Pembelajaran Jarak Jauh Bikin Siswa Jenuh, Guru Dituntut Variatif
Pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan agar anak tidak merasa jenuh belajar dari rumah. Peran guru pun menjadi penting. Guru dituntut lebih variatif dalam memberikan materi kepada siswa.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang sudah berlangsung nyaris setahun membuat siswa jenuh. Hasil belajar siswa pun dikhawatirkan tidak optimal. Guru diharapkan bisa menghidupkan suasana kelas menjadi menyenangkan, antara lain dengan variasi metode belajar.
Kejenuhan siswa tampak dari Studi Penilaian Cepat Dampak Covid-19 dan Pengaruhnya terhadap Anak oleh Wahana Visi Indonesia, Mei 2020. Kebijakan belajar dari rumah berdampak pada psikologi anak. Mereka menyatakan ingin kembali ke sekolah karena bosan. Ada pula yang khawatir ketinggalan pelajaran.
Survei oleh sejumlah dosen di Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Bandung, menunjukkan hal serupa. Sebanyak 867 siswa, guru, dan orangtua dilibatkan pada survei pada periode 8-14 Juni 2020.
Hasilnya, 12,5 persen responden merasa bosan, 9 persen merasa bakal kehilangan kemampuan menguasai materi, dan 8,3 persen merasa akan butuh liburan jika PJJ diperpanjang. Sebanyak 19,6 persen lainnya merasa cemas dan khawatir.
Survei Litbang Kompas pada Juni 2020 juga menunjukkan, 28,3 persen publik khawatir pada dampak psikososial PJJ. Anak menjadi jenuh, malas, hingga stres. Motivasi belajar pun bisa turun karena tidak ada teman belajar.
Kendala belajar jarak jauh juga dialami mahasiswa University of Washington, Amerika Serikat, Leonardo Edwin. Ia memutuskan kembali ke Indonesia karena kampusnya menyelenggarakan kuliah daring selama pandemi. Ia dan para dosen harus beradaptasi dengan kondisi itu.
”Sebagai pelajar, saya sangat rindu kembali ke sekolah. Belajar online (daring) dan offline (luring) itu beda sekali. Aspek sosial hilang (selama belajar di rumah). Selain itu, ada banyak distraksi sehingga tidak fokus belajar,” kata Leonardo dalam diskusi daring ”Kiat Mengatasi Kejenuhan Ajar-Mengajar Selama PJJ di Masa Pandemi”, Kamis (4/2/2021).
Pembelajaran bermakna
Peran guru penting untuk menarik minat siswa yang belajar dari rumah. Analis Pelaksana Kurikulum Pendidikan Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dwi Nurani, mengatakan, pembelajaran bermakna bisa membuat kegiatan belajar mengasyikkan.
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang bisa menumbuhkan keterampilan berpikir dan bersikap pada siswa. Contohnya, memberi pelajaran soal kecakapan hidup yang sesuai dengan kondisi saat ini, misalnya praktik hidup di tengah pandemi Covid-19.
”Guru juga diharapkan memberi variasi pembelajaran dan tugas yang sesuai minat dan kondisi siswa. Beri juga umpan balik hasil belajar kualitatif. Jadi, produk belajarnya tidak harus berupa nilai,” kata Dwi.
Ada beberapa cara mempraktikkan pembelajaran bermakna, salah satunya membangun komunikasi positif antara guru, siswa, dan orangtua. Cara lain adalah dengan memandu siswa memahami konsep suatu materi, kemudian diterapkan di berbagai konteks.
”Untuk mengatasi kejenuhan, gunakan model belajar yang bervariasi, lakukan pendekatan kepada peserta didik, evaluasi setiap pelajaran berakhir, diskusi di kelas, dan buat materi presentasi yang visualnya menarik,” kata Dwi.
Ini penting untuk meminimalkan risiko hilangnya pengalaman belajar (learning loss) dan ketidakmampuan belajar (learning poverty). Kajian Bank Dunia menunjukkan bahwa tingkat learning poverty diperkirakan meningkat 10 persen di negara berpenghasilan menengah ke bawah. Angka itu meningkat dari 53 persen pada 2019 menjadi 63 persen pada 2020.
Untuk mengatasi kejenuhan, gunakan model belajar yang bervariasi, lakukan pendekatan kepada peserta didik, evaluasi setiap pelajaran berakhir, diskusi di kelas, dan buat materi presentasi yang visualnya menarik.
Sebelumnya, Bank Dunia memprediksi bahwa penutupan sekolah hingga Juli 2020 membuat capaian PJJ rata-rata hanya 33 persen dari hasil pembelajaran tatap muka. Anak Indonesia diperkirakan kehilangan 11 poin pada skala membaca di Program Penilaian Siswa Internasional (PISA).
Membangun semangat
Menurut Head of K12 Product Ruangguru Stephanie Hardjo, perlu ada desain pembelajaran yang bisa membangun semangat siswa. Desain belajar itu perlu memuat permainan dan memberi otonomi belajar kepada siswa.
Selain itu, pembelajaran perlu disertai pengertian mengapa materi yang diberikan penting, pelibatan orang dekat untuk membantu siswa belajar, serta pembelajaran yang bisa menunjukkan kemampuan siswa.
”Agar siswa semangat, kita bisa menerapkan happy hour di kelas. Kita meluangkan waktu untuk membuat sesi mengobrol santai atau bermain gim bersama,” kata Stephanie.
Strategic Partnership Specialist Sekolah.mu Roswita Amelinda mengatakan, konsep belajar harus disesuaikan dengan kondisi abad ke-12. Ini bisa dicapai, antara lain, dengan konsep merdeka belajar serta kolaborasi antara sekolah, guru, dan murid. ”Kiat jitu menjalankan PJJ itu adalah menerapkan kurikulum yang menyiapkan siswa menghadapi masa depan yang dinamis,” ujarnya.
Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud Sri Wahyuningsih mengatakan, pemerintah tetap berupaya agar anak-anak tidak kehilangan momen belajar selama pandemi. Itu sebabnya, kerja sama antara guru, orangtua, dan peserta didik perlu ditingkatkan.
”Kerja sama harus dioptimalkan agar kegiatan belajar tidak hanya di sekolah. Peran orangtua pun penting. Mereka pun punya kewajiban meliterasi anak, termasuk tentang teknologi,” kata Sri.