Libur Nyaman : Kiat Menghindari Kemacetan dan Kepadatan
Libur yang dinanti-nanti hampir tiba. Perencanaan yang matang dibutuhkan demi mengoptimalkan waktu berkumpul bersama orang-orang terkasih. Masih ada waktu untuk mengatur strategi demi menghindari kemacetan di jalan.
Masa berlibur yang dinanti-nantikan sudah hampir tiba. Tinggal menghitung hari, simpul dan jaringan jalan utama akan dipadati masyarakat yang bepergian, baik pulang ke kampung halaman maupun sekadar menghabiskan waktu ke lokasi wisata.
Ke mana pun tujuannya, tentu kemacetan selalu ingin dihindari agar perjalanan tetap berlangsung sesuai rencana. Itu sebabnya, pengunjung pun mulai ancang-ancang merencanakan liburannya agar tak menghabiskan waktunya di jalan karena terjebak macet.
Tak hanya macet, kepadatan serta kerumunan di lokasi wisata jadi isu lain yang perlu dipikirkan pula. Jangan sampai mengurangi keseruan bertamasya hanya karena berdesak-desakan di tempat rekreasi.
Baca juga: Pengelola Taman Wisata Siapkan Wahana, Pengunjung Siapkan Kocek
Maria Amanda (27), misalnya, berencana ke taman bermain Ancol Taman Impian, Jakarta saat libur akhir tahun 2023. Ia menyadari bahwa keputusannya akan serupa dengan ribuan orang lainnya, sehingga siasat untuk menghalau kemacetan sekaligus kepadatan pengunjung telah disiapkan.
“Ada concern (terkait kerumunan), tapi karena saudara datang ke sini enggak tiap tahun, jadi aku ikuti inginnya dia. Aku akan datang lebih pagi atau pakai jalur fast track biar bisa naik beragam wahana lebih cepat (minim antre),” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (3/12/2023).
Puncak arus mudik
Hal serupa diutarakan Paulus (27) yang akan menghabiskan waktu jelang Tahun Baru 2024 di Batu, Jawa Timur. Ia telah memperkirakan, kemacetan tak terhindarkan saat berlibur.
“Kami akan menghindari jalan-jalan yang berpotensi macet, jika masih ada pilihan. Selama masih ada jalan alternatif, bisa jadi opsi (untuk dilewati), kecuali tak ada pilihan lain. Kalau hanya satu-satunya jalan yang tersedia, kami berangkat lebih pagi,” kata Paulus.
Berkaca dari prediksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub), arus mudik dan balik libur Natal dan Tahun Baru 2024 dapat terjadi dalam dua gelombang. Data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub menunjukkan, gelombang pertama arus balik-mudik terjadi sebelum Natal, diikuti kelompok berikutnya jelang akhir tahun.
Baca juga: Diprediksi Ada Dua Puncak Arus Mudik dan Balik di Akhir Tahun
Puncak arus mudik pertama diprediksi berlangsung pada 22-23 Desember 2023, dengan arus balik pertama pada 26-27 Desember 2023. Kemudian, prediksi puncak arus mudik kedua terjadi pada 29-30 Desember 2023, arus balik pada 1-2 Januari 2024.
Potensi pergerakan masyarakat mencapai 39,8 persen atau 107,63 juta orang pada masa libur kali ini. Mobilitas itu naik 143,7 persen dibanding tahun lalu. Sebagian besar masyarakat berkunjung ke lokasi wisata untuk menghabiskan waktunya.
Ragam Respon
Beragam faktor dapat mempengaruhi respons serta cara turis menghadapi kemacetan di jalan. Perubahan-perubahan untuk menyesuaikan pergeseran jadwal karena kemacetan juga dilakukan, supaya tetap menjalani liburan yang menyenangkan.
Dalam hasil riset Zhu, Haiyan, et al. (2020) berjudul “A Study on the Behavior of Holiday Tourists Coping with Congestion”, kemacetan kala berlibur berpengaruh pada pengalaman turis. Berbagai karakteristik turis mempengaruhi pula cara mereka bersikap terhadap kemacetan.
Dalam tahap sebelum keberangkatan, sebanyak 40,3 persen turis memiliki beragam cara untuk mengatasi kemacetan. Setidaknya 52 orang mengubah waktu perjalanan, 111 orang mengubah rute, dan 32 orang mengubah destinasinya.
