Guru Gelar Konsultasi Terbatas untuk Kejar Ketertinggalan Siswa
Pembelajaran daring berpotensi membuat sebagian siswa tertinggal pembelajaran. Demi mengejar ketertinggalan itu, sejumlah sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan konsultasi terbatas bagi siswa.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran daring yang digelar selama pandemi Covid-19 dinilai belum sepenuhnya optimal. Selama proses pembelajaran daring itu, sebagian siswa berpotensi mengalami ketertinggalan pembelajaran. Untuk mengejar ketertinggalan itu, sejumlah sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan konsultasi terbatas bagi para siswa.
Salah satu sekolah yang mengadakan konsultasi terbatas adalah SMA Negeri 9 Yogyakarta. Dalam konsultasi tersebut, siswa membuat janji dengan guru mata pelajaran tertentu untuk berkonsultasi. Setelah itu, akan dibuat jadwal khusus agar konsultasi dapat dilakukan dengan penerapan jaga jarak.
Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta Jumadi menjelaskan, konsultasi terbatas sudah diterapkan sejak awal pandemi Covid-19. Kebijakan ini diterapkan dengan serangkaian pembatasan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Di sisi lain, siswa yang memang belum bisa memahami materi dengan baik dapat terfasilitasi dengan konsultasi tersebut.
Ini untuk mengejar ketertinggalan siswa selama melakukan pembelajaran jarak jauh. Sebab, siswa pasti ada yang bisa langsung memahami, ada pula yang membutuhkan pendalaman.(Jumadi)
”Ini untuk mengejar ketertinggalan siswa selama melakukan pembelajaran jarak jauh. Sebab, siswa pasti ada yang bisa langsung memahami, ada pula yang membutuhkan pendalaman,” kata Jumadi saat dihubungi, Jumat (30/4/2021).
SMA Negeri 9 Yogyakarta sebenarnya menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka mulai 19 April 2021. Akan tetapi, sekolah itu batal melakukan uji coba pembelajaran tatap muka karena sedang ada pembangunan gedung di salah satu area sekolah. Pembangunan itu dikhawatirkan bisa mengganggu penerapan protokol kesehatan selama masa uji coba.
Oleh karena itu, Jumadi menyebutkan, layanan konsultasi terbatas terus dilanjutkan. Dalam satu hari, rata-rata ada 12 siswa yang melakukan konsultasi tersebut. Saat konsultasi itu, siswa dapat bertanya langsung kepada guru mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami pada pembelajaran daring.
”Pembatasan ini agar protokol kesehatan dapat dilakukan. Jadi, siswa wajib mengenakan masker, membawa hand sanitizer, serta melakukan jaga jarak selama konsultasi. Protokol kesehatan harus ketat,” kata Jumadi.
Layanan serupa disediakan di SD Negeri Serayu, Kota Yogyakarta. Di sekolah itu, layanan konsultasi terbatas diberikan kepada siswa kelas VI yang akan mengikuti asesmen standar pendidikan daerah (ASPD).
ASPD merupakan ujian yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama pembelajaran daring. Nilai dari ujian tersebut, antara lain, digunakan untuk mengikuti seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.
Kepala SD Negeri Serayu, Marsono, menyebutkan, konsultasi terbatas dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Siswa yang mengikuti konsultasi itu diberi penjadwalan khusus agar protokol kesehatan seperti menjaga jarak aman dapat dilakukan.
”Kendala-kendala yang ada selama pembelajaran daring bisa diperdalam di sini. Harapannya, pemahaman siswa akan materi pelajaran bisa lebih baik,” kata Marsono.
Pemetaan
Sementara itu, pada 5-8 April 2021, para siswa kelas IX SMP di DIY telah menjalani ASPD yang digelar secara tatap muka di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. Dalam ASPD itu, siswa diminta mengerjakan soal dari empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Didik Wardaya mengatakan, ASPD digelar untuk memetakan hasil pembelajaran yang dilakukan siswa selama pandemi Covid-19.
Didik menyebut, hasil pemetaan melalui ASPD itu akan menjadi bahan evaluasi dan masukan terkait proses pendidikan di DIY. Di satu sisi, hasil ASPD itu bisa dimanfaatkan para guru di jenjang SMP untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran ke depan.
Di sisi lain, hasil ASPD juga berguna bagi para guru SMA/SMK, yakni sebagai panduan apakah mereka perlu melakukan pengulangan atau pendalaman materi bagi para siswa yang baru saja lulus dari jenjang SMP. Jika ASPD para siswa kelas IX SMP itu menunjukkan hasil kurang memuaskan untuk mata pelajaran tertentu, para guru SMA/SMK bisa saja melakukan pengulangan materi untuk pelajaran tersebut.
”Untuk anak-anak yang nanti masuk SMA, misalnya, akan kita lihat pembelajaran matematikanya seperti apa. Apakah perlu dilakukan pengulangan-pengulangan di tahap-tahap awal,” ujar Didik.
Didik menyebut, nilai ASPD menjadi salah satu alat seleksi bagi siswa lulusan SMP yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK. Namun, nilai ASPD itu tidak menjadi penentu kelulusan siswa.