9 Domba di Sleman Positif PMK, Warga Diminta Tak Beli Ternak dari Luar
Sembilan ekor domba di Kabupaten Sleman, DIY, terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK. Berdasarkan penelusuran, penularan PMK di Sleman itu diduga berasal dari hewan ternak yang dibeli dari luar daerah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sembilan ekor domba di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dinyatakan positif terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK. Berdasarkan penelusuran, penularan PMK di Sleman itu diduga berasal dari hewan ternak yang dibeli dari luar daerah. Oleh karena itu, masyarakat Sleman diminta untuk sementara tak membeli ternak dari luar wilayah.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, Sabtu (21/5/2022), mengatakan, sembilan ekor domba yang dinyatakan positif PMK itu berasal dari Kecamatan Berbah, Sleman. Hewan-hewan yang terjangkit PMK itu merupakan milik seorang warga yang dipelihara di kandang milik kelompok peternak.
Kustini menyebut, sembilan ekor domba itu diketahui positif PMK setelah adanya hasil pemeriksaan dari Balai Besar Veteriner Wates, Kulon Progo. Pemeriksaan dilakukan karena adanya satu ekor domba yang mengalami gejala sakit.
Pada 6 Mei lalu, Kustini mengantakan, seekor domba dilaporkan mengalami gejala sakit diare, kurang nafsu makan, ujung bibir bengkak dan merah, dan terdapat berkeropeng basah yang ditangani oleh puskeswan (pusat kesehatan hewan) setempat. ”Selanjutnya dilakukan observasi, diambil sampel swab untuk diuji,” ujar Kustini dalam keterangan tertulis dari Pemerintah Kabupaten Sleman.
Dari total 15 ekor hewan ternak yang diperiksa terdapat sembilan ekor domba yang dinyatakan positif terjangkit PMK. Berdasarkan penelusuran Pemkab Sleman, dari sembilan domba yang positif PMK, ada dua domba yang belum lama dibeli dari Kabupaten Bantul, DIY. Dua domba itu kemudian dijadikan satu kandang dengan tujuh domba lain.
”Dari keterangan pemiliknya, domba tersebut dibeli dari warga di daerah Bantul pada 30 April. Tetapi, satu hari sebelumnya domba itu baru datang dari Garut, Jawa Barat. Jadi bisa dikatakan penularan kasus PMK ini akibat ternak dari luar Sleman,” ungkap Kustini.
Mulai membaik
Menurut Kustini, satu ekor domba yang paling awal dinyatakan positif PMK mulai membaik kondisinya. Domba tersebut juga sudah mau makan. Sementara itu, delapan ekor domba lain yang dinyatakan positif PMK tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Kustini menambahkan, Pemkab Sleman telah melakukan langkah penanganan terpadu terkait temuan kasus PMK itu. Upaya penanganan itu, antara lain, berupa pemberian vitamin A, D, dan E kepada hewan ternak. Selain itu, di area kandang hewan ternak dan peralatannya juga dilakukan penyemprotan disinfektan setiap hari.
”Kami juga sudah minta agar kebersihan kandang diperhatikan. Sebab, hal itu juga bisa jadi awal penyakit yang kemudian bisa menyerang hewan ternak,” katanya.
Belajar dari kasus PMK di Kecamatan Berbah itu, Kustini pun meminta para peternak dan masyarakat di Sleman untuk sementara tidak membeli hewan ternak dari luar Sleman. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya penularan kasus PMK. Selain itu, para peternak juga diminta melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin di kandang untuk mencegah timbulnya penyakit.
”Untuk saat ini memang ditekankan tidak membeli atau memasukkan ternak dari luar Sleman. Pemkab Sleman juga telah membuat tim monitoring dan pengawasan lalu lintas ternak untuk pengawasan dengan melibatkan unsur-unsur terkait agar bisa melakukan respons cepat terhadap laporan masyarakat,” papar Kustini.
Berdasarkan data Pemkab Sleman, populasi ternak di Sleman saat ini mencapai 99.929 ekor yang terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, dan babi. Selain itu, ada sekitar 820 kelompok ternak yang memelihara sapi potong, sapi perah, kambing, domba, dan babi. Seluruh kelompok peternak itu diawasi oleh DP3 Sleman.
Menambah kasus
Sembilan domba di Sleman yang positif PMK itu menambah jumlah kasus PMK di DIY. Sebelumnya, kasus PMK ditemukan di Kabupaten Kulon Progo pada pertengahan Mei lalu.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo Aris Nugroho mengatakan, ada dua hewan yang positif terkena PMK di kabupaten itu terdiri dari 1 ekor domba dan 1 ekor sapi. Dua ekor hewan tersebut dinyatakan positif PMK pada 13 Mei 2022. Dari dua ekor hewan itu, seekor domba yang terjangkit PMK akhirnya mati.
Menurut Aris, dua hewan yang positif PMK itu berlokasi di Desa Pandowan, Kecamatan Galur, Kulon Progo. Dia menambahkan, untuk mencegah penularan, domba yang positif PMK dan mati itu telah dilakukan pembakaran dan penguburan serta pemberian disinfektan. Sementara itu, kondisi sapi yang positif PMK telah mulai membaik.
Kami juga sudah minta agar kebersihan kandang diperhatikan. Sebab, hal itu juga bisa jadi awal penyakit yang kemudian bisa menyerang hewan ternak. (Kustini Purnomo)
Aris memaparkan, untuk mencegah penularan, hewan yang positif PMK diisolasi dan diberikan pengobatan. Selain itu, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo juga melakukan pemeriksaan hewan ternak di kandang-kandang milik peternak dan pedagang ternak serta pasar hewan.
”Di pasar hewan, kami sudah melakukan pengawasan, pemberian disinfektan, dan penyuluhan kepada para pedagang,” ujarnya.
Aris juga mengimbau para peternak segera melapor apabila ada hewan ternak miliknya yang mengalami gejala PMK. Hal ini agar hewan ternak yang mengalami gejala itu bisa segera dilakukan penanganan. ”Peternak-peternak harapan kita bisa menyampaikan jujur. Kalau memang ada gejala segera lapor sehingga bisa segera tertangani,” ungkapnya.