Baca juga: Kemenhub Prediksi 107,63 Juta Orang Liburan Akhir Tahun
Saat perjalanan, 25,2 persen turis telah berbeda sikap saat menyikapi kemacetan. Sebanyak 49 turis mengubah urutan destinasinya, 53 turis mempercepat perjalanannya dan mempersingkat waktu tinggal saat di tujuan, serta 20 turis memilih langsung meninggalkan destinasi yang macet dan dipadati banyak orang.
Hal ini mengindikasikan, pengunjung memiliki pilihan lebih banyak sebelum keberangkatan. Sebab, mereka yang telanjur datang dan terjebak macet, cenderung lebih menoleransi situasi itu dibandingkan turis yang belum berangkat sama sekali.
“Jika Anda dapat menarik turis untuk menghindari puncak kepadatan dalam tahap ini (sebelum keberangkatan), hal ini lebih baik dilakukan ketimbang mengalihkan jadwal di tengah tur,” ujar Zhu dan kawan-kawan secara tertulis.
Teman seperjalanan
Penelitian ini juga menunjukkan respons turis terhadap kemacetan dipengaruhi sejumlah faktor. Beberapa di antaranya, jumlah orang melakukan perjalanan pada saat bersamaan, hubungan antarpelaku perjalanan (orangtua-anak atau bukan), cakupan perjalanan, moda transportasi, dan pengumpulan informasi sebelum keberangkatan membentuk perilaku turis terhadap kemacetan.
Sebagai contoh, turis yang tak membawa anak-anaknya saat berlibur, cenderung tetap pada rencana perjalanannya. Sebaliknya, mereka yang berlibur bersama buah hatinya, berpeluang menyesuaikan jadwal perjalanan karena kemacetan.
Perubahan jadwal dilakukan pula dengan para pelancong yang menyewa kendaraan. “Karena kenyamanan berkendara membuat turis-turis ini relatif lebih bebas dan fleksibel (mengubah jadwalnya),” tulis Zhu dan kawan-kawan.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Masyarakat Gunakan Transportasi Alternatif
Kondisi berbeda dialami turis-turis yang secara aktif memperbarui informasi kemacetan. Mereka cenderung mengubah rute kepergiannya, sekaligus menunjukkan informasi lalu lintas yang menuntunnya pada pilihan perjalanan.
Kala perjalanan, pelancong yang terjebak macet pada destinasi yang baru disinggahinya cenderung menoleransi kondisi tersebut. Mereka tetap konsisten berlibur sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Data dalam penelitian ini didapat dengan menyebar kuesioner secara daring pada Januari 2019. Kuesioner disebar secara acak pada turis-turis dengan pengalaman berlibur sebagai obyek survei. Dari total 523 kuesioner diterima, 484 kuesioner di antaranya valid yang menjadi bahan analisis.
Atur jadwal
Tingginya pergerakan masyarakat ini turut mendorong pengelola taman wisata mempersiapkan arenanya, ketika terjadi ledakan pengunjung. Upaya ini, tentunya guna menjamin kenyamanan serta keamanan para pelancong saat menikmati hari libur.
Vice President of Media Event and Digital Taman Safari Indonesia (TSI), Alexander Zulkarnain, memberikan beberapa tips agar pengunjung bisa menghindari kerumunan kala berwisata. Persiapan ini berguna untuk sebelum dan saat bepergian.
Baca juga: Bali, Destinasi Wisata Terfavorit Akhir Tahun
Pertama, atur jadwal kunjungan dengan baik. Saat musim liburan, sebaiknya berkunjung ke taman rekreasi tak selalu pada akhir pekan, tetapi bisa juga pada hari-hari biasa.
“Anak-anak yang sudah libur, tetapi orangtua masih bekerja, bisa mengatur jadwal cutinya dengan baik,” kata Alex.
Kedua, susun rencana perjalanan alias itinerary sesuai dengan jadwal pengunjung. Apabila berkunjung ke TSI, buat rencana perjalanan Anda; apakah bermalah di penginapan atau berangkat dan kembali di hari yang sama.
Aplikasi peta
Guna memudahkan penyusunan jadwal, selalu lihat aplikasi map, seperti Google Maps. Hal ini membantu pengunjung memutuskan kapan saat yang tepat untuk pulang.
“Saran saya, lebih menyenangkan jika para pengunjung ini bisa menginap di dekat area taman rekreasi. Hal itu akan memudahkannya mengatur waktu kunjungan, lebih nyaman, juga lebih banyak waktu yang bisa dimaksimalkan ketimbang harus menempuh perjalanan jauh atau lebih lama,” tutur Alex yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI).
