Problem Harga TBS dan Disparitas Harga Minyak Goreng Belum Teratasi
Harga TBS sawit petani mandiri di banyak daerah masih di bawah Rp 2.000 per kg. Sementara disparitas harga minyak goreng curah antardaerah masih relatif tinggi.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua persoalan besar di sektor industri kelapa sawit masih belum terselesaikan. Kedua persoalan itu adalah masih rendahnya harga tandan buah segar kelapa sawit petani swadaya di beberapa daerah dan disparitas harga minyak goreng curah antardaerah relatif tinggi.
Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto, Kamis (11/8/2022), mengatakan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani swadaya lambat naik. Harganya masih di bawah harga yang dijanjikan pemerintah Rp 2.000 per kilogram (kg).
Harga TBS sawit petani swadaya di Mamuju, Sulawesi Barat, masih di kisaran Rp 900-Rp 1.100 per kg. Padahal, harga TBS sawit di tingkat petani plasma sudah mencapai Rp 1.700-Rp 2.000 per kg.
Di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, harga TBS sawit petani swadaya di kisaran Rp 1.150-Rp 1.500 per kg pada 4 Agustus 2022. Kemudian, pada 11 Agustus 2022, kenaikannya tidak terlalu signifikan, yaitu menjadi di kisaran Rp 1.350-Rp 1.600 per kg.
”Ekspor sudah dipercepat dan pungutan ekspor sudah dibebaskan hingga akhir Agustus 2022, tetapi harga TBS belum sesuai harapan petani dan pemerintah,” kata Darto ketika dihubungi dari Jakarta.
Ekspor sudah dipercepat dan pungutan ekspor sudah dibebaskan hingga akhir Agustus 2022, tetapi harga TBS belum sesuai harapan petani dan pemerintah.
Darto menilai, ada praktik tidak sehat yang membuat harga TBS sawit petani swadaya belum mencapai Rp 2.000 per kg. Di Mamuju, misalnya, pembentukan harga TBS tidak adil lantaran ada monopoli mengingat hanya ada dua perusahaan kelapa sawit yang beroperasi.
Ia memperkirakan, harga TBS petani justru akan turun setelah pungutan ekspor diberlakukan lagi nanti. Selain itu, harga TBS akan mengikuti harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) global yang saat ini tengah bergejolak dan bakal cenderung turun.
Di Bursa Derivatif Malaysia, CPO diperdagangkan seharga 4.249 ringgit per ton pada 11 Agustus 2022. Harga tersebut meningkat 3,23 persen secara bulanan dan turun 5,03 persen secara tahunan.
Dalam kunjungan kerja di Jambi pada 2 Agustus 2022, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan harga TBS sawit akan mencapai Rp 1.800/kg dalam dua hari dan akan di atas Rp 2.000/kg hingga dua pekan ke depan. Petani diminta melapor bila harga masih di bawah target pemerintah (Kompas, 2/8/2022).
Kementerian Perdagangan juga telah mengeluarkan sejumlah kebijakan percepatan dan insentif ekspor. Salah satunya menaikkan rasio pengali ekspor terhadap realisasi kewajiban memasok kebutuhan pasar domestik (DMO) dari 1:7 menjadi 1:9.
Selain mendongkrak harga TBS sawit petani, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah mengatasi disparitas harga minyak goreng curah antardaerah. Harga minyak goreng curah, terutama di wilayah timur Indonesia, masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (Kemendag), per 10 Agustus 2022, harga rata-rata nasional minyak goreng curah Rp 14.000 per liter. Di Aceh dan Sulawesi Tengah, harganya bahkan turun sangat signifikan jauh di bawah HET, yakni Rp 11.767 per kg dan Rp 12.000 per kg.
Kondisi itu jauh berbeda dengan sejumlah daerah di wilayah timur Indonesia. Harga rata-rata minyak goreng curah di Papua Barat mencapai Rp 20.500 per liter, Maluku Utara Rp 20.250 per liter, Rp 17.333 per liter, dan Nusa Tenggara Barat Rp 16.750 per liter.
Untuk mengatasi persoalan di daerah tersebut, pemerintah berencana mendistribusikan minyak goreng kemasan bermerek Minyakita sebanyak 3.000 ton secara bertahap. Pada tahap pertama, Minyakita yang didistribusikan sebanyak 1.200 ton atau 1,32 juta liter.
Pendistribusian itu dilakukan melalui kapal tol laut Gerai Maritim yang diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis. Dalam pendistribusian itu, Kemendag bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan, ID Food, dan PT Bina Karya Prima.
”Minyakita yang didistribusikan ke Kupang sebanyak 351,5 ton, Timika 100,5 ton, Merauke 217,7 ton, Papua Barat 271 ton, dan Papua 245 ton. Selanjutnya, pendistribusian akan digulirkan juga ke Ambon, Ternate, Sorong, Manokwari, dan Jayapura,” kata Zulkifli melalui siaran pers di Jakarta.
Pendistribusian itu merupakan bagian dari program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR). Hingga kini, terdapat 18.944 pengecer mitra Pelaku Usaha Jasa Logistik dan Eceran (PUJLE) yang tersebar di 275 kabupaten/kota di 27 provinsi.
Program itu dikombinasikan dengan pendistribusian minyak goreng kemasan merek Minyakita. Dalam kemasannya, dicantumkan HET Rp 14.000 per liter. Hingga 10 Agustus 2022, sebanyak 111 perusahaan telah mendapatkan persetujuan penggunaan merek tersebut.
Zulkifli optimistis, Minyakita akan meningkatkan jangkauan program MGCR dan memperkuat mitra pengecer PUJLE di seluruh wilayah Indonesia. Dalam satu bulan ini, program itu diharapkan sudah menjangkau seluruh wilayah Indonesia timur.