SMA/SMK di DIY Laksanakan PTM 100 Persen, Jaga Jarak di Kelas Jadi Masalah
Sejumlah SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka 100 persen. Namun, di sebagian sekolah, penerapan PTM 100 persen itu membuat aturan jaga jarak sulit diterapkan di dalam kelas.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sejumlah SMA/SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka atau PTM dengan kapasitas 100 persen mulai Senin (10/1/2022). Namun, di sebagian sekolah, penerapan PTM 100 persen itu membuat aturan jaga jarak sulit diterapkan di dalam kelas karena seluruh murid hadir di sekolah secara bersamaan.
Salah satu sekolah yang mulai menerapkan PTM 100 persen adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta. ”Mulai 10 Januari ini, pembelajaran tatap muka dilaksanakan 100 persen dan siswa wajib mengikuti. Selama PTM 100 persen, kami tidak menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh,” kata Kepala SMAN 6 Yogyakarta Siti Hajarwati saat ditemui di kantornya, Senin.
Siti menjelaskan, pelaksanaan PTM 100 persen di SMAN 6 Yogyakarta itu sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Menteri Agama; Menteri Kesehatan; dan Menteri Dalam Negeri yang diterbitkan pada 21 Desember 2021.
Penerapan PTM 100 persen itu juga sesuai dengan Surat Edaran (SE) Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY Nomor 421/13462 yang ditujukan kepada Kepala SMA, SMK, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) di DIY. Berdasarkan SE itu, mulai 10 Januari 2022, PTM di SMA, SMK, dan SLB dilakukan dengan jumlah peserta didik 100 persen dari kapasitas ruang kelas.
Siti menjelaskan, PTM 100 persen itu diikuti oleh seluruh murid SMAN 6 Yogyakarta yang berjumlah 860 orang. Para siswa itu mengikuti PTM mulai pukul 07.00 sampai 12.30 dengan 10 jam pelajaran. ”Kami tidak memakai sistem shift (giliran) karena tenaga yang ada tidak memungkinkan,” katanya.
Siti memaparkan, dalam pelaksanaan PTM 100 persen, pihak sekolah menerapkan sejumlah aturan untuk mencegah penularan Covid-19. Peserta didik yang baru saja bepergian ke luar provinsi atau kedatangan tamu menginap dari luar provinsi diimbau melakukan tes antigen lebih dulu sebelum mengikuti PTM.
Semua siswa juga harus menerapkan protokol kesehatan, misalnya memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, selama mengikuti PTM. Mereka juga diminta membawa penyanitasi tangan dan alat makan sendiri saat mengikuti PTM. ”Selama PTM, para siswa tidak boleh pinjam-meminjam alat tulis dan alat makan minum,” ujar Siti.
Selain itu, sebelum mengikuti PTM, seluruh siswa juga harus mengisi formulir skrining mandiri secara daring untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka. Formulir itu juga dipakai untuk mengetahui bagaimana penerapan protokol kesehatan oleh para siswa selama di rumah dan bergaul di masyarakat.
Untuk menghindari kerumunan saat para siswa pulang, Siti menuturkan, pihak sekolah mengatur agar siswa pulang secara bergantian. Pada hari tertentu, misalnya, para siswa di kelas yang ada di lantai dua dipersilakan pulang lebih dulu. Sementara itu, para siswa di lantai satu baru boleh pulang sekitar 10 menit setelah siswa di lantai dua pulang.
Siti menambahkan, selama pelaksanaan PTM 100 persen, kantin di sekolah itu ditutup untuk mencegah risiko penularan Covid-19. Selain itu, selama masa istirahat, para siswa diimbau tetap berada di dalam kelas untuk menghindari kerumunan.
Jaga jarak
Akan tetapi, Siti mengakui, selama pelaksanaan PTM 100 persen, aturan jaga jarak sulit diterapkan secara maksimal di dalam kelas. Hal ini karena setiap meja di SMAN 6 Yogyakarta harus dipakai oleh dua siswa.
”Meja di SMAN 6 itu panjangnya 120 sentimeter dan dipakai berdua. Karena dipakai berdua, siswa enggak bisa jarak minimal 1 meter,” ungkap Siti.
Siti menyebut, para guru hanya bisa mengimbau agar para siswa yang duduk berdekatan tidak bersentuhan atau melakukan kontak fisik. Selain itu, pihak sekolah juga mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan nomor absennya. Dengan begitu, para siswa harus duduk di kursi yang sama setiap hari.
Meja di SMAN 6 itu panjangnya 120 sentimeter dan dipakai berdua. Karena dipakai berdua, siswa enggak bisa jarak minimal 1 meter. (Siti Hajarwati)
Kepala Dikpora DIY Didik Wardaya menyatakan, mulai Senin ini, SMA/SMK di provinsi itu memang mulai melaksanakan PTM 100 persen. Didik menyebut, pelaksanaan PTM 100 persen itu diharapkan bisa mengatasi ketertinggalan para siswa dalam memahami materi pelajaran karena adanya kendala dalam proses pembelajaran selama pandemi Covid-19.
”Berbagai penelitian kan juga menyebut pembelajaran tatap muka itu lebih efektif dibandingkan pembelajaran jarak jauh walaupun kita sudah didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang baik,” ungkap Didik.
Terkait kesulitan menjaga jarak di dalam kelas selama PTM 100 persen, Didik menyatakan, hal itu bisa disiasati. Untuk sekolah dengan model satu meja satu siswa, letak meja dan kursi bisa ditata agar lebih berjarak satu sama lain. Sementara itu, sekolah dengan model satu meja untuk dua siswa, posisi duduk siswa bisa diatur agak ke pinggir sehingga tidak terlalu berdekatan.
Untuk mengimbangi masalah jaga jarak itu, Didik menyebut, protokol kesehatan lainnya, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan, harus diterapkan dengan ketat. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 selama pelaksanaan PTM 100 persen.