dahulu pernah dilakukan Amerika Serikat untuk memulihkan kembali Eropa seusai Perang Dunia II.
Konferensi tersebut dijadwalkan berlangsung dua hari dengan pengamanan ketat di kota Lugano, Swiss selatan. Pertemuan itu sebenarnya telah direncanakan jauh sebelum Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Awalnya, pertemuan itu direncanakan membahas reformasi di Ukraina. Namun, setelah invasi Rusia ke Ukraina, agenda pertemuan dialihkan untuk fokus pada rekonstruksi negara tersebut.
Salah satu hal yang menjadi perhatian, karena dana bantuan miliaran dollar akan mengalir ke Ukraina, adalah kekhawatiran tentang korupsi yang meluas di negara itu. Ini berarti, reformasi luas tetap menjadi fokus utama dan akan menjadi syarat bagi setiap rencana pemulihan yang akan dibuat.
Pertemuan di Lugano tersebut dinilai belum akan menjanjikan banyak hal. Meski demikian, dari konferensi itu diharapkan bisa dijabarkan prinsip-prinsip dan prioritas untuk proses pembangunan kembali Ukraina. Sasarannya adalah untuk memulai pemulihan Ukraina seusai perang.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengungkapkan, Uni Eropa akan membuat platform rekonstruksi untuk kerja sama dalam membangun kembali Ukraina setelah perang. Rencana kerja itu akan digunakan untuk memetakan kebutuhan investasi, koordinasi aksi, dan penyaluran sumber daya.
”Sejak awal perang, Uni Eropa telah memobilisasi sekitar 6,2 miliar euro dalam bentuk dukungan finansial dan akan memobilisasi dana lebih banyak lagi. Kami akan terlibat secara substansial dalam rekonstruksi itu dalam jangka menengah dan jangka panjang,” kata Von der Leyen.
Rencana kerja tersebut akan melibatkan seluruh negara, institusi, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Selain itu, juga akan melibatkan organisasi internasional, seperti Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan serta Bank Investasi Eropa. Bank Investasi Eropa telah menawarkan struktur pendanaan yang sebelumnya digunakan selama pandemi Covid-19 untuk membangun kembali Ukraina dengan investasi lebih dari 100 miliar euro (104,3 miliar dollar AS).
”Melalui rencana kerja rekonstruksi, Komisi Eropa dapat menawarkan keahliannya yang luas untuk menjalankan program yang menggabungkan reformasi dan investasi,” jelas Von der Leyen.
Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan, rekonstruksi Ukraina diperkirakan menelan biaya hingga 750 miliar dollar AS atau sekitar Rp 11,2 kuadriliun. Ia bersikeras, aset-aset Rusia yang disita harus digunakan untuk membayar pemulihan negaranya dari kerusakan akibat perang.
”Kami percaya, sumber utama pemulihan adalah aset yang disita dari Rusia dan oligarki Rusia,” katanya.
Duta Besar Ukraina untuk Swiss Artem Rybchenko menyebutkan, konferensi di Lugano akan membantu menciptakan ”peta jalan” pemulihan negaranya. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy awalnya dijadwalkan datang dan menjadi tuan rumah bersama mitranya dari Swiss, Ignazio Cassis. Namun, ia hadir secara virtual dan menyampaikan pidato melalui tautan video.
”Rekonstruksi Ukraina bukan proyek lokal, bukan proyek satu negara, melainkan tugas bersama dari keseluruhan dunia demokrasi—seluruh negara, seluruh negara yang dapat menyatakan mereka berperadaban,” kata Zelenskyy kepada ratusan hadirin. ”Memulihkan Ukraina berarti memulihkan prinsip-prinsip kehidupan, memulihkan prinsip-prinsip ruang kehidupan, memulihkan semua hal yang menjadikan manusia tetap manusia.”
Menurut Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss, upaya pemulihan Ukraina menuntut skema dan rancangan menyerupai Marshall Planguna membantu Ukraina membangun kembali negaranya. Ide Marshall Plan lahir 5 Juni 1947 saat Menteri Luar Negeri AS kala itu, George C Marshall, berpidato di Universitas Harvard.
Ia menyatakan, Eropa ”harus memperoleh bantuan substansial atau (jika tidak) menghadapi kemunduran ekonomi, sosial, dan politik yang dalam”. Rencana itu ditandatangani Presiden Harry Truman pada April 1948 dan menjadi kebijakan resmi bantuan AS.
Dampak perang
Robert Mardini, Direktur Jenderal Komite Internasional Palang Merah, mengatakan kepada media RTS bahwa rekonstruksi hanya dapat terjadi sepenuhnya setelah serangan bom berhenti. Menurut dia, sangat penting untuk memberikan ”perspektif positif kepada warga sipil, yang telah kehilangan rumah, dan berjuang dengan kecemasan dan ketidakpastian untuk masa depan”.
