Secara psikologis, jika para pengemudi tampil rapi, hal itu bisa menambah kepercayaan diri dan tentunya kemudian mereka menjadi lebih berhati-hati saat mengemudikan bus.
Oleh
A Ristanto
·3 menit baca
Direktur Utama PT Transjakarta mengingatkan para awak pengemudi bus Transjakarta untuk tidak mengemudikan kendaraan melebihi 50 kilometer per jam. Hal itu untuk mengurangi risiko kecelakaan.
Peringatan tersebut tepat, tetapi perlu lebih dari itu. Menurut saya, yang paling penting adalah mengembalikan penampilan pengemudi seperti awal peluncuran bus Transjakarta. Para pengemudi saat itu harus mengenakan dasi, jas, dan topi, seperti pengemudi bus kota di luar negeri. Nyatanya, saat ini banyak pengemudi yang tidak disiplin lagi dalam berbusana lengkap.
Secara psikologis, jika para pengemudi tampil rapi, hal itu bisa menambah kepercayaan diri dan tentunya kemudian menjadi lebih berhati-hati mengemudikan bus.
Semakin banyaknya pengemudi bus Transjakarta menanggalkan dasi, jas, dan topi, bisa jadi karena sistem pendingin udara dalam kendaraan kurang bagus. Bisa juga karena di terminal awal dan akhir tidak tersedia fasilitas memadai untuk sekadar beristirahat.
Oleh sebab itu, sebaiknya manajemen PT Transjakarta bisa mengevaluasi menyeluruh sarana dan prasarana selain tentu para awak bus.
Para penumpang bus Transjakarta berharap evaluasi pasca-kecelakaan berturut-turut yang menimbulkan korban jiwa dan merusak armada bus ditujukan untuk lebih mengutamakan aspek keselamatan dan kenyamanan bersama, termasuk sterilisasi jalur khusus Transjakarta.
A Ristanto
Jatimakmur, Pondokgede, Kota Bekasi
Salut kepada ”Kompas”
Surat pembaca saya tentang meninggalnya Pak Agus, loper koran yang setia mengantar harian Kompas, dimuat Kamis, 9 Desember 2021.
Saya bercerita, Pak Agus kecelakaan, tetapi tidak tahu dari agen mana ia mengambil koran Kompas dan juga tidak tahu alamat rumahnya.
Keesokan harinya saya mendapat pesan Whatsapp dari Rubrik Opini Redaksi Kompas, mengabarkan bahwa Kompas telah menelusuri agen Kompas serta alamat Pak Agus. Perwakilan Kompas juga sudah bersilaturahmi ke rumah Pak Agus serta menyerahkan tali kasih dukacita kepada keluarganya.
Saya menyampaikan salut kepada Kompas yang merespons dengan penuh perhatian kepada keluarga Pak Agus yang sedang berduka.
Ini sekaligus menunjukkan administrasi yang tertib, di mana saya sendiri tidak tahu nama agennya, Kompas berhasil menemukan sehingga alamat rumah Pak Agus juga bisa diketahui.
Mustakim
Pondok Duta Depok 16451
Tidak Mengalir
Slogan PDAM Kota Malang, ”Mengalir Tiada Henti Melayani Sepenuh Hati”, tidak berlaku bagi kami.
Kami pelanggan PDAM di Jalan Bendungan Siguragura. Sudah belasan tahun air tidak lancar mengalir.
Akhir-akhir ini bahkan semakin parah. Keran air pada rumah meteran yang posisinya rendah, di tepi pagar rumah, mati sejak pagi dan baru mengalir di atas pukul 13.00.
Air mengalir sampai kamar mandi rata-rata pukul 14.00. Jarang sampai ke dapur. Baru pukul 19.00 air bisa mengalir sampai dapur, satu jam kemudian mati. Rata-rata di atas pukul 21.00 air mengalir, tetapi kecil. Lewat tengah malam air baru mengalir deras.
Saya sudah dua kali menghubungi PDAM Kota Malang dan teknisi datang ke rumah. Kata petugas, mesin/peralatan sudah dipesan dari luar negeri, sampai hari ini belum tiba. Nyatanya, sebelum mesin bermasalah, air sudah tidak lancar di sekitar rumah kami.
Apakah dengan kondisi air mampat, pelanggan harus membeli mesin pompa air, membuat tandon, atau menggali sumur?