Anak-anak rentan terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, mereka mesti diberi ruang dalam menyampaikan aspirasi terkait dengan hak-hak mereka sebagai anak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak-anak rentan terhadap penularan dan dampak Covid-19. Peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli di tengah situasi pandemi menjadi momentum bagi anak-anak untuk menyampaikan aspirasi, kegelisahan, dan semangatnya secara langsung kepada publik.
Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Nahar mengatakan, adanya pandemi Covid-19 membuat perayaan Hari Anak Nasional yang melibatkan anak-anak dari seluruh Indonesia akan diselenggarakan secara virtual atau daring.
Meski diselenggarakan secara daring, format acara tetap dirancang khusus agar anak tetap berkreasi dan menyampaikan pandangannya. Perayaan ini juga bertujuan agar sejumlah pihak dan masyarakat luas menyadari dan memahami persoalan yang dihadapi anak-anak, khususnya di masa pandemi.
”Pada 23 Juli kami ingin mengoptimalkan peran anak dalam sebuah acara selama satu hari penuh. Jadi, mereka bisa mengambil alih peran orang dewasa, tetapi dengan gaya anak-anak,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (20/7/2020).
Nahar menjelaskan, pihaknya menyiapkan ruang pertemuan daring dengan kapasitas 750 orang. Selain itu, siaran langsung melalui saluran di provider tertentu juga disiapkan sehingga diharapkan banyak anak mengikuti acara dengan baik.
Menurut Nahar, ada empat pihak yang terlibat dalam peringatan Hari Anak Nasional, yakni anak, keluarga, masyarakat dari dunia usaha atau media, serta pemerintah daerah dan pusat. Empat pihak tersebut dilibatkan agar pemenuhan hak anak tersampaikan dengan baik.
”Ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu hak sipil, pengasuhan keluarga, kesehatan, dan pendidikan anak. Jadi, jika anak-anak menghadapi persoalan, kita sudah siap dengan berbagai layanannya,” ucapnya.
Staf Perlindungan Anak Unicef Indonesia, Derry Fahrizal Ulum, mengatakan, situasi pandemi Covid-19 mengganggu proses pendidikan dan memaksa anak untuk belajar dan bermain dari rumah. Kondisi itu membuat perayaan Hari Anak Nasional yang identik dengan aktivitas di luar ruangan atau di tempat tertentu, kini penyelenggaraan berubah menjadi di rumah.
Meski demikian, Derry menilai, peringatan Hari Anak Nasional secara daring yang diselenggarakan di rumah juga akan membuat sejumlah pihak ikut terlibat dalam perayaan tersebut. Hal ini membuat perayaan tidak hanya melibatkan anak, tetapi juga keluarga atau pengasuh yang berada di rumah.
”Mereka yang tidak punya akses internet kami upayakan bisa mengakses melalui media televisi atau radio. Jika dalam satu komunitas ada televisi juga bisa menonton acara tersebut bersama-sama, tetapi dengan catatan tetap menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Surat untuk Presiden
Dalam menyambut Hari Anak Nasional, Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) juga mendampingi 170 perwakilan anak dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) untuk menulis surat. Surat tersebut ditujukan untuk Presiden, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta pemerintah daerah setempat.
Ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu hak sipil, pengasuhan keluarga, kesehatan, dan pendidikan anak.
Manajer Advokasi Wahana Visi Indonesia Junito Drias melalui siaran pers mengatakan, surat itu berisi curahan hati anak-anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari selama pandemi Covid-19. Lewat surat ini, anak-anak di daerah 3T mengungkapkan kesulitannya untuk belajar karena ketiadaan gawai dan sinyal internet. Bahkan, di beberapa lokasi tempat mereka tinggal belum ada listrik.
Pada momentum Hari Anak Nasional, Drias berharap pemerintah dapat lebih memahami kebutuhan anak-anak, khususnya yang berada di daerah 3T. Ia juga berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan tepat agar bisa membantu anak untuk belajar dalam proses tumbuh kembangnya.
Penambahan kasus
Hingga Senin tercatat masih banyak penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyampaikan, 14.027 spesimen diperiksa hari ini sehingga total spesimen yang diuji, yakni 1.235.545 spesimen. Jumlah spesimen lebih sedikit dibanding hari-hari biasa karena banyak laboratorium libur akhir pekan lalu.
Dari pemeriksaan spesimen tersebut didapatkan kasus positif 1.693 orang sehingga total kasus 88.214 orang. DKI Jakarta menjadi daerah dengan penambahan kasus positif terbanyak yakni 361 orang. Disusul Jawa Tengah (354 orang), Jawa Timur (237 orang), Sulawesi Selatan (125), Gorontalo (105 orang), Sulawesi Utara (64 orang), dan Jawa Barat (60 orang).
Selain kasus positif, terdapat juga penambahan kasus sembuh yakni 1.576 orang dan meninggal 96 orang. Adapun total kasus sembuh mencapai 46.977 orang dan kasus meninggal 4.239 orang.
Yurianto menjelaskan, selama satu minggu terakhir, dari penelusuran rekam jejak pasien, penambahan kasus positif Covid-19 lebih banyak berasal dari aktivitas perkantoran. Salah satu yang menjadi fokus penyebaran ini adalah saat rapat atau pertemuan di ruang perkantoran.
Jika rapat di dalam ruangan terpaksa harus dilakukan, Yuri mengimbau agar ruangan itu memiliki sirkulasi udara yang cukup baik. Selain itu, pembatasan peserta rapat harus dilakukan agar protokol jaga jarak tetap dapat diterapkan.