Pasokan Bakal Berkurang, Pasar Beras Dunia Kian Gerah
Pemerintah perlu berkoordinasi secara intensif agar impor beras tetap berjalan. Apabila pemerintah memprioritaskan kecukupan stok beras, perlu ada penyesuaian anggaran karena faktor-faktor eksternal.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ancaman berkurangnya sumber daya air di Thailand dan banjir yang melanda persawahan di China berpotensi menurunkan pasokan beras dunia yang sedang tertekan. Indonesia dinilai perlu mewaspadai situasi tersebut lantaran saat ini mengimpor beras paling banyak dari Thailand. Impor beras pun direalisasikan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Mengutip artikel Bloomberg pada awal Agustus 2023, pemerintah Thailand mengimbau petani untuk mengurangi lahan tanam padi untuk mengonversi sumber daya air yang jumlahnya terancam merosot akibat El Nino yang menyebabkan curah hujan menurun. Langkah ini berimbas pada pasokan pasar beras dunia lantaran Thailand, yang menjadi salah satu andalan sumber impor setelah India, membatasi ekspornya.
Di sisi lain, Thailand menjadi negara utama sumber beras berkode HS 10063099 yang diimpor oleh Perum Bulog. Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan, volume impor beras dengan kode HS tersebut sepanjang Januari-Juli 2023 mencapai 1,17 juta ton. “Sebanyak 50,56 persen di antaranya berasal dari Thailand,” katanya saat konferensi pers yang diadakan secara dalam jaringan, Selasa (15/8/2023).
Menurut Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, pola waktu tanam Thailand mirip dengan Indonesia. Padi yang ditanam bulan ini di Thailand belum menjadi pasokan beras internasional pada tahun yang sama. Kebijakan Thailand yang mengurangi luas tanam untuk hemat air itu akan terasa pada pasokan beras pada tahun 2024.
Selain Thailand, dampak cuaca pada tanaman padi di China juga patut menjadi perhatian. Laporan Reuters, Jumat (11/8/2023) menyebut, banjir yang melanda sejumlah lahan sawah di China dapat menurunkan produksi beras di kawasan timur laut. Senior analyst Beijing Orient Agribusiness Consultant Ma Wenfeng memprediksi penurunan produksi beras berkisar 3-5 persen di area terdampak banjir.
Bayu berpendapat, banjir yang melanda persawahan di China perlu diwaspadai Indonesia. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang berdekatan dengan China, seperti Vietnam dan Kamboja, akan memasok beras ke negeri tirai bambu tersebut karena kedekatan jarak secara ekonomi dan hubungan tradisional yang kuat. “Padahal, kedua negara itu menjadi opsi pasokan beras impor Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (15/8/2023).
BPS mencatat, total impor beras Indonesia dari Vietnam sepanjang Januari-Juli 2023 mencapai 561.240,25 ton atau menempati posisi kedua setelah Thailand. Sementara impor beras Indonesia dari India dan Pakistan masing-masing 65.760,65 ton dan 42.792 ton.
Selain itu, Bayu menambahkan, pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS saat ini membuat impor beras tidak favorable bagi Indonesia. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ditutup di posisi Rp 15.346 per dollar AS pada Selasa (15/8/2023) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertengahan bulan sebelumnya yang senilai Rp 14.945 per dollar AS.
Oleh sebab itu, Bayu menilai, pemerintah perlu berkoordinasi secara intensif agar impor beras tetap berjalan. Apabila pemerintah memprioritaskan kecukupan stok beras, perlu ada penyesuaian anggaran karena faktor-faktor eksternal tersebut.
Dengan indikasi-indikasi yang terjadi di sejumlah negara produsen beras, dia memperkirakan, stok pangan dunia tertekan dan harga akan naik. Harga beras dunia dapat turun apabila ada pelonggaran kebijakan pembatasan ekspor dari negara produsen. Indeks harga pangan Organisasi Pangan Dunia (FAO) mendata, pada Juli 2023, indeks harga beras dunia naik 2,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya ke posisi tertinggi sejak September 2011.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal menyatakan, pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) sepanjang 2023 menggunakan skema antarbisnis. “Jumlah beras impor sebanyak 1,2 juta ton yang sudah direalisasikan itu tertera dalam kontrak yang sudah ada,” katanya.
Sepanjang 2023, Perum Bulog mendapatkan kuota impor sebanyak 2 juta ton. Dia menyebutkan, sebanyak 700.000 ton di antaranya belum ada kontrak pengadaan. Menanggapi situasi di Thailand, kata dia, Bulog akan berupaya. Namun, masyarakat tidak perlu khawatir karena stok yang dikuasai Bulog sudah berada di atas 1 juta ton. Angka ini memberikan dampak psikologis pada pasar dalam negeri yang menyiratkan ada kepastian pasokan untuk stabilisasi.