China Akan Mendamaikan Rusia-Ukraina dengan Caranya Sendiri
Beijing akan mencari jalan damai antara Rusia-Ukraina dengan cara yang diyakini Beijing. Beijing berharap UE akan memperlakukan China secara independen dalam dinamika hubungan antara UE-China dan keduanya dengan AS.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
”
BRUSSELS, JUMAT – Pemerintah China menawarkan kepada Uni Eropa, Jumat (1/4/2022), untuk mencari jalan damai antara Rusia dan Ukraina dengan ”cara China”. Beijing berharap Brussels akan memperlakukan China secara independen dalam dinamika hubungan antara UE dan China serta antara UE-China dan Amerika Serikat.
Pernyataan China itu disampaikan Perdana Menteri Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi UE-China Ke-23. KTT ini digelar lagi sejak terakhir kali diadakan tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Pertemuan yang digelar secara virtual itu menarik perhatian karena diselenggarakan di tengah perang Rusia-Ukraina. Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen hadir mewakili UE.
China menjalin hubungan energi, perdagangan, dan keamanan yang lebih dekat dengan Mokswa. Pada saat yang sama, Beijing selama beberapa tahun terakhir memosisikan diri sebagai kekuatan global yang dapat melawan hegemoni AS. Dalam dinamika itu, Li kepada para pemimpin UE menyatakan bahwa Beijing selalu mencari perdamaian, mempromosikan negosiasi, dan bersedia terus memainkan peran konstruktif bersama dengan komunitas internasional. Proses itu bakal dilakukan dengan cara Beijing.
Media China, Global Times, melaporkan, Presiden Xi dalam pertemuan itu menawarkan empat saran tentang bagaimana China dan UE dapat bekerja sama untuk membantu krisis Ukraina saat ini. Beijing mendorong UE memainkan peran utama dalam menjalin komunikasi di antara UE, AS, dan NATO. Pada saat bersamaan, UE dapat mencari solusi untuk membangun kerangka keamanan UE yang efektif dan berkelanjutan.
Xi mengatakan, China mendukung upaya UE menuju penyelesaian politik masalah Ukraina. China, dengan caranya sendiri, akan tetap berhubungan dengan UE untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih besar. Dalam pandangan China, akar penyebab krisis Ukraina adalah ketegangan keamanan regional di Eropa yang telah terbangun selama bertahun-tahun. Solusi mendasarnya adalah dengan mengakomodasi masalah keamanan yang sah dari semua pihak terkait.
China mendukung UE memainkan peran utama serta mendukung Eropa, Rusia, AS, dan NATO berdialog untuk menghadapi ketegangan itu. Beijing juga mendukung solusi untuk keseimbangan kerangka keamanan di Eropa yang efektif dan berkelanjutan. Xi menunjukkan bahwa China dan UE perlu berkomitmen untuk menjaga situasi tetap terkendali dan mencegah limpahan krisis. Di atas semua itu, UE diharapkan dapat menjaga sistem, aturan, dan fondasi ekonomi dunia yang stabil untuk meningkatkan kepercayaan publik.
Kepada Beijing, UE mengatakan sanksi Barat pantas diterapkan pada Moskwa atas langkahnya menginvasi Ukraina. ”Kami meminta China untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina. China tidak bisa menutup mata atas pelanggaran Rusia terhadap hukum internasional,” kata Michel dalam jumpa pers bersama Von der Leyen. ”Setiap upaya untuk menghindari sanksi atau memberikan bantuan kepada Rusia akan memperpanjang perang.”
Michel mengatakan, kedua belah pihak sepakat bahwa perang, yang disebut Rusia sebagai ”operasi militer khusus”, mengancam keamanan dan ekonomi global. Michel dan Von der Leyen juga menggambarkan KTT UE-China berjalan terbuka dan jujur. Menurut Von der Leyen, perdagangan UE-China jauh lebih besar daripada hubungan ekonomi China-Rusia. Lebih dari seperempat perdagangan global China pada tahun lalu terjadi dengan UE dan AS. Sementara perdagangan Rusia-China berkisar 2,4 persen saja.
China khawatir negara-negara Eropa mengisyaratkan kebijakan luar negeri garis keras seperti Washington. Oleh karena itu, Beijing telah meminta UE mengabaikan campur tangan eksternal dalam hubungannya dengan China. Pada 2019, UE tiba-tiba beralih dari bahasa diplomatik yang lembut menjadi keras dengan menyebut China sebagai saingan sistemik.
Bersama Inggris dan AS, UE juga menerapkan sanksi kepada pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang. Langkah Brussels itu mendorong Beijing membalas dengan cara yang sama, yakni membekukan kesepakatan investasi UE-China yang sudah dinegosiasikan. China sejak itu juga menangguhkan impor dari Lituania setelah negara Baltik anggota UE itu mengizinkan Taiwan membuka kedutaan secara de facto di ibu kotanya.
Von der Leyen mengatakan, Beijing perlu mempertahankan tatanan internasional yang telah menjadikan China ekonomi terbesar kedua di dunia. Barat mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina merupakan pelanggaran terhadap piagam PBB. ”Ini momen yang menentukan karena situasi tidak akan pernah sama seperti sebelum perang. Pertanyaannya, apakah kita bisa bersikap tegas untuk mendukung dan mempertahankan tatanan berdasarkan aturan,” tambahnya. (REUTERS)