Sebelumnya, Presiden meminta agar petani tidak dirugikan, seperti dengan penugasan BUMN, sehingga para petani berproduksi. Selain itu juga penggunaan bibit GMO. Diharapkan produktivitas meningkat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Kedelai Grobogan untuk diolah menjadi tempe terhampar di Rumah Kedelai Grobogan (RKG), Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (19/6/2019). RKG, di bawah Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, menjadi sentra pengolahan kedelai varietas Grobogan, sekaligus tempat pengenalan komoditas kedelai lokal.
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan kedelai lokal yang dicanangkan pemerintah, seperti penggunaan produk rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO), menjadi satu langkah positif untuk meningkatkan produktivitas. Namun, untuk jangka panjang, varietas kedelai unggul lokal mesti terus dikembangkan. Pola kemitraan yang memberi jaminan keuntungan petani juga perlu dipikirkan.
Sebelumnya, pemerintah memberi perhatian khusus pada kedelai lokal. Bahkan, pada Senin (19/9/2022), Presiden memimpin rapat tertutup tentang kedelai. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden Joko Widodo menginginkan Indonesia tak lagi bergantung penuh pada kedelai impor. Produksi dalam negeri mesti dipacu (Kompas, 20/9/2022)
Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Gilang Wirakusuma, saat dihubungi, Selasa, menilai, penggunaan GMO bisa dicoba. Sebagai contoh, Amerika Serikat ialah salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam menggunakan GMO. Mereka memiliki bukti faktual bahwa produktivitas GMO tinggi. Kandungan nutrisinya juga diklaim lebih tinggi dibandingkan non-GMO.
”Penggunaan GMO bisa untuk jangka pendek. Namun, pemerintah tidak boleh lupa, kita punya varietas unggul kedelai, salah satunya Grobogan. Jadi, untuk 2-5 tahun, penggunaan GMO tidak masalah, tetapi harus juga memastikan ketersediaan benih lokal unggul. Jadi, harus simultan,” ujar Gilang.
Ia menambahkan, selama ini kedelai lokal tidak berkembang karena produktivitasnya rendah ketimbang tanaman pangan lain serta tidak menguntungkan bagi petani. Pada akhirnya, kedelai lebih banyak ditanam di lahan-lahan yang menganggur. Petani lebih berminat pada, misalnya, tembakau, kacang hijau, dan jagung yang kini harganya sedang tinggi.
”Motif petani (dalam) menanam, kan, ekonomi. Mereka rasional. Kalau mau tumpang sari, menurut saya, jangan dengan tanaman pangan, termasuk jagung (seperti yang dicanangkan pemerintah), tetapi dengan tanaman belum menghasilkan (TBM), misalnya sawit. Di UGM sudah ada penelitian dan kedelai memang memberi keuntungan ekonomi yang juga berguna untuk pertumbuhan kelapa sawit,” lanjutnya.
Mengenai pasar, salah satu hal yang mesti terus didorong adalah agar petani mendapat nilai layak meskipun produktivitasnya rendah, antara lain dengan dimitrakan. ”Dari penelitian, kedelai lokal itu diminati perajin tahu ketimbang kedelai impor karena sarinya lebih padat. Pemerintah mesti menjadi jembatan. Kalau sudah menguntungkan, petani akan menanam tanpa diminta,” katanya.
Sebelumnya, pada Februari 2022, Kementerian Pertanian (Kementan) juga menargetkan produksi kedelai 1 juta ton pada tahun 2022 meski produksi tahun 2021 hanya 215.000 ton. Digandeng offtaker atau penjamin serapan agar ada kepastian penjualan bagi petani. Dengan demikian, para petani diharapkan melirik kedelai kembali setelah berpaling ke komoditas lain.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Tanaman kedelai terhampar di area tanam Rumah Kedelai Grobogan (RKG), Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (19/6/2019). RKG, di bawah Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, menjadi sentra pengolahan kedelai varietas Grobogan, sekaligus tempat pengenalan komoditas kedelai lokal.
Transformasi
Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo Adi, pada Konsolidasi Nasional Penguatan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Tahun 2022, yang juga disiarkan daring, Selasa, menuturkan, Presiden telah meminta peningkatan produksi kedelai. Pasalnya, saat ini, dari kebutuhan kedelai nasional 3 juta ton, produksi di Indonesia hanya sekitar 250.000 ton.
GMO pun menjadi salah satu langkah cepat. ”Namun, tentu (dipilihi varietas) yang aman. Kalau impor kedelai GMO boleh, kenapa tidak boleh produksi bibit GMO? Presiden menyampaikan, harus bisa ditransformasi. Juga disiapkan 600.000 hektar, tetapi awalnya 300.000 hektar (untuk pengembangan). Terkait produksi lebih pada Kementan, sedangkan kami terkait ketersediaan,” ujar Arief.
Ia menambahkan, pemerintah juga akan mencoba menerapkan semacam tarif pada impor kedelai. Dengan demikian, harga kedelai lokal yang selama ini kerap lebih tinggi daripada impor dapat lebih kompetitif. NFA juga bakal menyiapkan jalur penjualan kedelai lokal setelah dibeli oleh BUMN. Pengembangan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri ini terus dikonsolidasikan di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menambahkan, meski perhitungan saat ini masih menggunakan data impor, ketersediaan kedelai terus dipersiapkan. BUMN akan terus didorong untuk membeli sehingga harga di petani dan pedagang tetap memiliki keuntungan.
”Kami mengharapkan BUMN dapat membeli semua produksi yang ada sehingga negara betul-betul bisa menjamin, tidak membiarkan begitu saja harga yang ada. Sistem logistik dan transportasi harus terus dikawal sehingga stabilisasi harganya bisa dikendalikan dengan maksimal,” ujar Syahrul, dikutip dari situs Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Selasa.