Jangan Paksa Anak Belajar, tetapi Tumbuhkan Kesadarannya
Pandemi Covid-19 memaksa anak-anak harus belajar dari rumah. Peran orangtua pun sangat krusial untuk mendampingi mereka. Lantas, apa yang perlu diperhatikan oleh para orangtua?
Pandemi Covid-19 memaksa anak-anak harus belajar dari rumah. Peran orangtua pun sangat krusial untuk mendampingi mereka. Lantas, apa yang perlu diperhatikan oleh para orangtua?
Ria Oktorina (36), aparatur sipil negara (ASN) asal Padang, Sumatera Barat, memiliki cara khusus saat mendampingi putranya, M Bariq Ziaulhaq (8), ketika belajar dari rumah. Ia tak pernah memaksa anaknya belajar. Namun, kesadaran anak berusaha ditumbuhkannya.
Ia mengajak Bariq membuat kesepakatan bersama untuk menyusun jadwal kegiatan harian. ”Jadwal ini adalah kesepakatan, bukan aturan. Anak diajak berpendapat dan mempertanggungjawabkannya,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Kamis pekan lalu.
Baca juga: Lindungi Anak-anak Kita
Saat fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB), siswa kelas III SD Islam Nibras, Padang, itu sepakat untuk bangun dan shalat Subuh setiap pukul 06.00. Kemudian, pada pukul 09.00-11.03, ia mulai belajar dari modul yang sudah diberikan guru. Pukul 11.04-14.00 adalah waktu bagi Bariq untuk beristirahat, shalat Dzuhur, dan makan siang.
Aktivitas harian berakhir pukul 21.30. ”Jam belajar pukul 08.00-11.03 ditulisnya sendiri. Dia benar-benar berhenti pada pukul 11.03,” kata Ria.
Selain terbukti menumbuhkan kesadaran belajar Bariq, kesepakatan tersebut mampu mengurangi rasa bosan selama pandemi Covid-19. ”Dia banyak gerak sehingga bosan kalau kelamaan duduk. Jadi, saya juga biarkan dia main-main sebentar,” ujar Ria.
Baca juga: Beri Ruang untuk Anak Menyampaikan Aspirasi
Rasa bosan Bariq dipicu oleh hal yang berbeda-beda. Tugas Ria adalah mencari tahu penyebab kebosanan tersebut. Misalnya, Bariq bosan saat rindu berkumpul bersama teman-temannya. Jika hal itu yang terjadi, Ria langsung menyambungkan Bariq dengan beberapa temannya lewat sambungan video.
Interaksi yang intensif tersebut lama-kelamaan membuat Ria mampu mengenali gaya belajar sang anak. Ia baru menyadari Bariq adalah tipe anak yang suka belajar sambil berdiskusi. Setiap ada sesuatu yang tak diketahuinya, ia langsung bertanya.
Dari situ, Ria bisa mempersiapkan diri. Saat sang anak belajar, ia harus siap menjawab pertanyaannya. ”Dulu gurunya bilang Bariq sering ngobrol saat belajar. Guru memang tak bisa selalu menanggapinya karena harus mengurusi siswa lain,” ujarnya.
Baca juga: Anak Korban Kekerasan Cari Sandaran di Media Sosial
Ria tak memungkiri sering kali merasa marah dan capek saat mendampingi anak belajar. Hal itu terjadi karena dirinya kurang tidur, kurang istirahat, atau ada pekerjaan yang belum selesai. Maka, ia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya sebelum mendampingi sang anak belajar. Cara lain, ia berbagi tugas dengan suami sembari menenangkan diri.
Menurut Manajer Program Keluarga Kita, Siti Nur Andini, sebelum mendampingi anak belajar di rumah, orangtua perlu mengenali kebiasaan belajar sang anak. Adapun kebiasaan belajar amat dipengaruhi sifat bawaan anak itu. Sifat bawaan bisa dibedakan berdasarkan level aktivitas, sensitivitas, keteraturan, adaptasi, ketekunan, suasana hati, intensitas, pendekatan atau penolakan, serta distraksi dari sang anak.
