Pemerintah menugaskan Perum Bulog membeli kedelai dari importir dan menjualnya kepada perajin tahu-tempe Rp 11.000 per kg. Dana Rp 900 miliar dialokasikan guna menutup selisih harga kedelai di importir dengan perajin.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah meminta Perum Bulog membeli kedelai dari importir kedelai. Hal itu dalam rangka menjalankan program Bantuan Penggantian Selisih Harga Pembelian Kedelai di tingkat produsen tahu dan tempe sebesar Rp 1.000 per kilogram.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, Bulog diminta untuk membeli kedelai impor dari importir kedelai sebanyak 200.000 ton dengan harga pasar yang saat ini masih tinggi. Kedelai impor tersebut akan disalurkan ke produsen tahu dan tempe dengan harga Rp 11.000 per kilogram.
”Nanti pemerintah akan menyubsidi selisih harga kedelai dari importir dengan harga kedelai yang telah ditetapkan pemerintah di tingkat perajin tahu dan tempe,” kata Budi dalam rapat dengan pendapat di Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang digelar secara hibrida di Jakarta, Kamis (24/3/2022).
Bulog diminta untuk membeli kedelai impor dari importir kedelai sebanyak 200.000 ton dengan harga pasar yang saat ini masih tinggi. Kedelai impor tersebut akan disalurkan ke perajin tahu dan tempe dengan harga Rp 11.000 per kg.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menambahkan, keputusan itu berdasarkan rapat koordinasi terbatas. Dalam rapat itu, pemerintah memutuskan agar Bulog menyediakan kedelai bagi produsen tahu dan tempe sebanyak 200.000 ton per bulan untuk empat bulan ke depan.
Pengadaan kedelai bukan melalui impor, melainkan dengan cara membeli dari importir kedelai di dalam negeri. Nanti, pemerintah akan mengganti selisih harga sebesar Rp 1.000 per kg agar produsen tahu dan tempe mendapatkan harga kedelai Rp 11.000 per kg.
”Pemerintah akan menyediakan anggaran senilai total Rp 900 miliar untuk menutup selisih harga itu,” ujarnya.
Pemerintah akan mengganti selisih harganya sebesar Rp 1.000 per kg agar perajin tahu dan tempe mendapatkan harga kedelai Rp 11.000 per kg. Pemerintah akan menyediakan anggaran senilai total Rp 900 miliar untuk menutup selisih harga itu.
Pada Senin (21/3/2022), Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) menagih janji pemerintah yang berencana menyubsidi kedelai impor. Subsidi itu diperlukan karena harga kedelai impor di dalam negeri semakin tinggi sejalan dengan kenaikan harga kedelai global.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan, saat ini harga kedelai impor di dalam negeri mencapai Rp 12.300 per kg, naik dari Rp 11.500 per kg. Harga setinggi itu membebani perajin tahu dan tempe (Kompas, 24/3/2022).
Berdasarkan simulasi Kementerian Perdagangan pada 11 Februari 2022, jika harga kedelai impor itu tembus Rp 12.000 per kg, harga tempe bisa naik Rp 300 per kg dan harga tahu naik Rp 50 per potong. Di rentang harga kedelai impor Rp 11.000 per kg-Rp 12.000 per kg itu, harga tempe di tingkat perajin bisa berkisar Rp 10.300 per kg-Rp 10.600 per kg dan harga tahu Rp 650 per potong-Rp 750 per potong.
Sementara data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat, rata-rata harga kedelai impor di pasar tradisional per 23 Maret 2022 mencapai Rp 13.700 per kg. Sejak awal tahun ini, harga tersebut naik 9,6 persen.
Hingga kini Indonesia masih bergantung pada kedelai impor lantaran belum dapat meningkatkan produksi kedelai lokal. Produksi kedelai itu pada 2022 diperkirakan hanya 200.315 ton.
Padahal, total kebutuhan kedelai tahunan secara nasional mencapai 2,98 juta ton sehingga masih ada defisit sebesar 2,58 juta ton. Oleh karena itu, Badan Pangan Nasional akan memperkuat cadangan pangan nasional selain beras. Salah satunya adalah kedelai (Kompas 24/3/2022).