Baca juga: Pergerakan Wisatawan Tinggi, tetapi Durasi Menginap Rendah
Ketiga, ketika akan berangkat ke taman rekreasi, upayakan dapat mengatur jadwal kunjungan. Biasanya, titik puncak keramaian menjelang waktu makan siang. Pengunjung disarankan datang pada pagi hari, sehingga dapat menikmati lebih banyak wahana dengan lebih leluasa.
Persiapan pada taman rekreasi, tentu berbeda dengan tempat berkemah, destinasi wisata petulangan. Medan yang lebih menantang, apalagi di tengah musim hujan, menjadi fokus utama pengelola Tanakita Camping Ground, Eko Binarso.
Sebagai pengelola, keseimbangan antara alam dan manusia tetap perlu dijaga. Alhasil, ia membatasi jumlah tamu yang hadir sesuai dengan daya tampung serta kapasitas lingkungannya.
“(Hal) yang terpenting itu daya lingkungan, kapasitas, sumber daya orang untuk menyediakan fasilitas kesehatan, pertolongan pertama itu harus dipikirkan,” kata Eko.
Kendaraan umum
Tanakita dapat menampung 150 orang yang tersebar dalam sejumlah tenda pada saat bersamaan. Pihaknya hanya menaikkan toleransi hingga 200 orang.
Guna menghindari kemacetan, pengunjung disarankan menggunakan kereta api menuju Sukabumi, Jawa Barat. Dari stasiun, perjalanan bisa dilanjut dengan memesan layanan taksi daring yang sudah banyak tersedia.
Penggunaan kendaraan umum, Eko menambahkan, dapat menghindari stres di jalan, meminimalisasi ongkos bensin, serta efisiensi waktu. Pengaturan perjalanan juga diupayakan dilakukan sejak pagi hari.
Baca juga: Waspadai Potensi Kecelakaan Jelang Akhir Tahun
Bagi mereka yang tetap menggunakan kendaraan pribadi, kesiapan kendaraan wajib diperhatikan, seperti lampu, rem, dan tekanan angin ban. Kendarai mobil sesuai dengan kapasitasnya, mengikuti aturan keselamatan yang berlaku.
“Saya pikir, perlu ada semacam sosialisasi atau imbauan dari pemerintah tentang kesiapan menghadapi peak season yang dibarengi dengan curah hujan tinggi, sehingga ada semacam awareness (bagi pengunjung),” ujarnya.
Cek bus
Penggunaan angkutan umum untuk berlibur juga direkomendasikan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno. Namun, bagi mereka yang tetap bepergian dengan kendaraan pribadi, perlu memperhatikan sejumlah hal.
Informasi dari pemerintah serta operator jalan tol perlu dijadikan pedoman untuk mengatur jadwal perjalanan. “Dia akan memberitahu di mana titik-titik lokasi kemacetan,” ujarnya.
Bagi masyarakat yang ingin berwisata menggunakan bus wisata, Djoko mengimbau untuk cek statusnya di Sistem Perizinan Online Angkutan Darat dan Multimoda (SPIONAM) milik Kementeran Perhubungan. Saat ini, baru 60 persen bus yang terdaftar, sisanya adalah angkutan liar. Masyarakat perlu mewaspadai juga dengan tawaran-tawaran murah dari penyelenggara.
Baca juga: Mengemudi dengan Pantas
Ketika berwisata dengan total jarak 400 kilometer (km) untuk pergi dan pulang, maka wajib menggunakan dua sopir. Maksimal 8 jam bagi sopir untuk mengemudi dihitung dari keberangkatannya dari rumah.
Untuk transportasi air, keberangkatannya amat ditentukan faktor cuaca. Para pengguna diharapkan tak memaksakan diri menggunakan kapal-kapal penyeberangan karena mereka berangkat menurut laporan cuaca. Saat kondisi tak memungkinkan, masyarakat dapat menunggu di terminal penumpang.
Selagi masih ada waktu, masyarakat dapat mulai menyusun rencana perjalanan berliburnya sejak saat ini. Demi menghabiskan libur menyenangkan, tak berjejalan dengan orang lain. Harapannya, tentu agar tak terjebak macet gara-gara “si komo lewat tol”, seperti yang disenandungkan Melisa.