Dengan bergotong royong dan mengelola lembaga secara profesional, petani terbukti dapat berdaya dan sejahtera di atas kakinya sendiri. Beras dan benih karya petani pun bisa ”unjuk gigi” di pasaran.
Oleh
Hendriyo Widi, M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pegawai Koperasi Serba Usaha (KSU) Citra Kinaraya sedang mengemas beras khusus di Desa Mlatiharjo, Gajah, Demak, Jawa Tengah, Jumat (3/3/2023).
Dua tangan Ige Rini (57), ibu rumah tangga asal Depok, Jawa Barat, menggenggam beras merah dalam kemasan kedap udara berbentuk balok padat. ”Ini yang (mem)buat petani? Keren, ya,” ujarnya dengan nada kagum seraya membolak-balik beras itu dan menatapnya lekat-lekat.
Beras merah kemasan 1 kilogram (kg) berjenama Mlatiharjo itu karya petani anggota Koperasi Citra Kinaraya. Beras itu dikemas di pabrik yang dikelola koperasi tersebut di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Demak, Jawa Tengah. Di pabrik itu, Jumat (3/3/2023), ada empat pekerja yang mengemas beras, memasukkannya ke pengemas kedap udara, menempelkan label, serta menumpuknya dalam kardus.
Direktur Koperasi Citra Kinaraya Hery Sugihartono menyebutkan, anggota koperasi mencapai 126 petani padi asal Sragen, Purworejo, Semarang, Banyumas, dan Demak. Total luas lahan yang dikelola petani sekitar 300 hektar.
Koperasi itu merupakan wujud korporasi petani. Seratus persen proses pengolahan dari hulu ke hilir, termasuk pabriknya, dikelola oleh petani. Berkat koperasi itu, budidaya padi dan harga gabah memiliki standar yang terjaga. Dampaknya, petani terlindungi dari harga gabah yang bergejolak dan cenderung merugikan.
Menurut Hery, fluktuasi harga yang sering merugikan petani biasanya terjadi saat panen raya. ”Hasil produksinya bagus, tetapi harganya (gabah) anjlok. Ini merupakan kerugian yang sangat besar. Petani sudah menunggu empat bulan untuk panen yang akan jadi pendapatan,” ujarnya.
Direktur Koperasi Serba Usaha (KSU) Citra Kinaraya Hery Sugiartono di antara karung-karung beras khusus yang akan dikirim ke Jakarta, di Desa Mlatiharjo, Gajah, Demak, Jawa Tengah, Jumat (3/3/2023).
Di hilir, gabah diolah menjadi beras khusus. Tak hanya beras merah, koperasi itu juga memproduksi beras hitam, beras coklat, beras putih aromatik, dan beras ”genki” yang merupakan perpaduan tiga macam beras yang berserat.
Beras-beras itu menyasar segmen pasar tertentu. ”Dengan demikian, kami tidak berebut pasar dengan pemain besar. Petani juga mendapatkan kepastian karena harga relatif stabil,” kata Hery.
Kepastian pasar itu membuat koperasi mampu menyerap gabah kering panen dari petani dengan harga Rp 5.000-Rp 6.300 per kg. Jika harga anjlok, koperasi tetap menyerap dengan harga Rp 5.000 per kg. Rata-rata produksi koperasi itu mencapai 50-60 ton per bulan. Beras itu juga telah melanglang ke luar provinsi dan luar pulau, antara lain Jakarta, Bandung, Bali, dan Kalimantan Selatan.
Produksi benih
Selain memproduksi beras, petani juga berinisiatif memproduksi benih bermutu secara mandiri. Inisiatif itu di antaranya ditempuh oleh para petani yang tergabung dalam Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) yang mengembangkan benih padi Indonesian Farmer (IF-16)
Varietas itu dinilai lebih tahan penyakit seperti wereng batang coklat, penggerek batang padi, dan blast. Benih padi yang diluncurkan sejak 2019 itu juga memiliki produktivitas gabah kering panen mencapai 8,5-9 ton per hektar.
Petani beserta perangkat Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia atau AB2TI memamerkan hasil panen padi varietas IF 16 di Desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu, Jawa Barat, Senin (19/8/2019).
Menurut pengurus AB2TI Jawa Barat Masroni, di Indramayu, Jawa Barat, pembenihan IF-16 dikembangkan di lahan seluas 1 hektar. Sepanjang 2020-2023, AB2TI telah menjual 10,8 ton benih IF-16 kepada para petani di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi.
”Kami tidak ingin berhenti pada pengembangan benih padi. Kami akan meningkatkan nilai tambahnya dengan menggiling gabah dari padi varietas tersebut menjadi beras kemasan dengan membangun penggilingan sendiri,” ujarnya.
Guna merealisasikan rencana itu, AB2TI berupaya membangun korporasi petani. Caranya dengan mendirikan unit usaha AB2MART di bawah naungan PT AB2TI Petani Sejahtera Nusantara. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun AB2MART di Desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu, tersebut mencapai Rp 12 miliar.
Dengan bergotong royong dan mengelola lembaga secara profesional, petani terbukti dapat berdaya dan sejahtera di atas kakinya sendiri.
Dari jumlah itu, 55 persen merupakan modal gotong royong anggota AB2TI dan 45 persen dari investor rekanan petani. Melalui unit usaha itu, AB2TI menargetkan dapat memproduksi 20 ton beras atau setara 40 ton gabah kering giling per hari.
Dengan bergotong royong dan mengelola lembaga secara profesional, petani terbukti dapat berdaya dan sejahtera di atas kakinya sendiri. Beras dan benih karya petani pun bisa unjuk gigi menyapa masyarakat, mulai dari pasar tradisional, ritel modern, hingga layar gawai lewat lokapasar.