Koperasi Perkuat Produsen Pangan di Tengah Tantangan
Konsolidasi petani dan peternak dalam koperasi membuat mereka dapat mengakses kebutuhan untuk berproduksi sekaligus pasar untuk memasarkan hasil produksinya.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petani dan peternak yang bergabung dalam koperasi dapat berdaya tahan menghadapi tantangan yang menekan produksi pangan, seperti penyakit pada hewan ternak atau El Nino yang bisa menimbulkan kekeringan. Berkat koperasi, mereka juga memiliki posisi tawar di pasar karena konsistensi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Menjelang perayaan Hari Koperasi Nasional pada 12 Juli, Ketua Umum Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Jawa Tengah, Aun Gunawan menyatakan, peternak sapi perah masih terpukul akibat merebaknya sejumlah penyakit pada hewan ternak. ”Saat ini, kami masih dalam pemulihan setelah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak pada tahun lalu. Namun, kini kami mesti mewaspadai lumpy skin disease (LSD) dan antraks. Jumlah sapi pun belum normal,” katanya saat dihubungi, Selasa (11/7/2023).
Sebelum wabah PMK, dia memaparkan, produksi susu dapat mencapai 15 liter per ekor per hari. Saat ini, produksi di angka 10-11 liter per ekor per hari tergolong sulit dicapai. Populasi indukan juga menurun dari 7.000 ekor menjadi 5.600 ekor. Jumlah indukan ikut turun dari 4.000 ekor menjadi 2.300 ekor.
Pada 2022, PMK dan LSD merebak di Indonesia. Adapun Kementerian Pertanian mencatat 12 kasus antraks yang dilaporkan pada 2023 di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kasus antraks di kabupaten tersebut turut memakan korban jiwa.
Meskipun jumlah produksi susu sapi perah di KPBS Pangalengan belum pulih, Aun menggarisbawahi jumlah pengeluaran peternak untuk pakan tetap sama. Oleh sebab itu, koperasi mengatur keuangan sehingga dapat menanggung tombok sejumlah anggota. Selain aspek finansial, koperasi juga menguatkan mental anggota agar mereka dapat bertahan menjadi peternak sapi perah.
Dari sisi kesehatan hewan, dia mengatakan, koperasi membantu menyediakan vaksin dan obat-obatan yang dibutuhkan peternak sapi perah. Pengadaan kolektif tersebut juga didukung bantuan pasokan dari pemerintah.
Selain obat-obatan dan vaksin, dia berharap terdapat skema subsidi untuk penambahan populasi sapi, misalnya 50 persen biaya pengadaan ditanggung pemerintah dan sisanya koperasi. ”Agar dapat berjalan, bentuknya (skema pengadaan sapi) jangan hibah atau bantuan sosial. Selain itu, pengadaan sapi itu perlu memperhatikan penyakit hewan ternak yang sedang merebak. Jangan sampai, wilayah yang belum ada kasus jadi tertular,” tuturnya.
Keberadaan koperasi dalam membantu peternak mengakses vaksin turut dirasakan Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia Agus Warsito di wilayah tinggalnya, yakni Salatiga, Jawa Tengah. Dia menyebutkan, koperasi peternak itu sedang mencari vaksin LSD secara mandiri, yakni sekitar 1.500 dosis.
Sementara itu, koperasi juga memperkuat petani tanaman pangan dalam menghadapi El Nino yang diprediksi berlangsung pada 2023. Direktur Koperasi Citra Kinaraya Hery Sugihartono mengatakan telah mengidentifikasi wilayah yang masih mendapatkan aliran air dari irigasi. Di wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan, jumlah bibit yang ditanam jauh lebih rendah karena berisiko gagal panen. Adapun koperasinya berkantor pusat di Demak, Jawa Tengah, dan produk unggulannya berupa beras khusus.
Dengan identifikasi tersebut, dia optimistis petani anggota Koperasi Citra Kinaraya tetap bisa memperoleh untung. ”Secara nasional, El Nino memang dapat menurunkan produksi padi. Namun, secara mikro, petani yang masih berproduksi, bahkan produksinya lebih, bisa mendapatkan untung,” katanya.
Berdaya tawar
Koperasi turut membuat peternak dan petani berdaya tawar dalam memasarkan hasil hilir produksinya. Aun mencontohkan, susu segar hasil peternak yang dikonsolidasikan dalam koperasi diserap oleh pelaku industri di Tanah Air. Selain itu, KPBS Pangalengan juga memiliki dua toko oleh-oleh di Jawa Barat dan satu gerai di Jakarta untuk memasarkan produknya, seperti susu pasteurisasi, yoghurt, dan keju.
Selain itu, dia menyebutkan, koperasi juga memiliki aset berupa rumah sakit di Pangalengan yang sudah beroperasi sejak Oktober 2020. Selain melayani peternak anggota koperasi, rumah sakit tersebut juga melayani masyarakat di wilayah koperasi beroperasi hingga sejumlah kecamatan di Garut, Jawa Barat yang mudah menjangkau Pangalengan.
Menurut Hery, koperasi memberikan kepastian serap, pasar, dan harga yang menguntungkan bagi petani anggota. ”Koperasi kami mampu bergerak karena ada proses hilirisasi yang menyatukan (hasil produksi) petani. Kami berprinsip kegiatan pertanian mampu menghidupi anggota koperasi melalui penjualan produk (akhir) yang memberikan nilai tambah bagi petani sekaligus pemotongan rantai penjualan,” tuturnya.
Agar dapat berdaya tawar di pasar, dia berpendapat keseragaman kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil produksi petani anggota koperasi menjadi kunci. Oleh sebab itu, koperasi juga menyediakan bibit yang seragam untuk ditanam petani. Saat menanam, terdapat prosedur standar operasi yang berlaku di setiap wilayah lahan anggota dengan penyesuaian terhadap karakteristik daerah tersebut.
Saat ini, anggota Koperasi Citra Kinaraya mencapai 420 orang dengan total luas lahan yang dikuasai berkisar 300 hektar. Rata-rata produktivitas lahannya sekitar 8 ton padi per hektar.