Putin dan Xi bertemu secara langsung untuk pertama kali sejak 2019. Keduanya menyoroti perluasan kekuatan Barat sembari memperkuat hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai sektor.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
BEIJING, JUMAT — Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping menyatakan perlawanan terhadap setiap tekanan dan perluasan kekuatan Barat, terutama Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selain itu, keduanya menegaskan bahwa Taiwan merupakan bagian dari satu China.
Dua isu itu diungkap Putin dan Xi dalam pernyataan bersama kepada media seusai pertemuan di Beijing, ibu kota China, Jumat (4/2/2022). Tatap muka berlangsung secara tertutup hanya beberapa jam menjelang acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022.
Kantor berita Pemerintah China melaporkan, Putin dan Xi bertemu di Diaoyutai State Guesthouse. Namun, media itu tidak memberikan laporan secara rinci. Mereka tidak tampak berjabat tangan, hanya saling menyapa, akibat pembatasan untuk mencegah penularan Covid-19.
Itu pertemuan langsung pertama mereka sejak 2019. Pertemuan terjadi ketika China dan Rusia semakin menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka secara bilateral dan di badan-badan dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka beroposisi dengan blok pimpinan Amerika Serikat (AS).
Putin dan Xi menyoroti apa yang disebut sebagai campur tangan dalam urusan internal negara-negara lain. Sorotan terhadap NATO terjadi saat Rusia sedang mengumpulkan pasukan di dekat Ukraina, dan China menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin.
Penumpukan lebih dari 100.000 personel tentara Rusia di dekat Ukraina telah memicu kekhawatiran Barat bahwa Moskwa siap untuk menyerang negara tetangganya itu. Moskwa membantah dan mendesak Barat tidak memasukkan Ukraina dan negara bekas Uni Soviet lainnya mejadi anggota NATO.
Rusia mendesak AS dan sekutu Barat untuk tidak menyebarkan kekuatan senjata ke Eropa Timur. AS dan sekutunya itu diminta menarik kembali pasukan dari beberapa negara di Eropa Timur, tetapi tuntutan Moskwa itu ditolak dengan tegas oleh kekuatan Barat.
”Beberapa kekuatan yang mewakili minoritas di panggung dunia terus menganjurkan pendekatan sepihak untuk menyelesaikan masalah internasional dan menggunakan kebijakan militer,” kata pernyataan Putin dan Xi, yang tampaknya merujuk ke AS dan sekutu Barat.
Putin dan Xi menuduh negara-negara lain dan aliansi NATO berusaha mendapatkan keuntungan militer yang memperburuk keamanan negara lain. Perluasan NATO dan strategi Indo-Pasifik AS dinilai sebagai upaya membangun hubungan yang lebih dekat dengan negara lain di Asia.
“Kedua belah pihak menentang ekspansi lebih lanjut NATO, (dan) menyerukan aliansi Atlantik Utara untuk meninggalkan pendekatan ideologis Perang Dingin,“ kata pernyataan bersama Putin dan Xi.
Putin dan Xi ingin memproyeksikan diri sebagai penyeimbang bagi kekuatan Barat. Beijing semakin terbuka menunjukkan dukungan kuat kepada Moskwa dalam perselisihan Rusia dengan Ukraina yang didukung AS dan NATO.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menlu AS Antony Blinken dalam telepon pekan lalu bahwa masalah keamanan Moskwa perlu ditanggapi serius dan ditangani. Itu merupakan pernyataan yang menandai perubahan kebijakan penting bagi Beijing.
Populer
Putin menjadi tamu paling populer di Olimpiade Musim Dingin menyusul keputusan AS, Inggris, dan negara Barat lainnya untuk tidak mengirim pejabat tinggi. Tindakan Barat itu sebagai protes terkait tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan perlakuan China terhadap etnis Uighur dan minoritas lainnya.
Menurut kantor berita Associated Press, Putin memuji hubungan dekat Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan China, seperti disiarkan televisi Rusia. “Hubungan kedua negara berkembang secara progresif dengan semangat persahabatan dan kemitraan strategis,“ kata Putin.
Hubungan seperti itu, kata Putin, adalah contoh hubungan bermartabat yang mendukung pembangunan bersama. Putin dan Xi juga mengkritik dampak negatif Washington terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik, kata Kremlin.
Orang nomor satu di Rusia itu menekankan hubungan ekonomi yang makin erat dengan China. Di dalamnya termasuk kontrak baru untuk memasok China dengan 10 miliar meter kubik gas per tahun dari Rusia timur.
“Untuk pertemuan kami hari ini, para pekerja minyak kami telah menyiapkan solusi baru yang sangat baik untuk pasokan hidrokarbon ke Republik Rakyat Tiongkok (China), dan langkah maju lainnya telah diambil dalam industri gas,“ kata Putin.
Rusia telah lama menjadi pemasok utama minyak, gas, dan batubara untuk China, ekonomi terbesar kedua di dunia, bersama dengan bahan makanan dan bahan mentah lainnya. “Pertemuan itu menyuntikkan lebih banyak vitalitas ke dalam hubungan China-Rusia,“ kata media CCTV.
Putin mengingat pernah menghadiri Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing. Delegasi China juga menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, Rusia. Dia menyebut, pertukaran semacam itu, sampai batas tertentu, merupakan tradisi yang baik.
Para pemimpin lima negara pecahan Soviet di Asia Tengah, yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan China, mengikuti jejak Putin. Mereka hadir bersama dengan pemimpin negara lain yang memiliki kepentingan politik dan ekonomi dengan Beijing, seperti Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dan Presiden Polandia Andrzej Duda.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Direktur Jenderal Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia Daren Tang sudah tiba di Beijing, Kamis. Mereka semua menghadiri acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Isu Taiwan
Beberapa pengamat mengatakan, Beijing mengamati dengan cermat bagaimana AS dan sekutunya menghadapi kebuntuan dalam menghadapi krisis di Ukraina. Besar kemungkinan Beijing juga menarik pelajaran dari sana dalam menghadapi isu Taiwan.
Dikatakan, keragu-raguan Washington menghadapi krisis Ukraina dapat mendorong China tampil lebih tegas di Taiwan. Dalam pernyataan bersama dikatakan, Rusia menegaskan kembali bahwa Taiwan adalah bagian integral China dan menentang kemerdekaan Taiwan dalam bentuk apa pun.
Rusia dan China telah mengadakan serangkaian latihan perang bersama, termasuk latihan angkatan laut dan patroli oleh pesawat pengebom jarak jauh di atas Laut Jepang dan Laut China Timur. Pada Agustus lalu, pasukan Rusia pertama kalinya dikerahkan ke wilayah China untuk manuver bersama.
Putin juga mencatat bahwa Rusia telah berbagi teknologi militer yang sangat sensitif dengan China yang secara signifikan dapat membantu meningkatkan kemampuan pertahanannya. (AP/AFP/REUTERS)