Rumitnya Hubungan India-China
Di tengah krisis Ukraina saat ini, menarik menyoroti hubungan India-China. Dalam isu itu, mereka berada di jalur sama. Namun, relasi keduanya sering retak oleh masalah keamanan dan aliansi yang berlawanan.

Dalam foto dokumentasi 16 Oktober 2016, Perdana Menteri India Narendra Modi (depan) dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan dengan para pemimpin lainnya di Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Goa, India.
Hubungan dua negara raksasa bertetangga, India dan China, selalu berjalan ke dua arah berbeda: konvergen dan divergen. Adakala mereka bekerja sama pada suatu isu, tetapi berbeda merespons isu yang lain, dan bahkan terus berkonflik di perbatasan Himalaya. Relasi mereka acap retak oleh ketegangan keamanan dan aliansi yang berlawanan; mirip hubungan Amerika Serikat (AS) dan China.
Kerja sama dan konflik yang tertanam dalam hubungan India-China menggarisbawahi kompleksitas dan nuansa politik global. Di tengah dinamika hubungan dua negara bersenjata nuklir itu, AS dan Rusia sering melakukan mitigasi.
India-China acap berkolaborasi di tengah persaingan yang meningkat di kawasan. Baru- baru ini India-China menolak seruan Barat untuk mengecam keras agresi Rusia di Ukraina. Pada 2 Maret 2022, kedua negara itu memilih abstain atas resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengecam invasi Rusia. Dalam pertemuan daring dengan tiga mitra dialog keamanan Quad, yakni AS, Australia, dan Jepang, pada 3 Maret 2022, sikap India itu dipertegas.
Baca juga: India Tolak Tekanan AS soal Rusia
Empat bulan sebelumnya, pada konferensi iklim COP26 di Glasgow, India dan China bekerja sama dalam isu-isu kritis. Terkait tata kelola iklim global, India menentang proposal Barat soal pelarangan batubara, kecuali dengan pengurangan bertahap, dan mendukung keadilan iklim. Mitra terbaik pendukung India ialah China.
Sikap tegas India menolak tekanan Barat, termasuk AS, dalam perang Ukraina sempat menarik perhatian China. Beijing terkesan hendak berusaha menarik India menjauh dari AS. Menteri Luar Negeri China Wang Yi sampai melakukan kunjungan langka ke New Delhi pada 25 Maret.
Beijing melihat perubahan sikap India melawan AS dan sekutu Barat-nya dalam krisis Ukraina sebagai peluang emas untuk menarik New Delhi keluar dari orbit Washington. China merayu India dan mengungkap kerapuhan strategi Indo-Pasifik AS. Beijing, yang dua tahun ini bersitegang dengan New Delhi, berharap bisa memeluk India kembali untuk melawan AS.

Demonstran memegang spanduk bertuliskan Hentikan Perang dan Ayo Selamatkan Ukraina selama protes terhadap operasi militer Rusia di Ukraina, di Barcelona, Spanyol, Kamis (24/2/ 2022).
Michael Kugelman, Wakil Direktur Program Asia dan Peneliti Senior Asia Selatan di lembaga kajian Wilson Center, Washington DC, menyebutkan, New Delhi tidak mengecam keras Rusia karena kemitraan jangka panjangnya dengan Moskwa dan ketergantungan yang besar pada senjata Rusia. ”Faktor ini menjadi tantangan tetap hubungan India-AS,” tulis Kugelman di laman majalah Foreign Policy (14/4/2022).
Komitmen India-AS
Washington mencoba mengubah sikap India yang dinilai mulai condong ke Rusia dalam perang di Ukraina. Isu peningkatan pelanggaran HAM di India menjadi instrumen Gedung Putih untuk menekan New Delhi. India diminta mengurangi hingga menghentikan impor minyak dan senjata Rusia. Taktik itu tampaknya untuk meyakinkan New Delhi bahwa Moskwa bukan lagi mitra keamanan yang bisa diandalkan.
Namun, di tengah upaya India untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan AS dan Rusia, yang coba dimanfaatkan oleh China, New Delhi tetap lebih mendukung Washington dalam persaingan AS-China. Pembicaraan virtual, Senin (11/4/2022), antara PM India Narendra Modi dan Presiden AS Joe Biden oleh para pejabat AS digambarkan berlangsung ”hangat” dan ”terus terang”.
Baca juga: Tak Mampu Ubah Sikap India soal Isu Rusia, AS Mulai Gunakan Senjata HAM
Biden membuat sedikit kemajuan dalam membujuk Modi untuk berubah pikiran dari membeli minyak dan senjata Rusia. Media South China Morning Post, Jumat (15/4/2022), melaporkan, Washington mendukung India sebagai pemimpin industri pertahanan dan penyedia jaringan keamanan di Indo-Pasifik demi menghadang China.
India dan AS dilaporkan berjanji memperkuat hubungan di tengah tantangan China yang semakin menguat. Meski Modi dilaporkan memperbarui lagi komitmennya pada hubungan lebih dekat dengan Washington, hubungan khusus India-Rusia sulit kendur karena sudah berlangsung sejak sebelum Uni Soviet runtuh.
Stuti Bhatnagar, peneliti bidang keamanan Asia di Pusat Kajian Strategis dan Pertahanan Universitas Nasional Australia (ANU), mengatakan, persahabatan India-Soviet telah diikat Perjanjian Persahabatan 1971. Pada era Rusia modern, hubungan itu diperkuat melalui Deklarasi Kemitraan Strategis 2010 dan penegasan hubungan khusus saat Presiden Rusia Vladimir Putin melawat New Delhi pada 2021.

