Sekolah Siapkan Pola Pembelajaran yang Lebih Menyenangkan
Pembelajaran jarak jauh yang masih berlanjut di tengah pandemi Covid-19 memaksa pihak sekolah terus memperbarui pola pembelajaran. Hal ini penting untuk mengusir rasa jenuh para siswa.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki hari pertama pembelajaran jarak jauh pada semester genap, sejumlah sekolah di DKI Jakarta menyiapkan metode belajar-mengajar baru. Hal ini bertujuan agar siswa tidak merasa jenuh seperti yang terjadi pada semester ganjil lalu.
Kepala SD Negeri 01 Bendungan Hilir Rukdi mengatakan, selama ini banyak menerima masukan dari orangtua siswa terkait proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) semester ganjil. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah banyak siswa merasa jenuh menjalani PJJ. ”Kami saat ini sedang berusaha meningkatkan kualitas PJJ supaya anak tidak bosan,” katanya saat ditemui, Senin (4/1/2021).
PJJ sudah diberlakukan selama pandemi Covid-19 atau lebih kurang 10 bulan. Selama itu pula, menurut Rukdi, guru-guru lebih sering memberikan tugas ketimbang berinteraksi melalui pertemuan maya.
Pada semester genap ini, dia berharap PJJ tidak lagi monoton. Untuk itu, menurut rencana, Rukdi akan mengadakan pelatihan untuk para guru. Fokus pelatihan pada pembelajaran digital. Lewat pelatihan ini, guru-guru didorong lebih variatif menggunakan aplikasi untuk PJJ agar proses belajar-mengajar menjadi menarik.
Hanya saja, Rukdi mengakui bahwa memberikan pelatihan bagi guru di masa pandemi juga bukan perkara mudah. ”Masalahnya, sekarang juga tidak boleh berkumpul. Pelatihan secara daring juga kayaknya kurang optimal,” katanya.
Rukdi berencana mewajibkan guru untuk mengadakan pertemuan maya dengan siswa minimal satu kali setiap pekan. Ia juga akan meminta orangtua siswa agar menyiapkan perangkat dan kuota internet untuk proses pembelajaran virtual.
”Hari ini kami masih menyusun jadwal. Untuk hari Senin pagi misalnya, pertemuan dengan Zoom atau Google Classroom bisa dilakukan di kelas IA. Setelah itu kelas IB. Siangnya giliran kelas IC. Kami punya 24 kelas. Semester lalu kami belum seperti ini,” ujarnya.
Kirim video pembelajaran
Guru Agama SMP Negeri 101 Jakarta Luqman Hakim, Senin pagi, juga mengikuti rapat virtual dengan kepala sekolah dan guru-guru lainnya. Dalam rapat, kepala sekolah meminta guru mengembangkan pola PJJ yang berbeda dengan PJJ pada semester ganjil.
Salah satunya, guru dituntut untuk mengirim video pembelajaran kepada siswa sebelum memberikan tugas. ”Jadi guru seolah-olah mengajar dan direkam video. Idealnya tidak lebih dari 20 menit agar tidak menghabiskan kuota internet siswa saat siswa mengunduh materi ini,” ungkap Luqman.
Metode ini bukan menjadi hal yang asing bagi Luqman. Pada semester ganjil lalu, dia kerap mempraktikkan metode ini. Biasanya, ada satu video pembelajaran yang dibagikan ke siswa saban pekan. Semua kelas yang dia ajar menerima materi yang sama secara bergantian.
”Sebenarnya ada cara lain yang juga biasa saya lakukan, yaitu menjelaskan materi, yaitu pakai pesan suara di Whatsapp. Lebih mudah dan tidak menghabiskan banyak kuota internet,” kata Luqman yang juga Wakil Kepala SMP Negeri 101 Bidang Kesiswaan.
Menurut Luqman, metode PJJ dengan video pembelajaran menjadi momentum untuk meyakinkan orangtua siswa tentang kualitas guru. Dari video tersebut, orangtua akan melihat cara guru menyampaikan materi kepada anaknya
”Orangtua bakal yakin dengan guru kalau cara guru mengajar juga baik. Orangtua akan tenang mempercayakan anaknya kepada kita,” ujarnya.
Bahkan, menurut Luqman, metode tersebut masih dapat digunakan dalam pembelajaran tatap muka. Bedanya, materi bisa disampaikan dengan durasi yang lebih panjang. Jika hal ini diterapkan, semua siswa akan mendapatkan materi yang seragam dari satu guru. Pola ini juga menjadi solusi atas kasus guru kehabisan tenaga saat mengajar pada jam terakhir.
”Dulu kalau saya mengajar di jam pertama kan menggebu-gebu. Pas jam terakhir rasanya berat. Kalau dengan video pembelajaran, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Kita tinggal putar video, setelah itu adakan diskusi dengan siswa,” katanya.
Dukung perbaikan sistem
Mira (35), orangtua dari Reza (10), siswa kelas IV SD Negeri 01 Bendungan Hilir, mengaku siap jika pihak sekolah akan melakukan pertemuan maya satu pekan sekali. Terlebih jika pemerintah masih memberikan bantuan kuota internet untuk para siswa sekolah.
”Asal jangan sering-sering sih enggak masalah ya. Tapi tadi belum dikasih tahu rencana ini sama guru,” ungkapnya.
Di hari pertama PJJ semester genap ini, menurut Mira, tidak ada hal yang spesial. Putranya masih tetap menjalani rutinitas PJJ seperti halnya semester I, yakni melakukan presensi dan menerima tugas dari guru.
”Masih sama sih. Hari ini si Reza dapat tugas untuk menulis kegiatannya selama libur Natal dan Tahun Baru kemarin,” katanya.
Sementara itu, Ade Surya Akbar (14), siswa kelas I SMP Negeri 40 Jakarta hanya melakukan presensi secara virtual di hari pertama PJJ. Setelah itu, dia diantar oleh kakaknya, Indri (25), untuk menukarkan buku paket semester ganjil dengan buku paket semester genap ke sekolah.
Indri berharap, pada PJJ semester genap ini, sekolah tidak lagi memberondong adiknya dengan tugas-tugas setiap hari. Dia yang setiap hari mendampingi Ade mengaku keteteran membantu adiknya dalam mengerjakan tugas.
”Kurang efektif karena dia diminta baca-baca buku sendiri. Zoom juga jarang-jarang,” jelasnya.