Gakoptindo menyatakan pemerintah berjanji menyubsidi kedelai impor Rp 1.000 per kg. Namun, hingga kini janji itu belum terealisasi. Padahal, harga kedelai impor di dalam negeri sudah naik tinggi.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia atau Gakoptindo menagih janji pemerintah yang berencana menyubsidi kedelai impor. Subsidi itu diperlukan karena harga kedelai impor di dalam negeri semakin tinggi sejalan dengan kenaikan harga kedelai global.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin, Senin (21/3/2022), mengatakan, pemerintah berjanji menyubsidi kedelai impor yang dibeli produsen tahu dan tempe Rp 1.000 per kilogram (kg). Janji pemerintah itu dinyatakan dalam Rapat Kerja Nasional Gakoptindo pada 22-23 Februari di Surabaya, Jawa Timur.
”Kami sudah menanyakan realisasi janji itu berkali-kali. Namun, katanya masih dalam pembahasan di rapat terbatas sehingga sampai sekarang belum terealisasi,” kata Aip dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat.
Pemerintah berjanji menyubsidi kedelai impor yang dibeli produsen tahu dan tempe Rp 1.000 per kg.
Aip menjelaskan, subsidi itu diperlukan lantaran harga kedelai impor naik seiring dengan kenaikan harga kedelai global. Saat ini harga kedelai impor di dalam negeri mencapai Rp 12.300 per kg, naik dari Rp 11.500 per kg. Harga setinggi itu membebani perajin tahu dan tempe.
Bursa komoditas berjangka Chicago Board of Trade (CBOT) mencatat, harga kedelai global naik kembali menjadi 16,8 dollar AS per gantang atau mendekati harga tertinggi pada September 2012 yang mencapai lebih dari 17 dollar AS per gantang. Harga kedelai 16,8 dollar AS per gantang itu naik 2,87 persen secara bulanan dan 18,66 persen secara tahunan.
TradingEconomics menyebutkan kenaikan harga itu terjadi lantaran terganggunya pelayaran logistik di Laut Hitam akibat perang Rusia-Ukraina. Selain itu, Argentina, salah satu produsen kedelai terbesar dunia, menaikkan tarif ekspor kedelai dan bungkil kedelai dari 31 persen menjadi 33 persen guna mengendalikan inflasi di dalam negeri.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, rata-rata harga kedelai impor di pasar tradisional per 18 Maret 2022 mencapai Rp 13.600 per kg. Harga tersebut naik 6,25 persen secara bulanan Rp 12.800 dan 18,26 persen secara tahunan Rp 11.500 per kg.
Menurut Aip, kedelai impor itu sebenarnya hanya dibutuhkan untuk bahan baku tempe. Untuk bahan baku tahu, justru lebih baik digunakan kedelai lokal karena rasanya lebih enak dan legit serta baunya lebih harum.
Gakoptindo membutuhkan sekitar 1 juta ton kedelai lokal per tahun. Selama ini jumlah kedelai lokal yang tersedia masih terbatas. Kalaupun ada, kondisi kedelai itu masih kotor dan bercampur dengan ranting dan daun sehingga dibeli dengan harga Rp 5.000 per kg hingga Rp 7.000 per kg.
”Jika kedelai lokal itu tersedia dalam keadaan bersih dan kering, kami akan membelinya Rp 9.000 per kg-Rp 9.500 per kg. Kami berharap kedelai itu berasal dari petani langsung, tanpa perantara, dan pemerintah membantu pembeliannya melalui kredit usaha rakyat,” ujarnya.
Gakoptindo mencatat, total kebutuhan kedelai pada 2022 mencapai 3 juta ton. Dari jumlah itu sekitar 20 persen dipenuhi dari kedelai lokal.
Berdasarkan simulasi Kementerian Perdagangan pada 11 Februari 2022, jika harga kedelai impor itu tembus Rp 12.000 per kg, harga tempe bisa naik Rp 300 per kg dan harga tahu naik Rp 50 per potong. Di rentang harga kedelai impor Rp 11.000 per kg-Rp 12.000 per kg itu, harga tempe di tingkat perajin bisa berkisar Rp 10.300 per kg-Rp 10.600 per kg dan harga tahu Rp 650 per potong-Rp 750 per potong.
Dalam webinar Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) bertajuk ”Antisipasi Ketersediaan Pangan Saat Ramadhan dan Idul Fitri”, Jumat (18/3/2022), pemerintah memaparkan perkembangan harga dan stok pangan serta upaya mengatasi dan mengantisipasinya. Pemerintah menyebutkan pula akan menyubsidi harga kedelai impor di dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk melaksanakan program bantuan pembelian kedelai kepada perajin tahu dan tempe. Komoditas itu juga akan disubsidi agar harga jual di tingkat perajin bisa di kisaran Rp 11.000 per kg.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan juga menyatakan hal serupa. Pemerintah tengah menyiapkan mekanisme intervensi harga kedelai impor di dalam negeri agar perajin tahu dan tempe mampu menjangkaunya.
”Caranya adalah dengan memberikan atau membantu selisih harga kedelai itu dengan angka tertentu sehingga perajin tahu dan tempe bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 11.000 per kg,” katanya.
Pemerintah tengah menyiapkan mekanisme intervensi harga kedelai impor di dalam negeri agar perajin tahu dan tempe mampu menjangkau dengan harga Rp 11.000 per kg.
Selain itu, lanjut Oke, pemerintah telah berkomunikasi dengan para importir kedelai untuk menjamin pasokan kedelai impor di dalam negeri cukup selama Ramadhan-Lebaran. Pemerintah juga telah memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kenaikan harga kedelai bisa semakin tinggi pada Ramadhan-Lebaran sehingga harga tahu dan tempe akan ada penyesuaian.
Sementara itu, Ketua Koperasi BUMR Paramasera sekaligus Ketua Asosiasi Koro Pedang Nusantara, Agus Somamihardja, meminta pemerintah menyiapkan substitusi kedelai impor dengan kacang koro pedang (Canavalia ensiformis). Selain bisa digunakan sebagai pengganti kedelai, kacang koro pedang ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.
Koperasi BUMR Paramasera juga sudah bekerja sama dengan Gakoptindo untuk mengedukasi perajin tempe menggunakan kancang koro pedang sebagai bahan baku tempe. Tantangan yang muncul di tingkat perajin adalah ukuran kacang koro pedang lebih besar daripada kedelai impor sehingga membutuhkan mesin untuk memotong kacang tersebut.
”Kami sudah berupaya untuk membuatkan mesin potong koro pedang itu. Namun, tanpa keterlibatan pemerintah, baik dalam penyediaan alat bantu produksi hingga membangun ketahanan pangan pengganti kedelai impor, upaya itu akan berjalan lambat,” kata Agus.