Kurang Tidur Mengancam Kesehatan Jantung
Tidur yang cukup dan berkualitas turut menjaga kesehatan dan kebugaran seseorang. Studi terbaru menunjukkan, kurang tidur meningkatkan risiko penyakit jantung.

Dua orang penumpang tidur di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/9/2019). Mereka beristirahat sambil menunggu pesawat yang datang.
Tidur cukup menjadi salah satu kunci menjaga kesehatan fisik maupun mental. Namun banyak orang tidak mendapat kualitas tidur yang cukup. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan kemampuan seseorang beraktivitas sehari-hari. Jika terjaga sepanjang malam, tentu keesokan harinya badan terasa lelah dan tak bugar.
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports terungkap bahwa aspek individu dari kurang tidur dapat merusak kesehatan jantung. Namun jika digabung, risiko penyakit jantung bisa meningkat sebanyak 141 persen.
Studi yang dipimpin University of South Florida(USF) meninjau data tidur dari 6.820 orang dewasa Amerika Serikat dengan usia rata-rata 53 tahun yang melaporkan sendiri karakteristik tidur dan riwayat penyakit jantung mereka. Di antara peserta, 633 orang mengenakan perangkat di pergelangan tangan yang menangkap aktivitas tidur.
Para peneliti berfokus pada berbagai aspek kesehatan tidur, seperti keteraturan, kepuasan, kewaspadaan selama jam bangun, waktu tidur, efisiensi tidur dan durasi tidur, serta menghubungkannya dengan penyakit jantung yang didiagnosis dokter.
Baca juga: Kurang Tidur Meningkatkan Risiko Jantung pada Perempuan
Hasilnya, tiap penambahan masalah kesehatan tidur yang dilaporkan sendiri dikaitkan kenaikan risiko penyakit jantung 54 persen. Perkiraan risiko penyakit jantung terkait peningkatan masalah kesehatan tidur jauh lebih tinggi bagi mereka yang memberi data tidur dengan laporan diri dan perangkat riset dengan peningkatan risiko 141 persen.

"Temuan ini menunjukkan pentingnya menilai masalah kesehatan tidur dalam individu untuk mengenali risiko penyakit jantung,” kata penulis utama studi, Soomi Lee, asisten profesor studi penuaan dan direktur lab STEALTH di USF, sebagaimana dikutip sciencedaily.com, Senin (7/2/2022).
Temuan ini menunjukkan pentingnya menilai masalah kesehatan tidur dalam individu untuk mengenali risiko penyakit jantung.
Hal ini merupakan studi pertama yang menunjukkan bahwa, orang berusia paruh baya memiliki lebih banyak masalah kesehatan tidur. "Estimasi risiko lebih tinggi pada mereka yang memberikan laporan diri dan data tidur actigraphy menunjukkan bahwa mengukur kesehatan tidur secara akurat dan komprehensif penting untuk meningkatkan prediksi penyakit jantung," tuturnya.
Tim peneliti mengajukan pertanyaan terkait kesehatan peserta, termasuk apakah dokter mengonfirmasi kondisi jantung seperti aritmia atau gangguan irama jantung. Mereka juga memantau riwayat keluarga penyakit jantung dan faktor sosiodemografi, seperti ras, jenis kelamin, merokok, depresi dan aktivitas fisik.
Para peneliti menemukan, perempuan dilaporkan memiliki lebih banyak masalah kesehatan tidur, sedangkan pria lebih mungkin menderita penyakit jantung, tetapi jenis kelamin tak memengaruhi korelasi keseluruhan dua faktor itu. Adapun hubungan kuat antara kesehatan tidur dan penyakit jantung tidak berbeda menurut ras.
Baca juga: Anak Kurang Tidur Lebih Mudah Depresi
Lee mengutarakan, meski kesehatan tidur penting bagi segala usia, tim periset berfokus pada masa dewasa menengah karena mencakup jangka waktu lebih lama, memiliki pengalaman hidup beragam, lebih stres karena pekerjaan, dan peran keluarga. Saat itu penanda awal penyakit jantung dan masalah tidur terkait usia juga mulai muncul.