Pada level distraksi, misalnya, ada anak yang lebih bersemangat belajar pada malam hari ketimbang pagi atau sore hari. Anak merasa lebih tenang dan fokus pada waktu tersebut.
Keteraturan juga menjadi hal penting bagi anak dalam menyusun jadwal belajar. Namun, setiap anak memiliki level keteraturan berbeda-beda. Maka, orangtua harus menyusun strategi agar rutinitas belajar anak berjalan baik.
Dalam menyusun jadwal belajar, penting bagi orangtua untuk memperhatikan rentang konsentrasi anak berdasarkan usianya. Orangtua harus bisa mengetahui kapan menghentikan kegiatan belajar anak agar tidak bosan dan lelah.
Anak usia 6 tahun memiliki rentang konsentrasi 12-18 menit. Anak usia 10 tahun mempunyai rentang konsentrasi 20-30 menit. Adapun rentang konsentrasi anak 14 tahun adalah 28-42 menit. ”Tidak bisa memaksa anak harus belajar tanpa henti dua jam,” ujar Andini.
Orangtua juga perlu memahami tujuan pembelajaran di setiap materi pelajaran. Hal itu penting dilakukan agar materi bisa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam materi pecahan di pelajaran Matematika, anak diajak belajar dengan melibatkan mainan mobil-mobilan miliknya.
Penting bagi orangtua untuk menumbuhkan sikap reflektif anak selama mendampinginya belajar.
Orangtua juga harus jujur. Jika tak memahami materi yang ditanyakan anak, orangtua harus mengakuinya. Lalu, ajak anak untuk mencari solusinya dengan mencari dari sumber bacaan atau bertanya kepada guru.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk menumbuhkan sikap reflektif anak selama mendampinginya belajar. Sikap reflektif tersebut akan menjadi bekal sang anak hingga dewasa nantinya.
Sikap reflektif bisa dirangsang dengan memberi umpan balik kepadanya setelah selesai belajar. Umpan balik itu harus fokus pada tujuan belajar dan spesifik dengan hasil belajar. Tak lupa, berikan tantangan dalam umpan balik ini agar anak meningkatkan capaiannya.
Istirahat mata
Dalam Panduan Ergonomi Belajar dari Rumah yang dikeluarkan Perhimpunan Ergonomi Indonesia, anak harus diberi porsi istirahat yang pas saat belajar daring. Apabila anak belajar dengan laptop, harus diterapkan pola istirahat 20-20-20. Pandangan mata harus dialihkan setiap 20 menit.
”Itu adalah aturan umum penggunaan komputer. Setiap 20 menit, alihkan pandangan ke obyek berwarna hijau berjarak 20 kaki,” ujar Ketua Perhimpunan Ergonomi Indonesia Yassierli.
Selain itu, Yassierli menyarankan agar anak beristirahat 15 menit setelah 2 jam di depan laptop. Posisi duduk dan pengaturan laptop bagi anak juga penting untuk diperhatikan. Posisi duduk setidaknya harus selalu tegak. Pastikan juga posisi kursi dan meja tak terlalu tinggi.
Selain itu, belajar tak harus dilakukan dengan duduk di kursi dan laptop di atas meja. Bisa divariasikan dengan anak duduk di lantai atau sofa sambil memangku laptop. Namun, hal ini dilakukan 30 menit saja.
Tak lupa, gunakan bantalan atau sandaran punggung untuk mempertahankan posisi tetap tegak. Hindari mengoperasikan laptop sambil berbaring.
Posisi belajar yang tidak ergonomis akan mengakibatkan tubuh cepat pegal dan lelah sehingga cenderung kurang produktif. Dalam jangka panjang, hal itu bisa menyebabkan gangguan nyeri punggung bawah atau sakit pada pergelangan tangan.