Perdana Menteri India Narendra Modi (kanan) menyapa Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum pertemuan di Hyderabad House di New Delhi, 6 Desember 2021.
Dalam artikelnya di East Asia Forum, forum analisis kebijakan internasional berbasis di Crawford School of Public Policy, ANU, 24 Maret 2022, Bhatnagar menyebutkan, hubungan India-Rusia paling terlihat di sektor pertahanan. Sekitar 60–85 persen perangkat keras militer India dipasok Rusia, seperti kapal selam, tank, dan jet tempur. Rusia juga penyuplai migas dan teknologi nuklir sipil untuk India.
Secara politik, Rusia telah menyatakan dukungan untuk keanggotaan tetap India di Dewan Keamanan PBB dan tetap menjadi mitra utama dalam forum Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS). Rusia juga berperan mendorong keanggotaan India, Juni 2017, di Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), organisasi yang didominasi China.
Hubungan New Delhi-Moskwa menempatkan India dalam posisi yang sulit karena kemitraannya yang berkembang dengan AS. India-AS juga terlibat dalam aliansi Quad, yang membuat India menjadi bagian penting strategi AS di Indo-Pasifik dan mengangkat India ke posisi politik yang lebih proaktif di kawasan.
Baca juga: Quad, Pembendung Kebangkitan China
Kehadiran China yang meningkat di kawasan, terutama karena ketegangan di perbatasan yang memperburuk hubungan India-China turut memperumit hubungan India-Rusia. India ingin mempertahankan persahabatannya dengan Rusia untuk tujuan kerja sama bilateral dan menarik Rusia agar berjarak dengan China.
Rusia telah memainkan peran konstruktif dalam membawa India dan China mencapai kesepakatan setelah konflik perbatasan di Ladakh, Himalaya, tahun 2020. Meski tidak secara resmi diakui sebagai mediator, penting mengidentifikasi peran Rusia dalam memfasilitasi deeskalasi perbatasan di Himalaya tersebut.
Jika Beijing ingin merangkul kembali tetangga dekatnya itu, India sebaliknya tidak benar-benar yakin memperkuat hubungannya dengan China sekuat hubungannya dengan AS. Apalagi Beijing telah mengabaikan keluhan New Delhi terkait aksi militer China dalam sengketa perbatasan, yang telah berjalan lebih dari 60 tahun.
Fitur paling sensitif
Fitur utama dari hubungan China-India yang paling sensitif hingga kini adalah konflik teritorial pascakolonial, yakni soal sengketa perbatasan di Himalaya. Sengketa dimulai dengan perang perbatasan pada Oktober 1962 hingga mereka berhasil mendinginkan ketegangan antara 1968 dan 2017 (kecuali 1987) berkat pakta perbatasan bersama. Pada Juni 2017, hubungan bilateral dirusak investasi jangka panjang Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) senilai 60 miliar dollar AS, bagian skema pembangunan global China: Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI). Pembangunan jalan oleh China saat itu di Doklam, wilayah status quo yang diperebutkan membuat mereka bersitegang selama 73 hari.

