Kelebihan Suplai Listrik PLN untuk Kluster Industri Hijau
Penandatanganan MOU antara PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia terkait ”Green Industry Cluster” dilakukan di Jakarta, Rabu (23/2/2022). Kolaborasi di antara tiga perusahaan BUMN itu diharapkan mendukung transisi energi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelebihan pasokan listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bakal dioptimalkan untuk mendukung program kluster industri hijau, yang juga melibatkan PT Pertamina (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero). Kolaborasi tiga badan usaha milik negara atau BUMN itu dalam rangka mendukung transisi energi.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, pada penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia bertajuk ”Green Industry Cluster”, di Jakarta, Rabu (23/2/2022), mengatakan, dalam rangka penurunan emisi karbon, diperlukan sinergi semua pihak.
”PLN saat ini oversupply (kelebihan pasokan tenaga listrik) luar biasa. Di Jawa saja, akhir tahun ini ada penambahan sekitar 6.000 megawatt (MW), (sedangkan) penambahan permintaan listrik hanya sekitar 800 MW. Jadi, kelihatan ada tambahan sekitar 5.000 MW. Ini tantangan luar biasa. Sumber energi dan permintaan energi tidak nyambung,” ujar Darmawan dalam acara yang disiarkan secara daring itu.
Oleh karena itu, imbuh Darmawan, penting untuk membangun energy storage system yang mampu memindahkan energi listrik dengan jarak yang jauh, tetapi masih ekonomis. Salah satu jawaban ialah dengan membangun ekosistem kokoh sesuai dengan arahan Menteri BUMN.
Menurut Darmawan, kluster industri hijau, yang melibatkan PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia, merupakan agenda strategis, serta bernilai produktif dan ekonomis. Dengan semangat kolaborasi, perusahaan-perusahaan BUMN dapat melakukan unlocking value dalam proses transisi energi.
Ketiga perusahaan BUMN itu memiliki kompetensi inti masing-masing, seperti PLN, dalam pembangkit tenaga listrik, Pertamina dalam carbon capture and storage (CSS) dengan resevoirnya dan Pupuk Indonesia terkait green ammonia. ”Kompetensi inti yang tadinya terfragmentasi (dengan kolaborasi ini) menjadi kekuatan yang hebat serta menjadi peluang,” katanya.
Dengan semangat kolaborasi, perusahaan-perusahaan BUMN dapat melakukan unlocking value dalam proses transisi energi.
Dalam menghadapi tantangan masa depan, terkait dengan transisi energi, menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, perlu dilakukan sejumlah hal, yakni dekarbonisasi, elektrifikasi, desentralisasi, kustomisasasi, dan digitalisasi. Hal-hal itu penting dalam upaya menuju pengembangan energi terbarukan. Sumatera Selatan menjadi salah satu daerah yang potensial untuk terus mengembangkan ke arah transisi energi.
”Dengan pengembangan kilang Plaju dan Dumai untuk bahan bakar nabati, akan ada kebutuhan hidrogen cukup tinggi. Jadi, demand ada. Suplai dari PLTP (Ulubelu) nanti kita lihat hidropower yang bisa dikonversi jadi blue energy. Demand juga ada di tempatnya PIHC (Pupuk Indonesia) untuk ammonia,” kata Nicke.
Nicke juga melihat potensi pengembangan di Jawa Barat. Apalagi, provinsi itu memiliki energi terbarukan yang melimpah. Pihaknya bersemangat karena bisnis model tersebut yang tepat untuk transisi energi. Semua, menurut dia, harus terdesentralisasi. ”Supply apa, demand apa, kemudian integrasi,” ujarnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman menambahkan, pihaknya sebenarnya sudah meneken MOU dengan Pertamina Power Indonesia, anak usaha Pertamina di bidang energi terbarukan, dalam membangun green ammonia dan blue ammonia. Dengan dipayungi Kementerian BUMN bersama PLN dan Pertamina, kerja sama akan menjadi lebih besar lagi.
Dekarbonisasi dengan green power menjadi program jangka pendek dan rencana pemanfaatan sumur-sumur gas nonproduktif Pertamina akan menjadi rencana jangka menengah. ”Untuk jangka lebih panjang, kami akan membangun pabrik-pabrik baru dengan memanfaatkan sumber-sumber itu, dengan Pertamina dan PLN,” kata Achmad.
Empat kawasan
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan, pada 2021, PLN, Pertamina, dan Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), jika dikolaborasikan, akan menciptakan potensi dan peluang luar biasa. Dengan besarnya potensi tersebut, ia berharap MOU ini dapat direalisasikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Pahala mencontohkan, empat kawasan industri di bawah PIHC dapat dijadikan kluster industri hijau. Keempatnya adalah Pupuk Kujang di Jawa Barat, Pupuk Iskandar Muda di Aceh, Pupuk Sriwijaya di Sumatera Selatan, dan Pupuk Kaltim di Kalimantan Timur.
”Kami berharap empat kawasan ini menjadi sentra produksi ammonia dan ke depan bisa difokuskan bagaimana mengembangkan blue ammonia dan green ammonia. Di kawasan-kawasan tersebut juga ada reservoir-reservoir yang selama ini mengalami penurunan produksi (sehingga bisa dioptimalkan),” ujar Pahala.
Kementerian BUMN berharap kerja sama tidak hanya di antara tiga perusahaan tersebut, tetapi juga melibatkan investor atau tenant lainnya. Dengan adanya pengembangan kluster industri hijau, diharapkan permintaan tenaga listrik bakal sesuai dengan harapan. Dengan demikian, problem kelebihan suplai listrik atau tidak cocoknya pasokan dan permintaan tenaga listrik dapat teratasi.