Sebagian calon penumpang kereta api tidur di teras Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (10/9/2019) dini hari. Mereka sengaja datang lebih awal dan beristirahat di stasiun agar tidak tertinggal kereta dengan jadwal keberangkatan pagi hari.
Efek jangka panjang
Selain risiko penyakit jantung dan penyakit karadiovaskular lainnya, dalam jangka panjang, kurang tidur membahayakan kesehatan mental. Artikel berjudul“The Effects of Sleep Deprivation on Your Body”, di healthline.com, 15 Desember 2021, menyebutkan, kurang tidur juga meningkatkan risiko penambahan berat badan atau obesitas.
Menurut artikel berjudul “What to Know About Sleep Deprivation”, yang dimuat di medicalnewstoday.com, 23 Juli 2020, kurang tidur memengaruhi berbagai aspek kesehatan seperti sistem kekebalan sehingga lebih rentan terinfeksi yang butuh waktu lebih lama untuk sembuh dan penyakit pernapasan.
Tidur juga membantu pembuluh jantung menyembuhkan, membangun kembali, dan memengaruhi proses yang menjaga tekanan darah, kadar gula, dan pengendalian peradangan. Jadi, terlalu sedikit tidur meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Baca juga: Menikmati Tidur
Selain itu kurang tidur juga bisa memicu peningkatan penyimpanan lemak, berat badan, dan risiko diabetes tipe dua lebih tinggi. Terlalu sedikit tidur kurang memengaruhi produksi hormon, termasuk hormon pertumbuhan dan testosteron, serta membuat tubuh melepaskan hormon stres tambahan seperti kortisol.
Kurang tidur juga turut memengaruhi korteks prefrontal yang mengelola penalaran dan amigdala yang berhubungan dengan emosi.
Kurang tidur dapat mempersulit seseorang membentuk ingatan baru sehingga sulit belajar. Dampak lainnya, masalah tidur itu memengaruhi produksi hormon yang meningkatkan kesuburan.
Efek lainnya yakni mengurangi konsentrasi, kemampuan bereaksi dengan cepat, dan mengambil keputusan . Karena itu, seseorang yang kurang tidur memiliki risiko lebih tinggi mengemudi dalam kondisi mengantuk sehingga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Tanda awal
Jumlah tidur yang tepat bervariasi antarorang. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan agar orang dewasa tidur setidaknya tujuh jam setiap malam. Sementara untuk remaja usia 13-18 tahun butuh tidur selama 8-10 jam tiap malam. Namun diperkirakan, 1 dari 3 orang dewasa tidak cukup tidur.
Padahal, tubuh membutuhkan tidur, sama halnya memerlukan udara dan makanan agar bisa berfungsi dengan baik. Selama tidur, tubuh menyembuhkan diri dan mengembalikan keseimbangan kimiawi. Tanpa tidur cukup, otak dan sistem tubuh tidak berfungsi normal sehingga menurunkan kualitas hidup.
Terkait hal itu, mutu dan kuantitas tidur mesti dijaga dengan baik. Jika kualitas tidur rendah, seseorang akan merasa lelah keesokan hari, terlepas dari lama tidur. Tidur berkualitas rendah ditandai antara lain sering terbangun malam hari, kesulitan bernapas, dan tempat tidur tidak nyaman.
Tanda-tanda kurang tidur antara lain mengantuk berlebihan, kerap menguap, lekas marah, dan kelelahan di siang hari. Stimulasi seperti kafein tak cukup untuk mengesampingkan kebutuhan tubuh akan tidur. Faktanya, itu membuat lebih sulit tidur di malam hari.
Banyak alasan seseorang kurang tidur. Contohnya, pola kerja shift, memenuhi tenggat waktu, lingkungan kerja bising, suhu terlalu panas atau terlalu dingin, memakai perangkat elektronik menjelang waktu tidur, merawat orang lain di malam hari, dan mengalami masalah medis seperti nyeri kronis dan depresi ataupun kecemasan.
Perawatan
Ada banyak cara untuk mengatasi masalah kurang tidur. Salah satunya dengan mengubah kebiasaan tidur dan lingkungan tidur antara lain tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari untuk membangun rutinitas.

Istirahat Sejenak - Seorang bapak tidur di trotoar setelah berkendara dengan muatan barang-barang bekas di Jalan Sultan Agung, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (9/2). Lelah tidak menyurutkan semangat untuk tetap produktif saat menginjak usia senja.
Beberapa cara lain yakni menghindari makan 2-3 jam sebelum tidur, berolahraga teratur di siang hari, menjaga kamar tidur tenang, gelap, dan sejuk, mematikan perangkat elektronik dan jauhkan dari area tidur. Selain itu, batasi konsumsi kafein dan alkohol menjelang waktu tidur dan hindari konsumsi produk tembakau.
Jika langkah-langkah ini tidak membantu, seseorang harus menemui penyedia layanan kesehatan, terutama jika terlalu sedikit tidur memengaruhi kualitas hidup. Beberapa pendekatan lain juga bisa dilakukan misalnya menerapkan teknik relaksasi melalui meditasi dan latihan pernapasan, serta menjalani terapi perilaku kognitif.
Dengan tidur cukup dan bermutu, hal ini berkontribusi pada penurunan risiko penyakit jantung yang jadi penyebab utama kematian secara global. Ancaman kesehatan lain akibat kurang tidur pun bisa dicegah.