Universitas Kyiv School Economics memperkirakan kerusakan bangunan dan infrastruktur di Ukraina sejauh ini hampir mencapai 104 miliar dollar AS. Diperkirakan setidaknya 45 juta meter persegi rumah, 256 perusahaan, 656 institusi medis, dan 1.177 institusi pendidikan telah rusak, hancur, atau disita. Ekonomi Ukraina dikalkulasi merugi hingga 600 miliar dollar AS.
Simon Pidoux, penanggung jawab konferensi, mengatakan bahwa terlalu dini untuk memperkirakan semua kebutuhan rekonstruksi di Ukraina. Menurut dia, pertemuan di Lugano harus menyediakan panduan untuk pekerjaan rekonstruksi itu di masa depan. ”Saya pikir upaya itu akan berlangsung selama bertahun-tahun, jika tidak puluhan tahun,” katanya.
Meskipun pertemuan tersebut bukan konferensi para donor, sejumlah peserta diharapkan membuat kesepakatan baru dan mengusulkan kerangka kerja untuk menyediakan lebih banyak dana. Bank Investasi Eropa, misalnya, akan mengusulkan pembentukan dana perwalian Ukraina yang baru.
Proposal, yang akan diumumkan Senin sore waktu setempat, bertujuan untuk menciptakan platform yang mampu menghasilkan investasi menuju rekonstruksi sekaligus untuk aksesi Uni Eropa ke Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, rekonstruksi Ukraina akan menjadi ”tugas dari generasi ke generasi”. Dalam kunjungannya ke kota Irpin, Ukraina, beberapa waktu lalu, Scholz mengungkapkan, dirinya telah melihat tingkat kehancuran yang ”mengingatkannya pada gambaran Jerman setelah Perang Dunia II”.
”Seperti Eropa yang dihancurkan perang saat itu, Ukraina membutuhkan Rencana Marshall untuk rekonstruksinya,” ujar Scholz.
Scholz menggarisbawahi, negara-negara pendukung Ukraina harus siap mempertahankan dukungan bagi Ukraina dalam jangka panjang. ”Untuk membantu Kyiv mengusir penjajah Rusia, penting bahwa kita tetap teguh pada jalur, dengan sanksi kita, dengan pengiriman senjata yang terkoordinasi secara internasional, dengan dukungan keuangan kita untuk Ukraina,” kata Scholz.
Dalam rangka mendorong para pengambil keputusan pada pertemuan itu untuk memilih membangun kembali jaringan listrik Ukraina dengan energi terbarukan, organisasi Greenpeace dan 45 LSM Ukraina mendirikan replika turbin angin raksasa di dekat tempat konferensi.
Natalia Gozak, Kepala Ecoaction yang berbasis di Kyiv, bersikeras bahwa ”Ukraina seharusnya tidak membangun kembali infrastrukturnya dengan standar Soviet lama”, yang dikenal dengan batubara kotor dan bencana nuklir Chernobyl. ”Kita tidak bisa merencanakannya dengan salah sejak awal,” katanya.
Kritik pada Swiss
Terkait pertemuan di Lugano, lembaga swadaya masyarakat asal Swiss, Public Eye, mengkritik Swiss yang selama ini menjadi tempat aman bagi oligarki Rusia dan sebagai penghubung perdagangan minyak, biij-bijian, dan batubara Rusia. Menurut mereka, Swiss harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Rusia saat ini. Belum ada tanggapan dari Pemerintah Swiss mengenai kritik tersebut.
Public Eye menyambut positif ”keterlibatan kemanusiaan” Swiss untuk Ukraina melalui konferensi tersebut. Namun, mereka meminta Pemerintah Swiss secara ketat menerapkan sanksi internasional terhadap para elite dan Pemerintah Rusia.
Kelompok tersebut menyambut baik ”keterlibatan kemanusiaan” Swiss untuk Ukraina melalui konferensi tersebut. Namun, mereka meminta pemerintah untuk secara ketat menerapkan sanksi internasional terhadap elite Rusia dan pemerintah mereka.
Swiss adalah pusat keuangan internasional utama. Pemerintah negara itu kerap menyatakan posisi ”netralitas”-nya serta peran mereka sebagai perantara antara negara-negara yang bermusuhan dan sebagai tuan rumah banyak lembaga internasional dan PBB.
Asosiasi Bankir Swiss memperkirakan bahwa aset klien Rusia yang disimpan di bank Swiss berjumlah 150 miliar-200 miliar franc Swiss (155 miliar-210 miliar dollar AS), menjadikan negara itu sebagai gudang utama uang Rusia di luar negeri. (AFP/AP/REUTERS)