Kecemasan Sembilan WNI di Chernihiv Berakhir
Kemenlu RI menyiapkan berbagai skenario evakuasi terhadap 9 warga Indonesia. Setiap hari pula skenario harus diubah karena pertempuran terus berlangsung di berbagai penjuru Ukraina.
JAKARTA, KOMPAS - Kecemasan selama 22 hari yang dialami 9 warga Indonesia di Chernihiv, Ukraina telah berakhir. Pada Jumat (18/3/2022), mereka telah tiba di Polandia dan akan segera pulang ke Indonesia.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengumumkan keberhasilan evakuasi 9 warga Indonesia dari kota yang terkepung pasukan Rusia itu. “Evakuasi ini sangat, sangat, sangat tidak mudah,” kata dia di Jakarta.
Baca juga: WNI Menjaga Harapan di Tengah Ketegangan Konflik
Kemenlu RI menyiapkan berbagai skenario evakuasi terhadap 9 warga Indonesia. Setiap hari pula skenario harus diubah karena pertempuran terus berlangsung di berbagai penjuru Ukraina. Bahkan, rudal Rusia menghancurkan sejumlah fasilitas di Bandara Danylo Halytskyi, Lviv beberapa saat setelah rombongan evakuasi tiba di kota itu.
“Tanpa kerja keras bapak dan ibu, kami tidak akan bisa keluar,” kata Iskandar, salah satu warga Indonesia yang dievakuasi dari Chernihiv, sembari berterima kasih kepada sejumlah pejabat Indonesia.
Baca juga Evakuasi WNI: Selamat Tinggal Angrek
Ia mengaku cemas dan frustasi selama tertahan di Chernihiv. Sejak perang meletus pada 24 Februari 2022 sampai 14 Maret 2022, mereka berada di pabrik plastik tempat bekerja sejak beberapa tahun lalu. Pada Senin (14/3), mereka pindah ke tempat perlindungan di luar pabrik. “Kemarin kami dengar, pabriknya sudah kena bom,” ujarnya sembari terisak.
Direktur Perlindungan WNI pada Kemenlu RI Judha Nugraha mengatakan, awalnya Iskandar dan 8 WNI itu akan dievakuasi pada Senin lalu. Walakin, rencana itu tertunda oleh pemberlakuan jam malam di Kiev. Jam malam di ibu kota Ukraina dan harus dilewati dalam proses evakuasi dari Chernihiv itu dicabut pada 17 Maret 2022 pagi. Setelah jam malam dicabut, Iskandar dan rekannya segera dievakuasi melewati Kiev dan Hostomel.
Mereka tiba di Lviv pada Jumat dini hari. Pada Jumat siang, mereka meninggalkan Lviv menuju Polandia. Pada Jumat malam WIB, mereka telah memasuki Polandia dan akan diinapkan sembari menanti pemeriksaan kesehatan. Jika semua lancar, mereka dijadwalkan meninggalkan Polandia pada Minggu dan tiba di Indonesia pada Senin (21/3).
Retno mengatakan, kini masih ada 23 WNI tinggal di Ukraina karena alasan keluarga. Selain itu, masih ada 9 staf KBRI Kiev yang tetap tinggal di Ukraina.
Perkembangan serangan
Rudal Rusia yang menghantam kompleks Danylo Halytskyi diduga melewati wilayah udara Moldova. Rudal yang jatuh ke kota dekat Polandia itu menjadi alasan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengintensifkan komunikasi dengan para komandan Rusia.
Dalam pernyataan pada Jumat (18/3/2022), Angkatan Udara Ukraina menyebut rudal KH-555 ditembakkan Rusia dari Laut Hitam. Rudal udara ke darat yang khusus dirancang dilepaskan dari pesawat pembom itu menghantam bengkel dan hangar pesawat di Bandara Danylo Halytskyi. Rudal berjangkauan maksimal 2.500 kilometer itu juga dipakai Rusia meledakkan pusat latihan tempur Yaroviv, Lviv pada Minggu (13/3).
Baca juga Krisis Ukraina Seret Presidensi G-20 Indonesia
Pernyataan AU Ukraina mengisyaratkan KH-555 melewati wilayah udara Moldova sebelum meledakkan kompleks bandara. Sebab, lintasan dari Laut Hitam ke Lviv harus melewati Moldova. Bahkan, jika pesawat pembawa rudal itu bergeser 50 kilometer dari selatan Semenanjung Crimea yang diduduki Rusia sejak 2014, KH-555 berpeluang melewati wilayah udara Rumania yang merupakan anggota NATO.
Pernyataan AU Ukraina menunjukkan pertahanan udara Ukraina semakin tidak berdaya. Sebab, KH-555 harus terbang paling sedikit 650 kilometer sebelum mencapai sasaran.
