Konektivitas IKN, Masyarakat Sekitar Jangan Ditinggalkan
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat lokal untuk mengembangkan konektivitas di sekitar Ibu Kota Nusantara.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno mengatakan, angkutan umum sebagai prioritas kendaraan menjadi desain utama konektivitas transportasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Namun, masih terjadi benturan antara operator angkutan lokal dan nasional.
”Benturan dengan angkutan lokal yang belum diakomodasi, mesti diakomodasi. Mereka bisa jadi operator, harus ada pendekatan,” ujar Djoko saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (28/1/2024).
Dalam konteks ini, angkutan nasional yang dimaksud adalah Perusahaan Otobus (PO) Sinar Jaya yang telah melayani rute IKN-Balikpapan setiap hari. Rute tersebut juga melewati Sepaku yang dinilai mampu menarik penumpang lain, terutama para transmigran asal Jawa yang tinggal di kawasan itu.
Akan tetapi, PO tersebut dilarang menurunkan dan mengangkut penumpang di sepanjang rute tersebut, padahal potensi pasarnya ada. Di sisi lain, operator lokal masih menggunakan angkutan lama sehingga mereka sulit bersaing.
Pemerintah perlu memberdayakan para operator lokal agar terlibat menghidupkan konektivitas di sekitar IKN. Apalagi, Trans Balikpapan yang berupa bus raya terpadu (BRT) juga akan dikembangkan.
”Fungsi pemerintah itu membina, bukan membinasakan. Sama juga Trans Balikpapan (perlu) diupayakan lokal dulu. (Operator lokal) Jangan jadi penonton. Mereka bisa juga jadi operator feeder untuk angkutan ke perumahan-perumahan,” kata Djoko.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan operator lokal untuk mengangkut masyarakat dengan rute Sepaku-Balikpapan. Mereka dapat diberi rute sendiri dengan bantuan modal untuk pengadaan bus.
Djoko melihat, operator lokal dapat menggunakan bus medium untuk mengangkut masyarakat dari Balikpapan ke Penajam Paser Utara. Mereka dapat berhenti di Sepaku. Sebab, operator lain, seperti PO Sinar Jaya, hanya beroperasi hingga IKN. Adapun perjalanan menuju Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN bisa dilanjut dengan memanfaatkan armada lain.
Terpisah, Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono mengatakan, pihaknya akan secara bertahap mengoperasikan kendaraan listrik di IKN. Hal tersebut dapat dipastikan menjelang peresmian IKN.
Blue Bird telah bersiap mengucurkan dana hingga Rp 250 miliar untuk pembangunan infrastruktur, serta sarana dan prasarana.
Untuk taksi, pihaknya akan memanfaatkan beberapa merek mobil listrik. Pihaknya akan melakukan uji kelayakan pada berbagai jenis kendaraan terlebih dahulu. ”Ke depan kami akan melakukan feasibility testing, dan lain-lain, untuk memastikan scaling up kendaraan makin layak, berdasarkan segala jenis kendaraan yang akan tersedia di sini,” ujar Adri dalam konferensi pers ”Sustainability Progress and Outlook” pada Kamis (25/1/2024).
Bandara IKN
Sementara itu dari sisi udara, fasilitas moda transportasi udara akan segera diuji coba. Pada Rabu (24/1/2024) pekan lalu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berharap pada Juli mendatang pembangunan bandara IKN telah tuntas. ”Selanjutnya, proses uji coba dapat dilakukan," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Proses pembangunan bandara akan dipercepat dengan menambah alat, waktu kerja, serta penyelesaian masalah lahan. Nantinya, bandara ini akan digunakan untuk mendukung pelayanan kegiatan pemerintahan serta mendukung konektivitas di IKN.
Bandara IKN berjarak 23 kilometer dari titik 0 IKN atau 120 km dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Luas terminalnya 7.350 meter persegi dengan luas area keseluruhan bandara mencapai 347 hektar.
Menanggapi rencana ini, pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, bandara IKN idealnya hanya beroperasi untuk tamu-tamu khusus (VVIP), bukan untuk umum. Sebab, ada dua bandara dekat IKN yang telah beroperasi, yakni Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (Balikpapan) dan Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda, Kalimantan Timur).
”Untuk sebuah bandara, lokasinya berdekatan sekali, dan pasarnya juga berimpitan, bahkan saling memakan (pasar),” katanya.
Hal ini tak ideal jika dilihat dari sisi bisnis penerbangan. Namun, daripada mengganggu bandara VVIP-IKN, lebih baik pengembangan bandara untuk penumpang umum berfokus pada bandara yang telah ada.
Dalam pengembangannya, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan memang ditargetkan sebagai hub Indonesia, khususnya untuk penerbangan ke Asia Timur dan Indonesia timur.
Meski demikian, Gatot mendukung jika IKN dapat menjadi hub penerbangan nasional dan internasional baru, serupa dengan Bandara Soekarno-Hatta (Banten). Hal ini dapat mendorong pemerataan pembangunan di Indonesia timur.
”Transportasi udara adalah urat nadi bagi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi serta perikehidupan masyarakat Indonesia sehingga harus diperlancar dan diperkuat jaringannya sampai ke pelosok Nusantara. Karena itu, perlu hub untuk memompa ’darah’ pembangunan agar merata di seluruh Indonesia,” tuturnya.