Persepsi Positif akan Kualitas Tidur Pengaruhi Suasana Hati
Walau kurang tidur atau kualitas tidur tak berkualitas, suasana hati seseorang tetap bisa baik esok harinya. Ini karena ia punya perspektif positif akan pengalaman tidurnya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persepsi individu tentang kualitas tidurnya berdampak besar pada munculnya emosi positif dan rasa puas setelah bangun. Emosi tersebut belum tentu muncul pada individu yang kualitas tidurnya baik menurut catatan alat pelacak tidur.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari University of Warwick, Inggris. Penelitian berjudul The Influence of Sleep on Subjective Well-Being: An Experience Sampling Study tersebut dipublikasikan di jurnal American Psychological Association (APA).
Penelitian melibatkan lebih dari 100 orang berusia 18-22 tahun. Selama dua minggu, mereka diminta mencatat kondisi tidur di malam sebelumnya. Catatan itu mencakup, antara lain, waktu mereka tidur, waktu mereka bersiap untuk tidur, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, waktu mereka bangun, dan waktu mereka bangkit dari kasur. Mereka juga diminta menilai kepuasan tidur semalam.
Para peserta juga diminta untuk mengukur emosi negatif dan positif, serta seberapa puas mereka akan kehidupan yang dijalani. Adapun peserta menggunakan actigraph di tangan untuk merekam pergerakan dan pola tidur mereka.
Menurut penulis utama penelitian ini, Anita Lenneis, kualitas tidur berkaitan dengan kesejahteraan (well-being) serta kepuasan seseorang akan hidupnya. Kualitas tidur juga berpengaruh ke suasana hati. Ini disimpulkan setelah mengevaluasi catatan peserta.
Lenneis menambahkan, peserta yang tidur lebih nyenyak dibandingkan biasanya mengalami emosi positif serta kepuasan tinggi akan kehidupan di hari berikutnya. Sementara itu, catatan kualitas tidur dari actigraph tidak berkaitan dengan emosi positif dan kepuasan hidup.
”Ini menunjukkan perbedaan antara efisiensi tidur yang diukur actigraph dengan persepsi orang terhadap kualitas tidurnya sendiri tentang evaluasi orang mengenai kesejahteraan mereka,” ucap Lenneis, seperti dikutip dari laman University of Warwick, Senin (7/8/2023).
Menurut profesor dari Departemen Psikologi University of Warwick, Anu Realo, kesejahteraan seseorang bergantung pada persepsi mereka terhadap kualitas tidurnya. Alat pelacak tidur dapat menyebut bahwa kualitas tidur seseorang buruk, tetapi orang itu bisa merasakan hal yang sebaliknya.
Persepsi positif itu dapat berpengaruh ke suasana hati yang baik pula saat bangun dan beraktivitas. ”Persepsi orang-orang akan kualitas tidurnya yang penting untuk kesejahteraan, bukan efisiensi tidur yang diukur actigraph,” kata Realo.
Di sisi lain, tidur berkualitas serta cukup disarankan untuk menjaga kesehatan fisik. Sejumlah penelitian menyebut bahwa kurang tidur berdampak terhadap kesehatan jantung. Kurang tidur juga berkontribusi ke penyakit diabetes, hipertensi, juga depresi.
Tidur cukup dan berkualitas pun penting untuk menjaga kesehatan mental. Studi dari University of York sebelumnya menyebut bahwa tidur berkualitas membantu membangun ketahanan individu dari depresi dan kecemasan.
”Kami menemukan bahwa tidur berperan penting dalam manajemen stres kronis dan dapat menjaga kesejahteraan dalam waktu yang lama, serta mengurangi gejala depresi dan kecemasan,” ucap profesor Departemen Psikologi University of York serta pengawas penelitian ini, Scott Cairney, mengutip dari Sciencedaily.