Rusia dan Ukraina sama-sama meminta Dewan Keamanan PBB bersikap soal isu Bucha. Eropa meminta pembentukan tim penyelidik
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
KIEV SENIN - Rusia dan Ukraina sama-sama meminta penyelidikan terbuka atas dugaan pembataian massal di Bucha, Ukraina. Bahkan, Moskwa meminta rapat darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk membahas masalah itu. Sayangnya, permintaan itu ditolak Inggris yang sedang jadi ketua bergilir dewan keamanan.
Presiden Ukraina Volodymy Zelenskyy mengatakan, mekanisme peradilan khusus akan dibentuk untuk menyelidiki kejahatan tentara pendudukan. “Inti mekanisme ini adalah kerja bersama pakar nasional dan internasional, penyelidik, penuntut, dan hakim. Mekanisme ini akan membantu Ukraina dan dunia menghadirkan keadilan yang nyata pada mereka yang terlibat pada perang ini,” ujarnya lewat video yang disiarkan pada Minggu (3/4/2022) malam waktu Kiev atau Senin dini hari WIB.
Ia meminta Kementerian Luar Negeri, Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Badan Keamanan SBU memastikan mekanisme itu berjalan segera. “Semua mitra Ukraina akan dikabari perincian tentang yang terjadi di daerah pendudukan di negara kami. Kejahatan di Bucha dan negara lain selama pendudukan Rusia akan dibahas di DK PBB pada Selasa ini,” kata dia.
Pada Rabu (30/3), pemerintah kota Bucha mengumumkan tentara Rusia meninggalkan kota itu. Pada Minggu (3/4), beredar informasi soal pembunuhan massal di sana. Dalam video yang diedarkan Ukraina, mayat-mayat bergelimpang di berbagai penjuru kota itu.
Perusahaan penyedia pencitraan satelit asal Amerika Serikat, Maxar Techologies, mengaku ada citra satelit pada 10 Maret 2022 yang merekam dugaan kuburan massal di Bucha. Sementara dalam rekaman pada 31 Maret 2022, kembali ada rekaman lokasi yang diduga menjadi kuburan massal. Pada 1 April 2022, Wali Kota Bucha Anatolii Fedoruk menyebut bahwa 280 jenazah ditemukan dalam kuburan massal di salah satu sudut kota itu.
Sikap Rusia
Juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan, Moskwa meminta sidang darurat DK PBB soal isu itu. “Kami melihat provokasi itu sebagai ancaman kedamaian dan keamanan internasional,” kata dia sebagaimana dikutip Ria Novosti.
Ia menyangkal tudingan Rusia melakukan pembantaian massal. Ia meminta para pemimpin dunia menahan diri dari menuding Rusia melakukan kejahatan itu. “Diplomat Rusia akan terus meminta masalah itu dibahas di DK PBB,” ujarnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga menyinggung soal permintaan Rusia kepada DK PBB. Walakin, Inggris sebagai ketua bergilir DK PBB periode April 2022 menolak permintaan itu. “Hari ini Rusia meminta lagi rapat DK PBB bersidang,” kata dia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut video itu bentuk provokasi baru. Saat tentara Rusia meninggalkan Bucha, menurut Kemenhan Rusia, tidak ada satu pun warga kota itu menjadi korban kekejaman tentara. Bahkan, tentara tetap membuka jalur evakuasi ke utara. Sebab, bagian selatan, timur, dan barat Bucha dikendalikan tentara dan milisi Ukraina.
Kemenhan juga menyoroti para korban yang mengenakan kain putih di lengan. Selama tentara Rusia menduduki Bucha, simbol itu menunjukkan warga yang berbaikan dengan tentara Rusia. Selain itu, tentara dan milisi Ukraina terus membombardir kota itu. “Kenapa persoalan itu tidak disinggung sama sekali?” demikian pernyataan Kemenhan Rusia.
Masalah lain yang disoroti Moskwa adalah, isu pembantaian diangkat beberapa hari setelah Bucha kembali dikendalikan tentara dan milisi Ukraina. “Apa yang terjadi dalam empat hari (periode antara tentara Rusia keluar Bucha hingga informasi soal pembantaian beredar) itu?” demikian lanjut pernyataan Kemenhan Rusia.
Sikap Eropa
Dalam pernyataan pada Senin (4/4), Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengecam Rusia atas laporan kekejaman di Bucha dan kota lain di Ukraina. “Gambar mengerikan tentang banyak warga sipil tewas, demikian pula kehancuran infrastruktur sipil menunjukkan kebrutalan perang yang sebenarnya. Pembantaian di Bucha dan kota lain di Ukraina akan terukir dalam daftar kekejaman di Eropa. Pemerintah Rusia bertanggung jawab atas kekejaman ini,” kata Borrell.
Ia meminta semua yang terlibat dihukum. “Uni Eropa mendukung semua langkah untuk memastikan pertanggungjawaban pelanggaran HAM dan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional di Ukraina oleh tentara Rusia,” ujarnya.
Brussels akan menambah sanksi ke Moskwa. Penambahan sanksi itu amat penting untuk menekan Rusia. Presiden Perancis Emmanuel Macron setuju perlu ada sanksi baru terhadap Rusia setelah informasi soal Bucha terungkap. Ia menyebut ada bukti jelas yang menunjukkan tentara Rusia bertanggung jawab pada kejahatan perang di Ukraina. “Hal yang terjadi di Bucha membutuhkan sanksi baru dan jelas. Kami akan berkoordinasi dengan mitra Eropa, khususnya Jerman, dalam beberapa hari ke depan,” kata dia.
Ia secara spesifik menyorot Jerman yang paling getol menolak boikot dan sanksi total pada Rusia. Sebab, sanksi total terhadap Rusia berarti berhenti membeli aneka komoditas Rusia. Padahal, para pebisnis dan politisi Jerman menyebut industri Jerman akan ambruk tanpa pasokan energi dari Rusia.
Polandia sampai menuding Jerman sebagai penghambat utama sanksi terhadap Rusia. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki dan PM Spanyol Pedro menuding ada genosida di Bucha. Morawiecki meminta penyelidikan internasional atas dugaan pembantaian di Bucha. “Pembantaian dilakukan Rusia, tentara Rusia. Ini genosida dan harus diadili. Kami mengusulkan pembentukan komisi internasional untuk menyelidiki genosida ini,” kata dia.
Sanchez mendukung pembentukan tim penyelidik untuk memeriksaan dugaan kejahatan itu. “Kami akan melakukan semua cara untuk memastikan para pelaku tidak akan bebas dari hukuman, mereka akan dibawa ke pengadilan, dalam hal ini Mahkamah Kriminal Internasional, untuk diperiksa dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujarnya. (AFP/REUTERS)