Selisih Tarif Tipis, Argo Parahyangan Tetap Eksis Walau Whoosh Beroperasi
Bedanya pangsa pasar diyakini PT KAI tetap menjalankan kereta api Argo Parahyangan. Ditilik dari tarif, selisih kedua moda ini tidak terpaut jauh.
Oleh
AGNES RITA SULISTYAWATY
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Kru Whoosh bersiap di Stasiun Halim, Jakarta Timur, Rabu (13/9/2023).
Jakarta, Kompas - Kereta api Argo Parahyangan rute Jakarta-Bandung dipastikan tetap beroperasi saatWhoosh, kereta cepat rute Jakarta-Bandung, beroperasi komersial kelak. PT KAI selaku operator Argo Parahyangan akan meningkatkan pelayanan kereta ini agar semakin kompetitif.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI John Robertho, Sabtu (23/9/2023), memastikan kereta api Argo Parahyangan tetap beroperasi setelah Whoosh beroperasi komersial kelak.
“Kereta reguler tetap kami pertahankan, dengan penambahan kelas serta perbaikan pelayanan lagi. KA Argo Parahyangan ini legend, tidak bisa kami hilangkan,” kata John di Whoosh menuju Stasiun Halim.
AGNES RITA SULISTYAWATY
John Robertho, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI, Sabtu (23/9/2023).
Ia menambahkan, saat ini, rata-rata okupansi penumpang Argo Parahyangan 80 persen. Di akhir pekan, keterisian Argo Parahyangan bahkan bisa lebih dari 100 persen. Bila Whoosh beroperasi kelak, penumpang bisa memilih memakai kereta cepat atau kereta reguler.
Senada dengan itu, Wakil Ketua Forum Angkutan Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia Deddy Herlambang mengatakan, ada perbedaan segmen penumpang antara Whoosh dan Argo Parahyangan. Karena itu, kedua jenis kereta ini perlu dipertahankan.
“Kalau benar kereta cepat menyasar segmentasi pengguna tol, maka ada konsekuensinya yakni ada lahan parkir yang luas. Dengan begitu, pengendara mobil bisa mudah memarkir kendaraan mereka dan naik kereta cepat ke Halim,” kata Deddy di Stasiun Halim.
Tarif bersaing
Dari sisi tarif, kereta Whoosh dan Argo Parahyangan memang berbeda. Saat ini, KA Argo Parahyangan memiliki beberapa kelas dengan harga bervariasi. Kelas ekonomi yang termurah ditawarkan Rp 150.000, sedangkan kelas eksekutif antara Rp 200.000-250.000. Ada lagi kereta panoramic yang harganya Rp 425.000-450.000. Harga tertinggi yakni kelas luxury yang ditawarkan Rp 510.000.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Warga berjalan di peron Stasiun Halim, Jakarta Timur, saat akan mengikuti uji coba operasional KCIC, Jumat (15/9/2023).
Terkait tarif Whoosh, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi, mengatakan, pihaknya akan menerapkan tarif dinamis sesuai permintaan dan kelas yang dipilih. “Secara umum, tarif kereta cepat antara Rp 300.000 hingga Rp 600.000,” katanya.
Dengan Rp 300.000, pengguna kelas premium economy dari Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang bisa melanjutkan perjalanan dengan kereta feeder menuju Stasiun Cimahi atau Stasiun Bandung yang terletak di Kota Bandung. Harga tiket itu merupakan tiket gabungan untuk kereta cepat dan kereta feeder. Adapun jadwal kereta feeder sudah disesuaikan dengan jadwal kereta Whoosh.
“Saya lihat, tarif ini sangat kompetitif dibandingkan pesaing atau dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum yang lewat tol,” kata Dwiyana.
AGNES RITA SULISTYAWATY
Dwiyana Slamet Riyadi, Direktur Utama PT KCIC, Sabtu (23/9/2023).
Selain itu, ada kemungkinan juga berlaku tarif jarak dekat atau dua stasiun saja. Dwiyana menyontohkan, untuk Padalarang-Tegalluar kemungkinan akan dijual Rp 150.000. KCIC masih mengukur antusiasme penumpang untuk rute jarak dengan dengan Whoosh ini.
Karena tarif kereta Whoosh ini komersial tanpa subsidi pemerintah, maka penentuan harga diserahkan ke PT KCIC. Dwiyana mengatakan, pihaknya terus berdiskusi baik di internal, dengan pemangku kebijakan, maupun dengan Kemenhub untuk finalisasi tarif.
Operasional komersial
Terkait rencana operasional komersial, Dwiyana mengatakan, berkaca dari pengalaman China mengoperasikan jalur baru kereta cepat, di tahap awal jumlah perjalanan kereta masih sedikit. Ia memperkirakan, ada 10 perjalanan kereta per hari di tahap awal. Jumlah ini berangsur ditingkatkan hingga kelak sesuai rencana operasional penuh 68 perjalanan sehari.
“Operasional secara bertahap ini juga menyangkut masalah keselamatan yang tidak bisa ditawar. Strategi ini tepat untuk diterapkan di Whoosh karena ini merupakan kereta kecepatan tinggi pertama di Indonesia. Semua pihak perlu edukasi dan menyesuaikan, mulai dari sarana, prasarana, sampai sumber daya manusia,” kata Dwiyana.
Terkait jadwal operasional komersial, Dwiyana mengatakan, pihaknya masih menunggu izin dari Kementerian Perhubungan karena masih ada proses sertifikasi sarana, prasarana, SDM, dan keselamatan.