Saat Libur Lebaran, Obyek Wisata di Lombok Siap Prioritaskan Protokol Kesehatan
Adanya pembatasan aktivitas masyarakat dinilai akan berdampak pada kunjungan wisata saat libur lebaran. Termasuk di Lombok, NTB. Menghadapi hal itu, pengelo obyek wisata di sana akan memprioritaskan protokol kesehatan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Libur lebaran belum dipastikan bisa berdampak signifikan terhadap geliat pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Apalagi dengan adanya pembatasan aktivitas masyarakat karena penyebaran Covid-19 belum bisa dikendalikan. Meski demikian, pengelola obyek wisata tetap menyiapkan diri, khususnya terkait penerapan protokol kesehatan.
Hingga Selasa (20/4/2021), total pasien kasus Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 11.733 orang. Dari jumlah itu, 10.121 orang dinyatakan sembuh, 513 orang meninggal dunia, dan 1.099 orang masih positif.
Penambahan kasus harian masih terus berlangsung. Pada Senin (19/4/2021), terdapat 35 kasus baru yang tersebar di enam kabupaten kota. Satu di antaranya pasien dari luar NTB. Dari daerah penyumbang kasus baru, Kota Mataram masih mendominasi.
Kami menyiapkan tempat cuci tangan, juga pengaturan jaga jarak, memakai masker, dan memasang spanduk himbauan tentang protokol kesehatan (Pahrul Azim)
Para pengelola obyek wisata di Lombok memberikan perhatian pada kasus yang masih terjadi. Oleh karena itu, protokol kesehatan menjadi salah satu yang dipersiapkan khususnya untuk pada libur lebaran nanti.
“Kami menyiapkan tempat cuci tangan, juga pengaturan jaga jarak, memakai masker, dan memasang spanduk himbauan tentang protokol kesehatan,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Tengah, Pahrul Azim.
Menurut Pahrul, kedisiplinan terhadap protokol kesehatan baik pengelola maupun tamu penting. Hal itu untuk menghindari penularan Covid-19 di desa yang berada sekitar 15 kilometer tenggara Mataram, ibu kota NTB itu.
“Di Bilebante, pernah ada tiga warga terkonfirmasi. Dampaknya besar karena kami harus menutup kegiatan desa wisata sementara waktu,” kata Pahrul.
Pahrul tidak berani memasang target terlalu tinggi untuk kunjungan. Apalagi dengan berbagai pembatasan saat ini. Termasuk nantinya pembatasan penerbangan ke Lombok.
“Tetapi kami berusaha menyasar wisatawan lokal. Terutama dari Kota Mataram dan sekitarnya. Kami menargetkan sekitar 6.000 wisatawan, naik dari tahun lalu yang mencapai 5.000 orang,” kata Pahrul.
Wisata keluarga
Bilebante masih akan tetap menawarkan obyek wisata keluarga. Antara lain Pasar Pancingan dengan beraneka ragam penganan tradisional, juga paket wisata sepeda berkeliling desa.
Pengelola obyek wisata di Lombok Timur juga mulai mempersiapkan diri. Misalnya Joben Echo Park di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading. Joben Echo Park merupakan salah satu destinasi wisata non pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.
Karti dari Joben Echo Park mengatakan, untuk menyambut libur lebaran, mereka hampir setiap hari berbenah. Mulai dari menata areal perkemahan, memperbanyak jenis outbound, juga mematangkan keterampilan anggota dalam memandu tamu.
Menurut Karti, tidak ada target pengunjung. Apalagi untuk Joben Echo Park, masih berlaku pembatasan kuota pengunjung yakni 350 orang per hari atau 50 persen dari jumlah pengunjung normal.
Pembatasan merupakan kebijakan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani untuk mencegah penularan Covid-19. “Selain itu, kami juga mewajibkan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker. Juga menyiapkan fasilitas seperti penyanitasi dan tempat cuci tangan,” kata Karti.
Pembatasan
Stakholder Relation Manager Bandara Lombok Arif Harianto mengatakan, Kementerian Perhubungan melarang maskapai penerbangan mengoperasikan angkutan niaga dan non-niaga selama periode larangan mudik Lebaran yakni 6-17 Mei 2021, baik rute domestik maupun internasional.
“Pada prinsipnya, kami selaku pengelola bandara mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan mengendalikan penyebaran Covid-19,” kata Arif.
Menurut Arif, selama larangan mudik itu, Bandara Lombok tetap beroperasi untuk melayani penerbangan khusus.
“Penerbangan khusus itu yakni penerbangan pimpinan lembaga tinggi dan tamu kenegaraan, penerbangan repatriasi, serta penerbangan yang berhubungan dengan operasional penegakan hukum, ketertiban, dan pelayanan darurat, serta angkutan kargo,” kata Arif.
Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Ahkham mengatakan, pembatasan itu pasti akan sangat berdampak. Tetapi ia belum bisa memastikan dampaknya seperti apa, juga berapa target wisatawan selama libur lebaran.
Meski demikian, kata Ahkham, mereka akan menjalankan aktivitas pariwisata sebagai mana biasanya. Namun tetap dengan penerapan protokol kesehatan sesuai dengan kebijakan Satuan Tugas Covid-19 setempat.
Akhkam belum bisa memberikan gambaran obyek wisata mana saja yang akan dibuka pada libur lebaran nanti. Menurut dia, mereka masih menunggu arahan Satuan Tugas Covid-19.