Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi atas kerja keras dan dedikasi guru di seluruh Indonesia yang mau mencoba cara-cara baru agar proses pembelajaran tetap berlangsung.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo memuji ketangguhan dan dedikasi para guru untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 dan disrupsi teknologi guna memastikan layanan pendidikan untuk siswa tetap dapat berjalan. Untuk itu, pemerintah akan terus bergandengan tangan dengan para guru, mendengar aspirasi guru, untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan nasional demi meraih Indonesia yang dicita-citakan.
Presiden Joko Widodo, yang hadir dalam video yang ditayangkan pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) 2021 secara luring di Gedung Guru Pengurus Besar PGRI, Sabtu (27/11/2021), menyampaikan apresiasi atas kerja keras dan dedikasi guru di seluruh Indonesia yang mau mencoba cara-cara baru agar proses pembelajaran tetap berlangsung. Tahun ini, PGRI mengangkat tema ”Bangkit Guruku, Maju Negeriku: Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”.
Hadir di Gedung Guru, antara lain, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudrsitek) Iwan Syahril dan Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi. Secara daring ucapan selamat ulang tahun dan apresiasi pada guru disampaikan, antara lain, oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Dari luar negeri, turut menyampaikan Sekretaris Jenderal Kantor Pusat Pendidikan Internasional di Belgia Anand Singh, Presiden dan perwakilan organisasi Guru ASEAN, serta Asosiasi Guru Korea Selatan, Australia, dan Jepang.
Presiden mengatakan, pemerintah berupaya untuk memastikan mutu guru. Pada tiga tahun lalu di tahun 2018 ketika HUT PGRI dan HGN, pemerintah membuka peluang bagi guru honorer berusia 35 tahun ke atas menjadi aparatur sipil negara dengan status pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Kita mendorong afirmasi 1 juta guru PPPK bisa tercapai sebagai penghargaan pada guru. Di tahun ini, sudah 173.329 guru honorer menjadi PPPK. Saya akan mendengar terus aspirasi guru, bergandengan tangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa demi meraih Indonesia yang dicita-citakan.
”Kita mendorong afirmasi 1 juta guru PPPK bisa tercapai sebagai penghargaan pada guru. Di tahun ini, sudah 173.329 guru honorer menjadi PPPK. Saya akan mendengar terus aspirasi guru, bergandengan tangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa demi meraih Indonesia yang dicita-citakan,” kata Presiden.
Presiden juga mendorong guru untuk terus meningkatkan diri dalam penggunaan teknologi digital. Sekolah diminta merancang pembelajaran yang efektif, campuran, kontekstual, relevan dan konstruktif. ”Buat materi dan metode pembelajaran yang lebih menarik dari media sosial dan peka terhadap perubahan,” kata Presiden.
Menurut Presiden, guru adalah roh dalam proses pendidikan. Untuk itu, pendidikan oleh guru harus dilaksanakan sebagai sumber nilai dan keteladanan, karakter dan akhlak mulia, mandiri, dan tangguh di masa depan. Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi kekurangan guru dan kesenjangan pemerataan pendidikan.
Presiden mengingatkan agar program Merdeka Belajar, Sekolah Penggerak, hingga Guru Penggerak dapat mendorong transformasi pendidikan Indonesia yang mengembangkan pembelajaran berpusat pada siswa.
Guru era baru
Unifah Rosyidi menyampaikan, pandemi Covid-19 membawa duka karena sekitar 2.000 guru, dosen, dan tenaga kependidikan meninggal akibat terpapar virus korona baru. Namun, pandemi juga menjadi titik balik bagi PGRI dan guru untuk saling belajar dan berbagi.
Menurut Unifah, pandemi Covid-19 yang juga berdampak pada dunia pendidikan mendorong PGRI untuk menjadikan disrupsi teknologi ini sebagai kekuatan guna mengubah arah dan strategi perjuangan organisasi dalam meningkatkan martabat dan muruah anggota dan organisasi. Pandemi melahirkan kegairahan baru bagi guru untuk saling belajar. PGRI memfasilitasi jutaan guru terkoneksi untuk saling belajar dan membelajarkan dalam berbagai kegiatan webinar, workshop sepanjang tahun, baik di provinsi, kabupaten/kota hingga cabang, ranting bahkan ketika akan menghadapi ujian PPPK.
”Inovasi teknologi pembelajaran menjadi bagian dari perbincangan sehari-hari. PGRI memelopori lahirnya guru era baru di mana belajar dan pelatihan tidak hanya dimonopoli oleh mereka yang ada di perkotaan, tetapi juga akses bagi semua,” kata Unifah.
Dalam kesempatan peringatan HGN ini, Unifah memohon para pengambil kebijakan untuk mewujudkan rekrutmen guru melalui jalur PPPK yang lebih berkeadilan, deregulasi penyelenggaraan pendidikan, sertifikasi guru dalam jabatan disesuaikan dengan UU Guru dan Dosen, tidak ada penghentian sepihak tunjangan profesi guru, kenaikan pangkat bagi guru tidak dipersulit, dan pelatihan yang terus-menerus bagi setiap guru supaya mutu pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Terkait dibukanya kembali sekolah dengan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Unifah mengingatkan pembelajaran tidak akan kembali seperti semula. Karena itu, para guru, pendidik, dan tenaga kependidikan diajak untuk menyiapkan diri dengan model pembelajaran baru, yakni bauran antara daring dan luring. Ada program Lingkar Belajar Guru (Teachers Learning Circle) dukungan PGRI dan Education International Consortium Project, menjadi kekuatan riil di akar rumput sebagai jejaring komunitas belajar guru-guru Indonesia.
”Keterbukaan pola pikir kawan-kawan, dan (kemauan untuk) terus berinovasi sangat dibutuhkan. Kami mohon juga pemerintah dan pemerintah daerah menyiapkan era baru ini dengan aturan yang jelas, sosialisasi, dan koordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah daerah,” kata Unifah.
Dalam perayaan hari guru, PGRI juga memberikan anugerah guru honorer dan tenaga kependidikan honorer berdedikasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dalam rangka meningkatkan dedikasi guru dan tenaga honorer dalam melaksanakan tugas profesionalnya di daerah 3T. Sebanyak 25 guru honorer dan 26 tenaga kependidikan dari daerah-daerah 3T menerima penghargaan. Selain itu, ada pula penghargaan yang diberikan kepada kepala daerah/pemerintah daerah yang menaruh kepedulian kepada guru dan pendidikan.