Intensitas serangan Rusia ke Lviv menyulitkan pasokan senjata Amerika Serikat dan sekutunya ke Ukraina. Sebab, bengkel di Bandara Danylo Halytskyi sejak lama dipakai merawat jet tempur MiG-29. Polandia telah mengumumkan siap menghibahkan 28 pesawat sejenis ke NATO untuk kemudian diberikan ke Ukraina. Ada pun Puslatpur Yaroviv diketahui sebagai markas awal milisi asing sebelum bergerak ke berbagai wilayah Ukraina. Sejumlah anggota Uni Eropa dan NATO secara terbuka mendukung milisi asing membantu Ukraina.
Pada Jumat siang, Bloomberg melaporkan sejumlah diplomat NATO mengakui komandan NATO dan Rusia intensif berkomunikasi sejak serangan ke Lviv meningkat. Komunikasi untuk memastikan tidak ada salah paham di antara Brussels dan Moskwa. Dalam berbagai kesempatan, NATO menyatakan tidak akan terlibat secara langsung dalam perang Rusia-Ukraina. Sejauh ini, NATO memasok aneka persenjataan ke Ukraina.
Bahkan, Menteri Pertahanan Slovakia Yaroslav Nagy mengatakan bahwa negaranya siap memberikan sistem pertahanan udara S-300 kepada Ukraina. Syaratnya, Bratislava diberikan sistem pertahanan udara baru dari NATO. Bersama Bulgaria dan Yunani, Slovakia adalah anggota NATO yang mengoperasikan S-300. Sistem pertahanan udara itu warisan dari era Uni Soviet, kala Slovakia masih bergabung dengan Cekoslovakia dan menjadi negara satelit Uni Soviet sampai 1991.
“Begitu S-300 melewati perbatasan dan tiba di wilayah Ukraina, maka tugas AU Rusia menghancurkannya. Sudah jadi sasaran serangan yang sah karena disiapkan untuk menyasar pesawat Rusia,” kata Direktur Center for Analysis of World Arms Trade Igor Korotchenko di Moskwa.
Rusia memang sudah mengubah sikap soal pasokan senjata NATO ke Ukraina. Para pejabat Rusia memastikan, konvoi kendaraan pengangkut senjata itu adalah sasaran yang sah dalam perang Ukraina.
Baca juga Perang Rusia-Ukraina Paksa Eropa Keluarkan Dana Triliunan Euro
Jika bisa direbut, Rusia berencana membagikan persenjataan itu kepada milisi pendukung Republik Rakyat Donetks (RRD)dan Republik Rakyat Luhanks (RRL). Rusia mengakui kedaulatan RRD dan RRL pada 21 Februari 2022. Bagi komunitas internasional, RRD dan RRL tetap wilayah Ukraina.
Kota lain
Selain Lviv, pasukan Rusia juga terus menyerang kota lain. Kiev, Kharkhiv, hingga Kramatorsk jadi sasaran pemboman Rusia pada Jumat.
Bersama milisi RRD, tentara Rusia juga terus merapatkan kepungan di Mariupol. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut, target pasukan Rusia dan RRD adalah kelompok bersenjata di pusat kota Mariupol.
Dewan Kota Mariupol menyebut, hingga 100 bom diarahkan Rusia ke kota itu setiap hari. Berbagai penjuru kota itu hancur oleh bombardir yang nyaris tanpa henti. Dalam taksiran awal, paling tidak 80 persen permukiman Mariupol hancur oleh serangan sejak tiga pekan lalu itu.
Perang yang memasuki pekan ke-empat itu memaksa hampir 3,2 juta penduduk Ukraina mengungsi. Pada Jumat pagi, sudah lebih 2 juta penduduk Ukraina menyeberang ke Polandia. Pengungsi juga mengalir ke sejumlah negara Eropa baik anggota NATO dan UE maupun yang bukan anggota kedua organisasi itu.
Warsawa sudah berulang kali menyatakan, kemampuannya menampung pengungsi Ukraina akan terbatas. Karena itu, Polandia meminta bantuan UE dan komunitas internasional untuk menampung pengungsi yang terus mengalir dari Ukraina.
Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) menyebut, jumlah harian pengungsi yang keluar dari Ukraina mulai berkurang. Tidak diketahui apakah karena memang tidak ada lagi yang mengungsi atau karena mereka kesulitan meninggalkan negaranya.
Baca juga Efek Perang Ukraina, AS Kebanjiran Pesanan Rudal-Pesawat Nirawak dari Eropa
Sejak perang meletus, pemerintah Ukraina memberlakukan wajib militer. Seluruh pria berusia 18 tahun sampai 60 tahun diwajibkan membantu pertahanan negara. (AFP/REUTERS)