Tak Ada Lagi Antrean Sandal Jepit untuk Berobat
Penyakit jantung menjadi penyakit katastropik dengan jumlah kasus tertinggi dan beban biaya kesehatan tertinggi yang ditanggung dalam program JKN-KIS. Berbagai inovasi diperlukan untuk memastikan pelayanan tetap optimal.
Hampir tengah hari ketika Bambang Dwi Julianto (65) tiba di RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Jakarta, pada Selasa (22/8/2023). Bukan kesiangan, tetapi memang jadwal ia bertemu dengan dokter untuk konsultasi mengenai kondisi jantungnya baru pukul 13.00.
”Sudah daftar sejak kemarin lewat online. Jadi, ke sini enggak perlu pagi-pagi. Pas daftar online juga saya dapat nomor urutan satu untuk jadwal konsultasi siang. Jadi, tadi cuma diantar anak saya saja, saya tinggal nunggu,” ujar warga Jakarta Barat itu.
Dua tahun lalu, Bambang mendapat tindakan coronary artery bypass graft (CABG) atau yang dikenal dengan bypass jantung. Sejak saat itu, setiap sebulan sekali, ia harus kontrol dan konsultasi ke dokter.
Menurut dia, sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), pelayanan bagi pasien di rumah sakit kini sudah lebih baik. Inovasi seperti adanya antrean daring bagi pasien rawat jalan juga sangat membantu. Layanan ini membuatnya tak perlu datang terlalu pagi dan menunggu terlalu lama. Bambang sudah menjadi peserta program JKN-KIS sejak 2015.
Bambang ingat benar, sekitar pertengahan 2015, saat ia sering berobat karena diabetes yang dialaminya, selepas subuh ia harus langsung datang ke rumah sakit untuk mengambil nomor antrean berobat ke dokter. Terkadang ia bahkan mengantre bersama sandal jepit ataupun benda-benda lain yang digunakan pasien lain untuk menggantikan posisi antrean.
Sekalipun sudah datang sangat pagi, nomor antrean yang didapatkan Bambang sangat panjang. Ia baru bisa mendapatkan jadwal konsultasi sekitar pukul 09.00.
”Sekarang pelayanan sudah bagus. Kalau masalah nunggu dan antrean itu juga karena banyak orang yang masuk BPJS (program JKN-KIS). Tapi pelayanannya sudah bagus enggak perlu antre pagi-pagi seperti dulu. Itu sudah lebih baik di mana-mana, tidak cuma di sini (RSJPD Harapan Kita),” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Elly (58). Ia datang jauh-jauh dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, untuk melakukan pemeriksaan akibat penyumbatan pembuluh darah yang dialaminya. Elly mengatakan, pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan di rumah sakit pusat rujukan nasional karena penanganan yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan di rumah sakit asalnya.
Baca juga: Permudah Akses Kepesertaan dengan Layanan Digital
Berbeda dengan Bambang, Elly tidak melakukan pendaftaran untuk konsultasi secara daring. Ia datang ke rumah sakit sejak pukul 07.30 dan baru mendapatkan jadwal untuk konsultasi sekitar pukul 09.30. ”Pasien di sini (RSJPD Harapan Kita) memang banyak, jadi antreannya panjang, tapi lancar. Tidak ada biaya-biaya tambahan juga kalau BPJS,” katanya.
RSJPD Harapan Kita merupakan pusat rujukan nasional untuk penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah. Itu sebabnya, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut sangat besar. Sebagian besar pasien yang dirawat pun merupakan pasien peserta JKN-KIS.
Berdasarkan data RSJPD Harapan Kita, jumlah kunjungan pasien rawat jalan untuk peserta JKN-KIS pada 2022 sebanyak 102.350 kunjungan atau 73 persen dari total kunjungan pasien. Adapun kunjungan untuk rawat inap untuk peserta JKN-KIS sebanyak 11.237 kunjungan atau sekitar 90 persen dari total kunjungan.
Beban kesehatan
Direktur Utama RSJPD Harapan Kita Iwan Dakota saat ditemui di Jakarta, Selasa (22/8/2023), menyampaikan, kunjungan rawat jalan di RSJPD Harapan Kita berkisar 200-300 pasien per hari. Jumlah ini semakin meningkat pascapandemi Covid-19.
Ia mengatakan, penyakit jantung menjadi salah satu penyakit dengan beban biaya kesehatan yang tinggi. Selain karena jumlah pasien di Indonesia yang besar, biaya untuk beberapa tindakan untuk operasi jantung juga mahal.
Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit dengan beban biaya kesehatan yang tinggi. Selain karena jumlah pasien di Indonesia yang besar, biaya untuk beberapa tindakan untuk operasi jantung juga mahal.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 2022 menyebutkan, penyakit jantung merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak dan biaya tertinggi untuk jenis penyakit katastropik. Total kasus penyakit jantung yang ditanggung dalam program JKN-KIS pada 2022 sebanyak 15,4 juta kasus dengan biaya mencapai Rp 12,1 triliun. Pada urutan kedua, penyakit kanker sebanyak 3,1 juta kasus dengan biaya Rp 4,5 triliun.
