Lima Destinasi Superprioritas Siap Gairahkan Kembali Wisata MICE
Upaya memulihkan kegiatan wisata pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) yang terdampak pandemi terus dilakukan. Ini termasuk di lima destinasi superprioritas Indonesia yang siap kembali menyelenggarakan MICE.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran atau MICE menjadi salah satu kegiatan pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19. Upaya pemulihan kegiatan itu pun terus dilakukan dengan mendorong penerapan panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan atau CHSE. Ini termasuk di lima destinasi superprioritas yang sudah siap menyelenggarakan MICE kembali.
Terkait hal tersebut, sejak 9 Februari hingga 23 Maret, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar sosialisasi panduan CHSE di lima destinasi superprioritas (DSP), yakni Borobudur (Jawa Tengah), Toba (Sumatera Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Likupang (Sulawesi Utara), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).
”Lima destinasi superprioritas itu sudah ditetapkan juga sebagai destinasi MICE. Saat ini, lima destinasi itu sudah siap menyelenggarakan kembali kegiatan MICE,” kata Subkoordinator Pengembangan Kapasitas Direktorat MICE Kemenparekraf Wahyu Wicaksono, dalam Sosialisasi dan Simulasi Panduan CHSE MICE di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (23/3/2021).
Sosialisasi di Labuan Bajo turut dihadiri Kepala Dinas Pariwisata NTT Wayan Darmawa, Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat Agustinus Rinus, perwakilan Organisasi Perangkat Daerah Manggarai Barat, asosiasi, hingga usaha jasa pariwisata, termasuk desa wisata.
Pemulihan wisata MICE terus didorong karena sangat terdampak pandemi. Narasumber yang juga tergabung dalam penyusunan panduan CHSE Kemenparekraf, Fauzi Mubarak, mengatakan, ketika pandemi mulai merebak pada awal 2020, aktivitas MICE terhenti.
Akibatnya, kata Fauzi, kerugian yang timbul khusus pameran, menurut Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi), mencapai Rp 44,3 triliun. Jumlahnya bisa bertambah karena itu belum termasuk kegiatan konferensi dan lainnya.
”Oleh karena itu, untuk kembali menggairahkan kegiatan MICE, para pelaku sangat penting mengetahui pelaksanaan kegiatan itu dengan penerapan panduan CHSE,” kata Fauzi.
Dalam sosialisasi yang antusias diikuti peserta itu, Fauzi menjelaskan, panduan CHSE MICE menekankan pada tiga hal, yakni pencegahan, deteksi, dan penanganan. Pencegahan fokus pada upaya yang dilakukan untuk menghindari dan mengantisipasi penyebaran Covid-19 dalam kegiatan MICE.
”Sementara deteksi pada proses mengidentifikasi dan menilai kondisi orang-orang yang diduga terpapar Covid-19 dalam upaya mencegah penularan lebih lanjut dalam kegiatan MICE,” kata Fauzi yang juga dosen Politeknik Negeri Jakarta dan tergabung dalam tim penyusunan panduan CHSE Kemeparekraf.
Adapun penanganan fokus pada upaya cepat tanggap pada kejadian orang teridentifikasi Covid-19 dalam kegiatan MICE sesuai dengan protokol kesehatan. ”Pelaksanaannya tidak hanya berfokus pada kegiatan, tetapi semua kegiatan terkait, seperti atraksi yang didatangi peserta, tempat tinggal, area kegiatan, restoran, transportasi, dan pelayanan lain dalam MICE,” kata Fauzi.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, dengan pemahaman pelaku MICE terhadap panduan CHSE, maka wisatawan MICE yang akan melaksanakan kegiatan MICE di Indonesia dapat merasa aman dan nyaman.
Saat ini, destinasi superprioritas terus bergerak mempersiapkan diri untuk pemulihan wisata MICE.
”Sektor MICE juga siap dan mampu bangkit kembali untuk memacu pertumbuhan dan kreativitas yang lebih baik daripada sebelumnya. Sekaligus menjadikan Indonesia sebagai destinasi MICE yang mampu bersaing secara internasional,” kata Rizki.
Kesiapan destinasi
Wahyu Wicaksono menambahkan, persiapan untuk pemulihan pariwisata Nusantara masih panjang. Perumusan hingga sosialisasi CHSE merupakan bagian dari upaya pemulihan itu, khususnya di lima destinasi superprioritas. Saat ini, destinasi superprioritas terus bergerak mempersiapkan diri untuk pemulihan wisata MICE.
Hal ini termasuk di Labuan Bajo yang menjadi lokasi terakhir sosialisasi panduan CHSE MICE, yakni 23-25 Maret 2021. Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo-Flores Shana Fatina, yang mengikuti kegiatan sosialisasi secara daring, mengatakan, kegiatan MICE di Labuan Bajo sudah aktif kembali.
”Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan CHSE sebagai upaya mencegah Covid-19. Tetapi, semua pihak harus berkolaborasi. Dengan begitu, MICE akan membaik dan membangkitkan sektor pariwisata di Labuan Bajo,” kata Shana.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Wayan Darmawa mengatakan, Labuan Bajo merupakan hub pariwista dan lokasi potensial untuk pariwisata MICE ke depan. Tidak sebagai alternatif, tetapi pilihan utama MICE.
Oleh karena itu, menurut Wayan, mereka terus mendorong percepatan sertifikasi CHSE untuk usaha jasa pariwisata. Saat ini baru 40 sertifikat di NTT, termasuk di Labuan Bajo. Selain itu, pihaknya juga sedang mendorong vaksinasi Covid-19 untuk pelaku pariwisata.
Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat Agustinus Rinus mengatakan, pemerintah daerah ingin agar CHSE menjadi budaya di Labuan Bajo. Oleh karena itu, sosialisasi CHSE dan Gerakan Bisa (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman) terus dilakukan di destinasi wisata serta usaha jasa pariwisata.
”Kami juga mendorong bagaimana hotel, kemudian restoran dan desa wisata, menerapkan pariwisata berkelanjutan, yakni pada aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan,” kata Agustinus.
Hotel juga telah menerapkan CHSE. Bahkan, beberapa hotel di Labuan Bajo telah menerima sertifikat CHSE. General Manager The Jayakarta Suites Labuan Bajo Reynes Sahadoen mengatakan, dengan adanya sertifikat CHSE, mereka semakin percaya diri dalam pelayanan. ”Kami sudah mulai kegiatan MICE sejak tiga bulan terakhir 2020. Tetapi, itu dari pemerintah pusat. Bagi kami, MICE sangat penting. Apalagi, 70 persen pendapatan hotel dari itu,” kata Reynes.
Sementara itu, hotel yang belum mendapatkan sertifikat berharap pemerintah bisa mempercepatnya. Menurut General Manager Sudamala Suites and Villas Komodo Made Sukadana, mereka telah mengajukan sertifikasi CHSE sejak Januari 2021, tetapi hingga saat ini belum dapat kepastian.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Manggarai Barat Sebastian Pandang berharap pemerintah tidak hanya melakukan sosialisasi dan sertifikasi, tetapi juga mengawasi pelaksanaannya. Ini termasuk mendorong bagaimana semua pihak bekerja sama menerapkan CHSE pada semua destinasi dan kegiatan pariwisata.