Pentagon Gandeng 8 Produsen Senjata untuk Pasok Ukraina
Amerika Serikat berencana terus memasok senjata ke Ukraina. Untuk itu, Kementerian Pertahanan AS akan menggelar rapat dengan delapan perusahaan produsen senjata, Rabu (24/4/2022) waktu setempat, di AS.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon berencana bertemu delapan perusahaan pembuat senjata. Mereka akan membahas peningkatan produksi dan pengiriman persenjataan untuk membantu Ukraina berperang melawan Rusia.
Rencana itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Kathleen Hicks pada Selasa (12/4/2022), seperti dikutip media Defense News. Pertemuan akan digelar pada Rabu (13/4/2022) waktu setempat atau Kamis (14/4/2022) waktu Indonesia.
Perusahaan pembuat senjata yang dimaksud antara lain Raytheon, Lockheed Martin, General Dynamics, L3Harris Technologies, dan juga Northop Grumman yang merupakan anak perusahaan pembuat pesawat Boeing.
Hicks mengatakan, pertemuan akan membicarakan peningkatan produksi persenjataan dan peralatan pendamping. Ada juga rencana pemutakhiran teknologi yang sudah ada agar lebih akurat dan efisien. ”Pentagon juga terus berhubungan dengan Kementerian Pertahanan Ukraina untuk mengetahui jumlah, jenis, dan kapasitas senjata yang mereka butuhkan,” ujar Hicks.
AS telah mengucurkan dana senilai 1,7 miliar dollar AS untuk membantu Ukraina. Sebanyak 800 juta dollar AS berupa persenjataan yang dikirim dengan 20 pesawat. Sejauh ini, 18 pesawat sudah tiba di wilayah Pakta Pertahanan Atlantik Utara untuk mengangkut persenjataan yang mencakup rudal antipesawat Stinger dan rudal antitank Javelin.
Pertemuan mengundang delapan produsen senjata di Pentagon itu menindaklanjuti laporan intelijen bahwa Rusia memindahkan pasukan dari Ukraina bagian utara ke timur. Menurut perhitungan intelijen, Rusia bermaksud merebut kota Mariupol di wilayah Donbas. Mereka akan dibantu pasukan separatis yang merupakan warga Ukraina dengan kedekatan budaya kepada Rusia. Kelompok ini hendak memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia.
”Mariupol merupakan akses ke Laut Azov. Jika Mariupol dikuasai Rusia, mereka otomatis menguasai Donbas dan Crimea. Dari sisi mental, ini akan menjadi pukulan telak bagi Ukraina,” kata Juru Bicara Pentagon John Kirby kepada ABC News.
Mariupol merupakan akses ke Laut Azov. Jika Mariupol dikuasai Rusia, mereka otomatis menguasai Donbas dan Crimea.
Sementara itu, di Minsk, Belarus, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Dalam jumpa pers bersama, Putin mempertahankan argumen bahwa penyerangan ke Ukraina merupakan operasi militer khusus, bukan invasi. ”Rusia membela warga Ukraina di Donbas yang memiliki bahasa dan kedekatan budaya dengan kami. Mereka dizalimi oleh Pemerintah Ukraina sehingga ingin memisahkan diri,” ujarnya.
Putin bersikeras Ukraina melanggar kesepakatan yang diambil dalam perundingan damai di Istanbul, Turki, bulan lalu. Oleh sebab itu, Rusia tidak akan menghentikan penyerangan sampai tujuan mereka tercapai.
Perkataan Putin dibalas oleh cuitan Twitter Mykhailo Podolyak, penasihat untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. ”Rusia bilang ingin melindungi warga Donbas. Kenyataannya, Mariupol dipenuhi jenazah korban tewas. Melindungi apanya,” cuit Podolyak.
Zelenskyy pada Selasa telah meminta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara-negara lain yang bersimpati agar menambah bantuan persenjataan. Ia minta bantuan tank, pesawat tempur, kendaraan bersenjata, dan artileri. (REUTERS)