Satu dari enam anggota tim pendaki gagal mencapai Uhuru. Gina Afriani terserang penyakit gunung dan hipotermia sekitar 600 meter sebelum puncak. Ia menggigil kedinginan, hampir kehilangan kesadaran, dan muntah-muntah.
Oleh
Ambrosius Harto Manumoyoso
·4 menit baca
Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri telah menyelesaikan lebih dari separuh misi menuju puncak Kilimanjaro yang merupakan gunung tertinggi di Afrika.
Pada tulisan terdahulu dikisahkan, rombongan tiba di pemondokan Horombo (3.721 meter) dan mendapat sambutan istimewa. Keesokannya, rombongan melakukan aklimatisasi untuk menyesuaikan dengan kondisi oksigen yang mulai menipis di ketinggian 4.000-an meter sebelum melanjutkan perjalanan segmen selanjutnya menuju pemondokan Kibo (4.714 meter).
Dari dataran tinggi berbatu dan berpasir itulah, tim akan mencoba menggapai puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter).
Kibo adalah pemondokan (hut) terakhir tempat menginap para pendaki Kilimanjaro dari jalur Desa Marangu. Dari dataran tinggi berbatu dan berpasir itulah, tim akan mencoba menggapai puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter).
Tim meninggalkan Horombo menuju pemondokan Kibo, Sabtu (31/7/2010) pagi. Kibo berjarak hampir 10 kilometer dari Horombo dengan waktu tempuh 6-7 jam. ”Apabila tanpa berhenti lama untuk makan siang, Kibo bisa dicapai lima jam,” kata Jawadi, satu dari lima pemandu pendakian tim.
Pendakian menuju Uhuru diperkirakan akan menghabiskan waktu 7-8 jam. Tim memulai pendakian dari Kibo pada pukul 03.15 WIB.
Kondisi medan di jalur pendakian berupa padang pasir dan berbatu. Dua langkah kaki menanjak, turun satu langkah. Bebatuan rentan runtuh akibat terinjak. Tingkat kecuraman jalur pendakian 45 derajat. Bahkan, di beberapa tempat, seperti menjelang Gilman’s Point (5.681 meter), jalur pendakian lebih curam.
Suhu udara pada saat keberangkatan tercatat minus 2 derajat celsius. Suhu bertambah dingin seiring bertambahnya ketinggian. Angin bertiup kencang sehingga udara terasa amat dingin.
Di Gilman’s Point hingga puncak Uhuru, suhu minus 7 derajat celsius. Tubuh tetap kedinginan meskipun sudah dibalut tiga lapis pakaian hangat, termasuk jaket dan celana tahan angin (windbraker) dan sarung tangan berbahan penghasil panas (thermal atau goretex).
Satu dari enam anggota tim pendaki gagal mencapai Uhuru. Gina Afriani terserang penyakit gunung dan hipotermia sekitar 600 meter sebelum Uhuru sehingga harus turun untuk pemulihan fisik ke Kibo.
Di ketinggian sekitar 5.700 meter, gadis kelahiran Sumedang 1988 ini ngedrop. Gina menggigil kedinginan, hampir kehilangan kesadaran, dan muntah-muntah. Suhu udara waktu itu minus 7 derajat celsius. Angin bertiup kencang.
Dalam kondisi ekstrem itu, untunglah tim dengan sigap merawat Gina yang saat itu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, ini agar tidak sampai kritis. Tubuh Gina dibalut dengan pakaian hangat tambahan, dipeluk, dan terkena sinar matahari.
Gina juga diberi air panas. Setelah sadar dan bisa berjalan, Gina terpaksa dibawa turun ke Kibo untuk pemulihan kondisi dengan ditemani Hendricus Mutter, pendaki senior Wanadri.
Gina sempat menolak turun karena ingin mencapai puncak Uhuru yang sudah dekat. ”Aku enggak mau turun,” katanya.
Namun, tim memutuskan Gina harus turun karena tidak ingin berisiko lebih tinggi mengingat kondisi cuaca tidak bisa diprediksi apakah membaik atau justru memburuk. Saat Gina dipapah turun oleh Hendricus, anggota tim lainnya meneruskan pendakian.
Akhirnya pada Minggu (1/8/2010), tepatnya pukul 12.50 WIB, Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri berhasil mengibarkan Merah Putih di puncak Kilimanjaro.
Anggota tim, Nurhuda, mengatakan, keberhasilan tim terasa tidak lengkap tanpa kehadiran Gina. ”Saya sampai susah melaporkan situasi ke Jakarta,” katanya kepada Kompas di puncak Uhuru.
Uhuru menjadi puncak kedua dari tujuh puncak tertinggi di tujuh benua yang berhasil dicapai tim. Puncak pertama ialah Ndugu-Ndugu atau Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Papua, mewakili benua Oceania-Australia, dicapai pada 18 April 2010.
Secara umum, 12 anggota tim sudah berhasil mendaki Kilimanjaro karena semuanya sudah melewati Gilman’s Point. ”Sampai Gilman’s Point sudah pasti mendapat sertifikat keberhasilan mendaki Kilimanjaro,” kata Augustino (64), salah satu pemandu pendakian tim.
Artinya, Gina juga sudah dianggap berhasil mendaki Kilimanjaro meskipun belum bisa mencapai Uhuru. Gina kembali ke Kibo bersama Hendricus. Demikian pula dengan tim yang turun ke Kibo setelah menyelesaikan pendakian. Di Kibo, tim beristirahat sekitar tiga jam dan turun lagi hingga pemondokan Horombo.
Di Horombo inilah Gina mengajukan diri untuk mencoba mendaki lagi ke Uhuru dan disetujui oleh tim. ”Saya juga ingin berhasil seperti teman-teman. Doakan saya,” kata Gina sebelum berangkat mendaki.
Senin pagi, Gina dan Hendricus mendaki ke puncak, tim bergerak turun menuju Marangu. Tepat pukul 10.15 WIB, Selasa (3/8/2010), gadis pendaki, Gina Afriani, berhasil mencapai puncak Kilimanjaro.
Iwan Abdurrahman (Abah Iwan), pendaki senior Wanadri, mengatakan, kegagalan dalam pendakian adalah hal yang biasa. ”Yang lebih penting adalah keselamatan. Mendaki tidak cuma sampai puncak tetapi pulang dengan selamat dan mendapat inspirasi dari alam untuk kehidupan yang lebih baik,” katanya.
Seorang pendaki asal Belanda mengaku gagal mencapai puncak akibat terserang penyakit gunung saat masih jauh di bawah tempat Gina ambruk. Padahal, Burns, begitu pendaki itu menyebut namanya, empat tahun lalu berhasil mencapai puncak Uhuru.
”Apa, teman Anda yang jatuh itu akan berangkat lagi? Hebat sekali, saya yakin dia berhasil,” katanya kepada kami di Horombo.