China terus mengumandangkan perdamaian dan penyegeraan gencatan senjata Rusia-Ukraina. Akan tetapi, tidak ada indikasi mereka mau memediasi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KIEV, SELASA — Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba berbicara dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi melalui telepon pada Selasa (5/3/2022). Perbincangan ini adalah permintaan Ukraina karena mereka ingin agar China mau membujuk Rusia segera menghentikan peperangan yang kini memasuki bulan kedua.
Dilansir dari kantor berita nasional China, Xinhua, Wang menyampaikan keprihatinannya atas situasi di Ukraina. Ia juga berterima kasih karena Ukraina memastikan keselamatan warga negara China yang mengungsi. Perang tidak memberi keuntungan kepada siapa pun dan merugikan rakyat.
”China tetap pada prinsip bahwa konflik hanya bisa diselesaikan dengan perundingan damai. China tidak akan memakai keadaan sekarang untuk mencari kekuatan geopolitik, memanas-manasi situasi, ataupun berdiam diri. Kami mengutamakan penyegeraan gencatan senjata,” kata Wang.
Patut diperhatikan bahwa Wang sama sekali tidak menyinggung soal kesediaan China menjadi perantara dialog damai Ukraina dengan Rusia. Padahal, tujuan Ukraina mendekati China ialah karena menganggap China memiliki hubungan akrab dengan Rusia sehingga Presiden China Xi Jinping diharapkan bisa berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin agar menyudahi konflik.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ketika diwawancara oleh stasiun televisi Fox News dari Amerika Serikat secara terang-terangan meminta bantuan China memediasi dialog damai. ”Pastinya, Ukraina tidak akan mengorbankan wilayah mana pun untuk diambil oleh Rusia. Ini wilayah kami dengan kedaulatan yang jelas,” ujarnya.
Perancis dan Turki telah berusaha menjadi penengah dan menyediakan tempat berunding bagi perwakilan Rusia dan Ukraina. Akan tetapi, hingga kini belum ada titik terang. Rusia meminta agar Ukraina berjanji tidak bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Bergabung dengan Uni Eropa boleh karena lebih ke kerja sama ekonomi.
”China yakin Ukraina bisa bijak dalam menentukan pilihan,” kata Wang.
Sikap China terhadap perang Rusia-Ukraina banyak memancing pertanyaan. China tidak mengecam Rusia ketika mereka menyerbu Ukraina. Xi juga mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden bahwa sanksi-sanksi dari Barat itu kebablasan dan merugikan dunia.
China mengatakan, mereka tidak ikut campur urusan dalam negeri negara lain. Akan tetapi, mereka tetap mengedepankan perdamaian dan stabilitas global.
Dalam media China-US Focus yang dikelola oleh Yayasan Pertukaran AS-China, pakar politik dari Universitas Harvard Joseph Nye berpendapat kecil kemungkinan China turun langsung menyelesaikan kondlik Rusia-Ukraina. Salah satu faktornya ialah China, terutama Xi Jinping, bukan kepala negara yang luwes dan bisa mendekati pihak-pihak yang bertikai.
Faktor kedua ialah mayoritas diplomat China menganggap perang Rusia-Ukraina sebagai konflik internal di Eropa. ”Selain itu, China menghadapi masalah yang lebih penting, yaitu pemastian Xi naik ke masa jabatan ketiga sebagai presiden. Mereka hendak fokus di penguatan Partai Komunis China dan memantapkan dukungan rakyat," papar Nye.
Sementara itu, Zelenskyy dijadwalkan berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB pada Selasa malam atau Rabu (6/4/2022) waktu Indonesia. Ia ingin membahas mengenai pembantaian warga sipil oleh pasukan Rusia di kota Bucha.
Ada 410 warga sipil yang tewas ditembak. Bukti-bukti yang diajukan oleh Kejaksaan Agung Ukraina menunjukkan mereka bukan milisi sipil, melainkan penduduk biasa. Rusia membantah tuduhan ini dan mengatakan bahwa selama pendudukan Bucha oleh pasukan Rusia tidak ada warga yang disakiti.
Posisi DK PBB rumit karena Rusia adalah anggota tetap dan memiliki hak veto. Ini yang membuat hingga kini belum ada keputusan dibuat. Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengusulkan agar Rusia didepak dari DK PBB. ”Konyol sekali tetap mengizinkan negara yang melanggar Piagam PBB menjadi anggota DK,” tuturnya. (Reuters/AP)