Kita kerap disuguhi perilaku anggota masyarakat yang ’merasa diri berhak’ sehingga berperilaku sewenang-wenang. Padahal, hal itu merugikan, bahkan membahayakan orang lain.

Sebagian orang rela menghabiskan uang untuk membeli tiket konser, membeli mainan, atau untuk makan enak. Muaranya satu, yakni mencicipi kebahagiaan duniawi.

Kenapa remaja laki-laki berkelahi? Bagaimana menghentikan fenomena yang berakar dari budaya patriarki ini?

Tidak ada pembelajaran positif yang bisa kita ambil dari hiruk-pikuk dunia maya. Untuk mencari ketenangan, ada baiknya kita mundur sejenak dari hiruk-pikuk dunia maya dan menemukan kembali sisi kebajikan manusia.

Mereka yang mengadopsi gaya hidup hemat bertumbuh kesadaran baru dengan beragam cara. Salah satunya dengan memakai kembali barang yang digunakan sebelumnya atau mendaur ulang.

Hingga 32 persen gen Z merasa membutuhkan pertolongan untuk mengatasi masalah kejiwaan. Masalahnya, 50 persen dari mereka tidak mau menemui tenaga kesehatan jiwa. Gen Z malah mencari informasi kesehatan jiwa di Tiktok.

Gangguan kecemasan bisa menimbulkan serangkaian gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena itu, tanda klinis masalah itu perlu dideteksi sejak dini.

Tampaknya gejala ”overthinking” terus melanda banyak orang, sebagian besar dari mereka sulit menghentikannya, meski cukup paham bahwa lebih banyak rugi daripada untungnya. Mari kita kupas lebih jauh.