Korea Selatan Sarankan Insentif Kendaraan Listrik Ditambah
Pemerintah Indonesia didorong untuk menambah insentif yang diberikan pada ekosistem kendaraan listrik. Hal itu diyakini dapat mendorong jumlah produksi, nilai ekspor, dan investasi bagi sektor kendaraan listrik nasional.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Indonesia bertekad untuk menjadi pusat kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara. Dalam mencapai tujuan itu, Korea Selatan menyarankan agar insentif bagi kendaraan listrik ditambah. Hal itu dipandang krusial untuk meningkatkan jumlah investasi, produksi, dan ekonomi dalam negeri.
Ekosistem kendaraan listrik, khususnya mobil, kini menerima potongan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 persen. Artinya, pemilik mobil listrik hanya perlu membayar PPN sejumlah satu persen. Kendati begitu, insentif hanya ditujukan bagi mobil listrik yang memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang-deok mengatakan, Indonesia bisa menjadi pusat ekosistem kendaraan listrik khususnya di kawasan Asia Tenggara. Pihaknya juga mengapresiasi insentif yang telah diberikan Indonesia bagi sektor kendaraan listrik.
”Kebijakan mobil listrik (Indonesia) sudah sangat mendukung. Akan lebih baik lagi jika bisa ditambah insentif yang bisa diberikan,” ujarnya saat ditemui di pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Kabupaten Bekasi, Selasa (11/7/2023).
Hal itu disampaikan Lee seusai kunjungan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Zulkifli ditemani oleh Presiden Hyundai Motor ASEAN Headquarters Young Tack Lee dan Advisor Hyundai Motor ASEAN Headquarters Lee Kang-hyun.
Dengan penambahan insentif, lanjut Sang-deok, jumlah produksi, nilai ekspor, dan investasi pada mobil listrik dapat meningkat. Hal ini mengingat Hyundai Ioniq 5 merupakan salah satu model mobil listrik yang berhasil memenuhi TKDN 40 persen, selain Wuling Air EV.
Hubungan Indonesia-Korea Selatan telah teruji oleh berbagai cobaan. Dan terbukti, Indonesia dan Korea Selatan merupakan sahabat sejati.
Sejumlah perusahaan Korea Selatan kini tertarik untuk investasi di Indonesia. Perdagangan Indonesia-Korea Selatan, pada saat bersamaan akan meningkat. Selain itu, penduduk Korea Selatan juga menginginkan impor produk-produk asal Indonesia.
Young Tack Lee mengungkapkan, Hyundai akan meningkatkan nilai investasi sesuai dengan perkembangan pasar Indonesia. Insentif yang diberikan pemerintah dinilai mampu menaikkan jumlah produksi mobil listrik.
Pada 2022, Hyundai di Indonesia hanya mampu memproduksi 250 unit mobil listrik per bulan akibat kekurangan semikonduktor. Jumlah itu meningkat hingga empat kali lipat menjadi 1.000 unit per bulan pada 2023. Peningkatan produksi membuat konsumen tidak perlu mengantre lagi untuk membeli mobil listrik.
”Secara keseluruhan, total produksi mobil listrik Hyundai di Indonesia telah mencapai 150.000 unit. Sebanyak 50 persen di antaranya diekspor ke 78 negara di seluruh dunia,” ujarnya.
Selain mobil listrik, Hyundai juga telah berinvestasi sekitar 1,5 miliar dollar AS atau Rp 22,7 triliun untuk membangun pabrik battery cell dan battery pack. Hal itu guna mendukung pabrik di Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Optimistis
Dalam kunjungannya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Zulkifli Hasan mendorong peningkatan investasi dan kerja sama yang lebih besar antara Indonesia-Korea Selatan. Salah satunya melalui investasi Hyundai.
Dengan demikian, pihaknya optimistis Indonesia dapat menguasai ekosistem kendaraan listrik dunia dan mewujudkan cita-cita menjadi negara maju. ”Hubungan Indonesia-Korea Selatan telah teruji oleh berbagai cobaan. Dan terbukti, Indonesia dan Korea Selatan merupakan sahabat sejati,” ungkap Zulkifli.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin menyebut pemerintah tengah mengkaji kebijakan yang tepat untuk mendorong adopsi kendaraan listrik. Ke depan, pemerintah berupaya menambah kemudahan agar minat masyarakat beralih ke kendaraan listrik lebih besar.
Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Kendaraan Listrik Universitas Budi Luhur Sujono berpendapat, tidak ada salahnya insentif untuk mobil listrik ditambah. Namun, lebih baik dorongan adopsi kendaraan listrik didorong pada konversi sepeda motor berbahan bakar fosil menjadi sepeda motor listrik.
”Kultur masyarakat Indonesia dan Korea Selatan sangat berbeda dalam transportasi. Di sana (Korea Selatan), pengguna sepeda motornya tidak sebanyak Indonesia,” jelasnya.