Garuda Indonesia Bakal Restorasi 10-14 Pesawat Boeing 737
Garuda Indonesia segera merestorasi 10-14 pesawat Boeing 737. Sementara itu, Kementerian Keuangan memperkirakan bisnis Garuda akan semakin membalik pascapenyertaan modal negara dan restrukturisasi.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah mendapatkan pembiayaan berskema bagi hasil Rp 725 miliar dari Perusahaan Pengelolaan Aset. Dana itu akan digunakan untuk memperbaiki 10-14 pesawat.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan memastikan akan memberikan penyertaan modal negara (PMN) Rp 7,5 triliun kepada maskapai milik negara itu melalui mekanisme right issue atau hak memesan efek terlebih dulu (HMETD). Kementerian Keuangan juga memaparkan tiga skenario kepemilikan negara atas saham Garuda setelah right issue.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Jumat (23/9/2022), mengatakan, Garuda Indonesia akan segera merestorasi sekitar 10-14 pesawat Boeing 737 untuk menambah armada yang beroperasi. Dananya berasal dari Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA).
”Dana itu akan digunakan sesuai kebutuhan. Bisa jadi dipakai maksimal dan bisa juga di bawahnya,” kata Irfan ketika dihubungi di Jakarta.
Garuda Indonesia akan segera merestorasi sekitar 10-14 pesawat Boeing 737 untuk menambah armada yang beroperasi.
Dengan perawatan dan perbaikan pesawat-pesawat itu, Garuda Indonesia dapat menambah jumlah pesawat yang dioperasikan secara bertahap hingga 66 pesawat pada akhir tahun ini. Penambahan pesawat itu diharapkan dapat menekan harga tiket yang melonjak akibat kenaikan harga avtur dan kekurangan pesawat di Indonesia.
Pada 16 September 2022, Garuda Indonesia menandatangani kerja sama Fasilitas Pembiayaan Restorasi Armada Berskema Bagi Hasil dengan PPA di Denpasar, Bali. Hal itu merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman (MOU) Surat Penawaran Kerja Sama atas Syarat dan Ketentuan Indikatif Terbaru Program Restorasi Pesawat pada Agustus 2022.
Bentuk pembayarannya melalui skema bagi hasil yang akan berlangsung selama lima tahun. Bagi hasil itu akan diimplementasikan secara bertahap pada sejumlah rute penerbangan, seperti Jakarta-Surabaya-Jakarta, Jakarta-Makassar-Jakarta, dan Jakarta-Jayapura-Jakarta.
Selain dari PPA, lanjut Irfan, Garuda juga akan mendapatkan PMN dari pemerintah senilai Rp 7,5 triliun pada tahun ini. Sebagian besar dana itu akan digunakan untuk perawatan dan perbaikan pesawat, bukan untuk melunasi utang.
”Selain untuk merestorasi pesawat, PMN akan digunakan modal kerja perusahaan, seperti biaya bahan bakar dan sewa pesawat,” ujarnya.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (22/9), Kementerian Keuangan memastikan Garuda Indonesia mendapatkan PMN tersebut. Kementerian Keuangan juga memperkirakan Garuda bakal mencetak laba setelah mendapat PMN dan memaparkan tiga skenario kepemilikan negara atas saham Garuda.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Rionald Silaban mengemukakan, pemberian PMN kepada Garuda sangat penting dalam rangka mendukung upaya penyelamatan maskapai dan penerbangan nasional. Selama ini, Garuda berperan penting menjaga aksesibilitas antardaerah dan pulau di Indonesia.
”PMN itu juga bakal memampukan Garuda menangkap peluang pemulihan tren peningkatan pengguna jasa penerbangan domestik yang diperkirakan sebanyak 131 juta penumpang pada 2026,” ujarnya.
Perbaikan kinerja
Menurut Rionald, Garuda akan menggunakan PMN senilai Rp 7,5 triliun untuk perawatan dan restorasi pesawat Rp 3,5 triliun, serta cadangan perawatan pesawat Rp 900 miliar. Sisanya, Rp 3 triliun, akan digunakan untuk biaya bahan bakar Rp 1,73 triliun, sewa pesawat Rp 900 miliar, dan restrukturisasi Rp 370 miliar.
Untuk mendapatkan PMN itu, Garuda harus menerbitkan saham baru melalui mekanisme HMETD atau right issue. Nantinya, right issue itu akan mengubah kepemilikan saham pemerintah di Garuda Indonesia.
Rionald menjelaskan, ada tiga skenario kepemilikan saham pemerintah di Garuda. Pertama, jika pemegang saham minoritas tidak mengambil haknya, dengan rentang harga pelaksanaan HMETD Rp 50-Rp 225 per lembar saham, kepemilikan negara setelah right issue pada rentang 64,91 persen hingga 66,33 persen.
Kedua, jika pemegang saham minoritas mengambil haknya, dengan rentang harga saham yang sama, kepemilikan negara atas saham Garuda di kisaran 49,14 persen-51,36 persen. Ketiga, dengan asumsi harga pelaksanaan HMETD Rp 50 per lembar saham, kepemilikan negara sebesar 49,16 persen-66,33 persen tergantung dari porsi pemegang saham minoritas mengambil haknya.
Pascarestrukturisasi, total utang maskapai berkode saham GIAA tersebut turun 50 persen dari 10,1 miliar dollar AS menjadi Rp 5,1 miliar dollar AS.
Kementerian Keuangan juga memaparkan, pascarestrukturisasi, total utang maskapai berkode saham GIAA tersebut turun 50 persen dari 10,1 miliar dollar AS menjadi 5,1 miliar dollar AS. Pada akhir 2022, Garuda juga diperkirakan dapat mencetak laba kendati laba tersebut merupakan buah dari rencana restrukturisasi Garuda.
Namun, pada 2023 hingga 2026, laba Garuda akan terus membaik. Hal itu terlihat dari pendapatan Garuda yang sudah lebih besar daripada beban usaha. Selisih aset dengan liabilitas Garuda juga semakin menyempit.
Kementerian Keuangan mencatat, pendapatan usaha GIAA pada semester I-2022 sebesar 879 juta dollar AS dan beban usahanya 857 juta dollar AS sehingga tercatat laba sebesar 22 juta dollar AS. Pada 2021, pendapatan usaha Garuda sebesar 1,337 miliar dollar AS dan beban usahanya 4,042 miliar dollar AS sehingga merugi sebesar 2,705 miliar dollar AS.
Nilai aset dan liabilitas GIAA pada semester I-2022 masing-masing sebesar 5,859 miliar dollar AS dan 8,209 miliar dollar AS sehingga selisihnya sekitar 2,35 miliar dollar AS. Selisih aset dan liabilitas tersebut membaik dibandingkan dengan selisih 2021 yang mencapai 6,11 miliar dollar AS.
Menurut Rionald, hal itu terlihat dari upaya Garuda memperbaiki kinerja pada tahun ini berbarengan dengan proses restrukturisasi utang. Garuda telah mengevaluasi rute penerbangan dan hanya melayani rute-rute yang menguntungkan bersama dengan Citilink.
”Garuda Indonesia juga mengurangi jumlah pesawat dan berhasil menegosiasikan penurunan tarif sewa pesawat dengan para lessor (perusahaan jasa sewa guna) pesawat. Selain itu, Garuda berusaha meningkatkan pendapatan melalui sejumlah bisnis tambahan dan memperkuat bisnis kargo,” katanya.