Pendidikan Vokasi Tidak Lagi Sekadar Pemasok Tenaga Kerja
Negara maju seperti Jerman menunjukkan kekuatan pendidikan vokasi yang dapat mendukung kemajuan industri yang berdaya saing. Untuk itu, potensi pendidikan vokasi Indonesia harus dikuatkan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan vokasi di Indonesia tidak hanya sebagai penyuplai tenaga kerja, tetapi juga jadi mitra dalam menciptakan teknologi. Dengan ekosistem kemitraan dunia pendidikan vokasi dengan industri, hal itu diharapkan mendukung terwujudnya Indonesia 4.0 dalam teknologi baru dan memacu daya saing industri.
Potensi pendidikan vokasi Indonesia bersama industri mendukung kemajuan ekonomi bangsa dengan mengembangkan teknologi baru mulai digarap. Kolaborasi ini untuk menyiapkan tenaga kerja terampil sesuai kebutuhan industri dan menghadirkan inovasi teknologi tepat guna demi meningkatkan produktivitas industri berbasis teknologi.
Dengan percaya diri, pendidikan vokasi Indonesia dibawa ajang pameran Hannover Messe 2023 di Jerman yang berlangsung hingga Jumat (21/4/2023).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi bagian dari tim Indonesia untuk mendukung Indonesia sebagai official partner country Hannover Messe dengan mengusung tema Making Indonesia 4.0. Hannover Messe pertama kali digelar tahun 1947 dan saat ini telah menjadi pameran teknologi industri tahunan terbesar di dunia.
Salah satu produk hasil kolaborasi antara pendidikan vokasi dan industri mendapat sorotan langsung dari rombongan Presiden Joko Widodo dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, ketika berkeliling mengunjungi Hannover Messe 2023.
Inovasi tersebut berupa teknologi pendeteksi keretakan kampas rem dengan bantuan teknologi kecerdasasan buata (artificial intelligence/AI) yang dikembangkan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Alat pendeteksi keretakan kampas rem dengan menggunakan AI tersebut merupakan hasil kolaborasi riset terapan antara tim yang dipimpin Dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Agustinus Winarno dan PT Akebono Brake Astra Indonesia.
Keberadaan alat ini menjadi salah satu gebrakan bagi industri otomotif internasional untuk mengatasi pengujian keretakan kampas rem yang masih dilakukan secara manual menggunakan indra pendengar manusia.
Kekuatan bersaing
Ketua tim periset dari Sekolah Vokasi UGM Agustinus Winarno menjelaskan, Indonesia memiliki kekuatan untuk bersaing dengan negara lain karena memiliki sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Namun, penggunaan teknologi untuk mendukung investasi dan industri di Indonesia masih harus ditingkatkan.
Indonesia perlu belajar dari Jerman dalam mengelola dan memprioritaskan pendidikan vokasi sebagai bagian penting dalam mendukung investasi dan industri. ”Kami berharap melalui ajang internasional seperti Hannover Messe, Indonesia lebih terbuka untuk menjalin kerja sama dan investasi dari negara-negara lain yang potensial,” ujar Agus yang pernah belajar, meneliti, dan bekerja di Jepang.
Kolaborasi sudah terjadi antara pendidikan vokasi dan industri, tetapi belum seperti di Jerman. Di Jerman, vokasi sangat penting untuk mendukung pembangunan.
Lebih lanjut Agus mengatakan, di negara maju seperti Jerman pendidikan vokasi telah menghasilkan tenaga kerja terampil, sedangkan di Indonesia masih dalam tahap menyediakan angkatan kerja. ”Kita harus menghubungkan antara investasi, potensi, dan pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya.
Maka dari itu, metode pembelajaran harus mengarah ke sana, peta jalan yang jelas, investasinya apa, tren ke depan bagaimana, dan apa yang kita punya sehingga kita bisa agile. ”Dengan begitu, pendidikan vokasi akan bisa menyiapkan dari lini paling dasar sampai lini paling tinggi, yaitu inovasi,” papar Agus.
Transformasi pendidikan
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, Kemendikbudristek berkomitmen untuk mendukung peta jalan hilirisasi yang disusun pemerintah. Nilai investasi dalam peta jalan hilirisasi diproyeksikan mencapai Rp 545,3 miliar dollar AS hingga 2040 untuk 21 komoditas.
Pendidikan vokasi akan bisa menyiapkan dari lini paling dasar sampai lini paling tinggi, yaitu inovasi.
Kiki memaparkan, Kemendikbudristek mendungkung dengan transformasi pendidikan vokasi lewat Merdeka Belajar guna menghadapi perubahan industri. Transformasi ini untuk menguatkan kapasitas pendidikan nasional, baik SDM maupun inovasinya, agar adaptif dengan kebutuhan industri, baik di lingkup nasional maupun global.
”Indonesia sangat terbuka untuk investasi dan kerja sama dalam membangun industri hilir di Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, kami di Kemendikbudristek, khususnya pendidikan vokasi, sudah sangat siap mendukung dari sisi penyiapan SDM berkualitas serta kapabilitas inovasi yang relevan,” ujar Kiki saat menghadiri pameran Hannover Messe, Rabu (19/4/2023).
Melalui program matching fund atau dana padanan vokasi, pemerintah mendorong kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dan industri, salah satunya dalam hal hilirisasi produk riset terapan. Tujuannya unutk memberikan nilai tambah bagi industri agar berdaya saing.
Perguruan tinggi vokasi memiliki berbagai kepakaran untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan daya saing bangsa. Saat ini program matching fund sejak tahun 2021 menghasilkan banyak produk inovasi siap dihilirisasi bersama mitra industri. Begitu pula program riset keilmuan terapan juga memberi manfaat serta solusi atas masalah industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Lebih lanjut, Kiki menjelaskan, Hannover Messe sebagai showcase yang menunjukkan transformasi pendidikan vokasi melalui Merdeka Belajar. Inovasi bioplastik dari nata de coco dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, mislanya, siap dihilirisasi guna mendukung industri kemasan makanan serta memberi nilai tambah komoditas kelapa,
”Keikutsertaan pendidikan vokasi di ajang Hannover Messe sebagai momentum penting bagi satuan pendidikan vokasi untuk menyejajarkan diri dengan industri besar di dunia. Karena itu, Kemendikbudristek memberi kesempatan kepada satuan pendidikan vokasi untuk menunjukkan produk inovasi hasil kolaborasi dengan industry,” kata Kiki.
Pelaksana Tugas Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudsritek Uuf Brajawidagda menuturkan, produk yang hadir di Hannover Messe merupakan produk terbaik hasil kolaborasi dengan industri melalui skema program kemitraan, yakni matching fund dan riset keilmuan terapan. Produk hasil kolaborasi ini mampu meningkatkan produktivitas dari industri sekaligus mendorong kepercayaan industri terhadap pendidikan vokasi.
”Kami terus mendorong agar pendidikan vokasi mampu bersinergi dengan industri, seperti melalui penelitian berbasis kebutuhan industri dan masuk ke dalam lini produksi industri,” kata Uuf.
Ada beberapa poin penting dari keikutsertaan satuan pendidikan vokasi dalam Hannover Messe 2023, yakni SDM di satuan pendidikan vokasi memiliki paparan internasional, dan memperoleh umpan balik dari industri global.
Selain itu, sumber daya manusia di satuan pendidikan vokasi memiliki kesempatan menyerap perkembangan terkini teknologi industri. Poin lainnya adalah mengembangkan jejaring kerja sama industri internasional.