Iwan mengatakan, inovasi mutlak dilakukan agar sistem pelayanan pada pasien penyakit jantung yang jumlahnya sangat besar bisa tetap optimal. Salah satunya dilakukan dengan sistem pendaftaran daring. RSJPD Harapan Kita membuka sejumlah opsi untuk pendaftaran daring bagi pasien, antara lain, lewat aplikasi RSJPDHK yang sudah tersambung dengan sistem pendaftaran BPJS integrasi.
Pendaftaran juga bisa dilakukan melalui nomor Whatsapp RSJPDHK ataupun contact center 1500034. Melalui pendaftaran daring, pasien bisa sekaligus melakukan antre secara daring dengan perkiraan waktu untuk konsultasi yang bisa diketahui terlebih dahulu. Dengan begitu, pasien tidak perlu menunggu terlalu lama di rumah sakit.
Baca juga: Mewujudkan Transformasi Layanan Jaminan Kesehatan Nasional
”Inovasi lainnya dengan sistem pengambilan obat yang bisa diantar langsung ke rumah. Kami juga menambah ruangan layanan untuk mengurangi antrean tindakan pada pasien,” kata Iwan.
Inovasi
Sebelumnya, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti dalam kegiatan Ekspos Publik Laporan Keuangan dan Laporan Pengelolaan Program JKN di Jakarta, Selasa (18/7/2023), menyampaikan, inovasi layanan pada peserta JKN-KIS menjadi fokus dalam upaya transformasi mutu layanan JKN. Akses dan administrasi layanan kesehatan harus lebih mudah. Selain itu, antrean pelayanan di fasilitas kesehatan juga harus lebih cepat.
Kemudahan akses layanan JKN di fasilitas kesehatan dapat dilakukan melalui antrean daring. Antrean daring yang terintegrasi dengan aplikasi Mobile JKn dan fasilitas kesehatan dapat memberikan kepastian layanan dan mengurangi antrean di fasilitas kesehatan. ”Sekarang sudah ada 2.779 FKRTL (fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan) yang menerapkan antrean online integrasi Mobile JKN. Jumlah ini akan terus kita dorong,” katanya.
Ghufron menambahkan, inovasi lain yang juga terus ditingkatkan dalam layanan JKN adalah adanya tampilan (display) informasi jadwal operasi di rumah sakit. Ini dilakukan untuk memberikan kepastian pelayanan bagi peserta dan kepastian mengenai tindakan yang akan diberikan. Kemudahan lainnya adalah dengan simplifikasi rujukan khusus bagi pasien hemofilia dan thalasemia yang membutuhkan pengobatan rutin jangka panjang.
Menurut Ghufron, kemudahan dan kecepatan dalam layanan peserta JKN akan terus ditingkatkan seiring dengan bertambahnya jumlah peserta dan pemanfaatan layanan JKN. Total pemanfaatan untuk layanan JKN mencapai 1,4 juta per hari dengan total pemanfaatan per tahun mencapai 502,9 juta pemanfaatan. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,1 juta pemanfaatan per hari dengan total pemanfaatan per tahun mencapai 392,9 juta pemanfaatan.
Pemerataan layanan
Iwan menyampaikan, inovasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk layanan bagi pasien JKN-KIS memang dibutuhkan. Namun, upaya itu tidak dapat mengatasi antrean ataupun penumpukan pelayanan dalam jangka panjang. Pemerataan layanan kesehatan di setiap wilayah di Indonesia dinilai lebih dibutuhkan agar pasien tidak perlu jauh datang ke Jakarta untuk berobat.
Baca juga: Satu Tahun Menuju Cakupan Semesta
Itu sebabnya RSJPD Harapan Kita sebagai rumah sakit rujukan nasional pun terus memperkuat jejaring rumah sakit yang diampu agar berbagai layanan jantung yang cukup rumit bisa juga dilakukan di rumah sakit lain di daerah. Diharapkan fasilitas kesehatan yang diperlukan pun dapat dilengkapi beserta dengan SDM kesehatan yang dibutuhkan.
Sesuai dengan tujuan dibentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), kebutuhan dasar masyarakat, termasuk kebutuhan kesehatan, seharusnya bisa terpenuhi secara optimal. Cakupan kesehatan semesta (UHC) yang ditargetkan dalam layanan JKN-KIS tidak hanya mencakup jumlah peserta yang luas saja, tapi juga manfaat dan layanan, serta pembiayaan. Dengan begitu, masyarakat seperti Elly tidak perlu jauh-jauh datang dari daerah untuk berobat ke Jakarta.