Dalam foto yang dibagikan Biro Informasi Pers India ini, Perdana Menteri India Narendra Modi berinteraksi dengan tentara selama kunjungan ke daerah Ladakh, India, Jumat, 3 Juli 2020.
Tahun 2018 menjadi titik balik hubungan India-China yang membawa perubahan besar, dari ambang ketegangan militer di Himalaya menjadi harmoni hubungan. PM Narendra Modi dan Presiden Xi Jinping mengadakan pertemuan informal pertama di Wuhan, China, 27-28 April 2018, untuk menurunkan ketegangan mereka.
Baca juga: Faktor di Balik Macetnya Proyek Global China di Koridor Pakistan
Harmoni hubungan itu berlangsung singkat. India-China kembali terlibat bentrokan mematikan di Himalaya, Mei 2020, karena pembangunan jalan oleh China. Sikap Beijing yang meremehkan keluhan New Delhi atas kebuntuan berlarut-larut di tapal batas, tanpa ada pembicaraan langsung Modi dan Xi sejak Mei 2020, jelas soal besar.
Shivshankar Menon, mantan diplomat dan Penasihat Keamanan National (2010-2014) bagi Perdana Menteri Manmohan Singh, mengatakan, sikap keras China mengubah India. Tindakan Beijing di perbatasan mendorong New Delhi memperkuat pertahanan dan menjadi penyeimbang China, termasuk bergabung dalam aliansi Quad (Foreign Affairs, 8/12/2021).
Opini publik India bergejolak sejak bentrokan pecah di Himalaya pada 2020. Dampak konflik sangat dalam. India merespons secara politis, bukan pendekatan militer. Misalnya, selain memperkuat hubungan di Quad, India sejak Juni 2020 telah melarang 274 aplikasi ponsel China (India Today, 15/2/2022). India juga memboikot pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing, 4 Februari 2022.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kiri) berpartisipasi dalam pertemuan perdana pemimpin Quad dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, dan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pertemuan virtual di Sydney, Sabtu, 13 Oktober 2021.
Wang saat ke New Delhi bulan lalu, kunjungan pertama pejabat tinggi China sejak bentrokan yang menewaskan 20 tentara India di Himalaya pada 2020, tidak berhasil mencairkan hubungan yang beku. Wang menyoroti kesamaan sikap di Ukraina. Namun, New Delhi meminta penurunan ketegangan perbatasan sebelum hubungan dipulihkan.
Sebenarnya netralitas India di Ukraina terkait soal hubungan bidang keamanan dengan Rusia, seperti halnya tentang China. Salah satu alasan India tidak mengecam Rusia adalah New Delhi membutuhkan pasokan senjata Moskwa untuk melawan Beijing.
Dari sudut pandang New Delhi, China tetap menjadi penghalang utama bagi pengaruh globalnya. Kesediaan Beijing untuk berperang di perbatasan dan bermitra kuat dengan musuh bebuyutan India, yakni Pakistan, menyulitkan hubungan mereka. Situasi ini mustahil berubah dalam waktu dekat, apalagi China berkepentingan pada megaproyek CPEC.
Baca juga: Gagal Akhiri Ketegangan di Perbatasan Himalaya, India-China Saling Tuding
India-China berlomba-lomba mendominasi atau menjadi pemimpin di kawasan dan tidak ingin tampil lemah. China telah mengepung India, bermitra kuat dengan Sri Lanka dan Maladewa serta Pakistan. Sengketa perbatasan memberi keduanya kesempatan memamerkan kekuatan militer dan ekonomi. Lanskap tersebut berlangsung di tengah buruknya hubungan India-Pakistan dan China-AS.
Perdagangan meningkat
Namun, hal yang menarik bahwa di tengah pandemi Covid-19 dan ketegangan global, perdagangan India-China meningkat pesat. Menurut Global Times (14/1/2022), perdagangan dua arah (bilateral) pada 2021 mencapai 125,66 miliar dollar AS atau meningkat 43,3 persen dari pada 2020.
Dilaporkan, ekspor China ke India pada Januari-Desember 2021 naik 46,2 persen menjadi 97,52 miliar dollar AS. Sementara ekspor India ke China tumbuh 34,2 persen menjadi 28,14 miliar dollar AS. Dengan demikian, ”China tetap menjadi mitra dagang terbesar India,” tulis media China itu yang mengutip data dari Administrasi Umum Kepabeanan China.

Menurut Global Times (22/4/2022), pada 16 Maret India secara resmi menyetujui 66 proyek investasi senilai 1,79 miliar dollar AS, sebagian besar merupakan investasi dari perusahaan China. Media melaporkan, para ahli mencatat ada tanda-tanda bahwa kerja sama ekonomi India-China menanjak setelah kunjungan Wang ke New Delhi, 25 Maret.
India-China berbagi ketegangan di antara dua narasi internal yang mendasar, yakni pembangunan negara pascakolonial serta pencarian keadilan ekonomi dan sosial. Kebijakan dalam dan luar negeri China ataupun India berpusat pada dua gagasan ini, yakni yang mengarah ke konflik dan yang mengarah ke kerja sama.