Produktivitas Menurun, Pengendalian Harga Beras Kian Menantang
Target cadangan beras pemerintah pada akhir 2023 sebesar 1,2 juta ton. Jumlah itu dapat menjadi stok awal untuk 2024 yang akan digunakan guna menstabilkan harga beras pada pemilu dan bulan Ramadhan.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat kekurangan air karena terjadinya El Nino, produktivitas gabah pada panen gadu berpotensi menurun dan harga beras diperkirakan tetap tinggi sepanjang semester II-2023. Di tengah pengadaan cadangan beras yang menantang dari dalam dan luar negeri, pemerintah mengupayakan stok beras cukup untuk mengendalikan harga hingga triwulan I-2024.
Berdasarkan pengecekan di lapangan, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebutkan, panen di sejumlah provinsi menunjukkan penurunan produktivitas. ”Produktivitas agak turun karena airnya berkurang. Biasanya 5-6 ton (gabah per hektar) sekarang cuma 4 ton (gabah per hektar). Namun, produksi masih ada. Selain itu, tingkat produksi penggilingan padi berkisar 20-30 persen,” tuturnya saat ditemui setelah memantau Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Senin (28/8/2023).
Penurunan produktivitas tersebut juga tampak dari data perkiraan produksi berdasarkan metode kerangka sampel area yang diamati Badan Pusat Statistik pada Juni 2023. Data itu menunjukkan, sepanjang Juli-September 2023, produksi beras diperkirakan 7,24 juta ton atau lebih rendah 4,2 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Arief menyebutkan, target pengadaan dalam negeri cadangan beras pemerintah (CBP) sepanjang 2023 mencapai 2,4 juta ton. Namun, karena hasil produksi saat ini terbatas, harga gabah cenderung mahal, yakni Rp 6.700-Rp 7.300 per kilogram. Tren harga meningkat sepanjang semester II dibandingkan semester I sehingga Bulog mesti menggelontorkan stoknya untuk menstabilkan harga. Apabila Bulog menyerap gabah untuk pengadaan CBP di tengah situasi itu, harga akan melambung.
Per Senin (28/8/2023), data Panel Harga Badan Pangan Nasional menunjukkan, rata-rata nasional harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mencapai Rp 6.000 per kg, sedangkan bulan sebelumnya Rp 5.480 per kg. Dengan perbandingan periode yang sama, harga gabah kering giling di tingkat penggilingan naik dari Rp 6.400 per kg menjadi Rp 6.860 per kg.
Arief menargetkan, posisi stok CBP pada akhir 2023 dapat menyentuh angka 1,2 juta ton. Jumlah itu dapat menjadi stok CBP awal 2024 yang akan digunakan untuk menstabilkan harga beras pada pemilu yang berlangsung sekitar Februari serta awal bulan Ramadhan pada Maret. Selain dari stok akhir 2023, pengendalian harga beras pada awal 2024 juga mengandalkan panen dalam negeri.
Di sisi pengadaan yang bersumber dari impor, penghentian beras jenis non-basmati dari India berpotensi mengurangi pasokan di pasar dunia. Meskipun demikian, Arief menilai, situasi itu dapat diatasi dengan adanya panen di sejumlah negara produsen beras dalam dua bulan ke depan.
Dari kuota impor sebanyak 2 juta ton sepanjang 2023, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebutkan, jumlah yang sedang direalisasikan sebanyak 400.000 ton. Jumlah itu diperkirakan datang pada akhir November atau awal Desember 2023. Beras impor sebanyak 1,6 juta ton lainnya sudah direalisasikan. Dia menambahkan, kuota impor tersebut sudah cukup dan tidak perlu ditambahkan. ”Jangan sampai ada isu negatif yang menyatakan beras kurang di masyarakat. Bulog sudah memiliki stok (beras) sebanyak 1,6 juta ton dan kualitasnya premium,” tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, dosen Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Esther Sri Astuti, berpendapat, Indonesia perlu mencari negara eksportir beras alternatif untuk menjadi sumber impor. Vietnam dan China dapat menjadi opsi lantaran produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Indonesia pun, katanya, tetap harus mendorong produksi dalam negeri. Jaminan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian beserta input-nya, seperti pupuk, menjadi penting. Pemerintah juga dapat mempertimbangkan pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk membuat hujan di daerah-daerah produksi.
Terkait target stok akhir 2023 yang sebesar 1,2 juta ton, peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, menggarisbawahi, jangan sampai angka itu tidak tercapai. ”Kalau stok Bulog berada di bawah 1,2 juta ton, pedagang akan memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga beras,” katanya saat dihubungi, Senin (28/8/2023).
Mempercepat bantuan
Untuk menstabilkan harga di tingkat konsumen, Arief mengatakan akan mempercepat realisasi penyaluran beras bantuan untuk 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) pada Oktober-Desember 2023. Setiap KPM akan mendapatkan beras sebanyak 10 kg per bulan. Dengan demikian, permintaan KPM terhadap beras di pasar, khususnya dengan kemasan ecer per 1 kg, dapat berkurang.
Sementara itu, Budi mengatakan, terdapat pertimbangan untuk menjual beras dengan kemasan 1 kg, bahkan 250 gram. Meskipun demikian, dia perlu meninjau kebutuhan masyarakat terhadap beras dengan kemasan tersebut.
Saat ini, Budi menyebutkan, CBP yang disalurkan ke masyarakat dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dikemas dengan volume 5 kg seharga Rp 47.250 atau Rp 9.450 per kg. Beras itu dijual melalui ritel serta distributor hingga pedagang pasar tradisional. Bulog pun sudah jarang menyalurkan beras itu dalam bentuk curah.