PT KAI Buka Kesempatan Modifikasi Rute KA Argo Parahyangan
Tingginya upah minimum dan terbukanya kesempatan kerja di Jabodetabek menjadi magnet urbanisasi. Banyak warga yang masih terikat dengan daerahnya, merantau ke Ibu Kota untuk motif ekonomi.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rencana PT Kereta Api Indonesia (Persero) memodifikasi rute Kereta Api Argo Parahyangan berpotensi untuk menggaet segmentasi pasar baru, yakni para pekerja Ibu Kota yang berasal dari daerah di jalur rute relasi kereta ini.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menilai, mulai beroperasinya Kereta Cepat Whoosh relasi Bandung-Jakarta telah membuka kesempatan PT KAI untuk menciptakan pangsa pasar baru bagi Kereta Api (KA) Argo Parahyangan.
”Kalau PT KAI selaku operator dapat memodifikasi rute KA Argo Parahyangan dengan memperbanyak pemberhentian, pangsa pasar baru bisa tercipta,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (5/10/2023).
Sebagai informasi, KA Argo Parahyangan memiliki relasi Stasiun Gambir, Jakarta, menuju Stasiun Bandung, Jawa Barat, dan sebaliknya. Setiap harinya, KAI melayani 10 perjalanan untuk relasi ini.
Dalam perjalanannya dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung, KA Argo Parahyangan melintasi sejumlah stasiun, di antaranya Stasiun Manggarai dan Jatinegara di Jakarta, Bekasi, Cikampek, Purwakarta, Padalarang, serta Cimahi.
Saat ini, KA Argo Parahyangan umumnya singgah di sejumlah, stasiun di antaranya Stasiun Jatinegara dan Cimahi di Kota Cimahi.
Darmaningtyas menilai, jika dalam perjalanan KA Argo Parahyangan bisa singgah di sejumlah stasiun lain, seperti Bekasi, Cikampek, hingga Cikarang, maka tingkat permintaan masyarakat terhadap layanan KA Argo Parahyangan akan terjaga.
Menurut Darmaningtyas, tingkat permintaan layanan transportasi dari Jakarta menuju kota, di mana stasiun-stasiun tersebut berada, sangat tinggi mengingat Jakarta masih menjadi kota tujuan para pencari pekerjaan, baik itu di sektor formal maupun informal.
Vivi (33), warga Purwakarta yang berstatus sebagai karyawan perusahaan media berbasis di Jakarta, merasa antusias bila KA Argo Parahyangan nantinya bisa singgah di Stasiun Purwakarta.
Walau sehari-hari Vivi tinggal di Jakarta Selatan, setiap akhir pekan ia pulang ke rumah orangtuanya di Kelurahan Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta.
Selain menggunakan jasa mobil travel, Vivi mengandalkan relasi KA Serayu relasi Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah, untuk mudik setiap pekannya. Kereta ini singgah di Stasiun Purwakarta dengan waktu tempuh 1 jam 49 menit dari Stasiun Pasar Senen dengan harga tiket Rp 60.000 untuk kelas ekonomi.
Menurut Vivi, selain harus berebut kursi dengan penumpang dari Jakarta menuju Jawa Tengah, jumlah perjalanan KA Serayu setiap harinya tidak sebanyak KA Argo Parahyangan.
”Makin banyak opsi (moda transportasi), bagus untuk konsumen. Tinggal pilih sesuai kebutuhan,” ujarnya di Jakarta, Kamis.
Adapun waktu tempuh KA Argo Parahyangan relasi Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung mencapai 3 jam 30 menit. Terkait tarif, KA ini memiliki beberapa kelas dengan kelas ekonomi yang termurah ditawarkan Rp 150.000, sedangkan kelas eksekutif antara Rp 200.000-Rp 250.000.
Ada lagi kereta panoramic yang harganya Rp 425.000-450.000. Harga tertinggi ialah kelas luxury yang ditawarkan Rp 510.000.
Melihat kebutuhan tersebut, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan, perseroan saat ini tengah mengkaji pengembangan layanan KA Argo Parahyangan seiring dengan peluncuran Kereta Cepat Whoosh relasi Jakarta-Bandung.
Salah satu rencana yang tengah dibahas adalah penambahan titik pemberhentian untuk KA Argo Parahyangan. Beberapa titik yang mungkin ditambahkan pada rute layanan ini, seperti di Bekasi, Cikampek, dan lainnya.
”Ini sedang dalam proses, kami sedang memikirkan skema layanan yang terbaik untuk masyarakat. Intinya, harus ada keharmonisan antarberbagai layanan kereta,” kata Didiek di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Bagi PT KAI, kehadiran KA Argo Parahyangan telah melegenda sehingga perseroan berkomitmen untuk menjaga kelangsungan layanan relasi kereta tersebut. ”Argo Parahyangan, kan, sudah melegenda ya, sudah jadi milik masyarakat DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kita harus jaga kelangsungannya,” ujar Didiek.
Saat ini, selain menggunakan KA Argo Parahyangan, masyarakat punya dua opsi melakukan perjalanan kereta api dari Jakarta menuju Bandung serta sebaliknya, menggunakan kereta cepat rute Jakarta-Bandung, Whoosh.
Dari sisi tarif, Kereta Cepat Whoosh yang, menurut rencana, bakal ditetapkan sebesar Rp 250.000 sampai dengan Rp 350.000 per orang, sudah termasuk dengan tarif kereta pengumpan (feeder).
Total waktu tempuh Whoosh dari Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, menuju Stasiun Kereta Cepat Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, mencapai 44 menit dengan persinggahan di Stasiun Kereta Cepat Karawang, Jawa Barat.
Dari Stasiun Padalarang, penumpang bisa menggunakan kereta pengumpan menuju Stasiun Bandung dengan waktu tempuh hanya 19 menit.
Wakil Ketua Forum Angkutan Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia Deddy Herlambang mengatakan, ada perbedaan segmen penumpang antara Whoosh dan Argo Parahyangan. Karena itu, kedua jenis kereta ini perlu dipertahankan.
”Kalau benar kereta cepat menyasar segmentasi pengguna tol, maka ada konsekuensinya, yakni ada lahan parkir yang luas. Dengan begitu, pengendara mobil bisa mudah memarkir kendaraan mereka dan naik kereta cepat ke Halim,” kata Deddy.