Zlatko Dalic, Tangan Dingin ”Lidah Api”
Tangan dingin Zlatko Dalic menjadikan sepak bola Kroasia dari negeri kecil di semenanjung Balkan sebagai kekuatan super yang menembus final Piala Dunia Rusia 2018 dan semifinal Piala Dunia Qatar 2022.
Kekalahan di semifinal Piala Dunia Qatar 2022 dari Argentina di Stadion Lusail, ibu kota Doha, Rabu (14/12/2022), tetap akan dikenang sebagai laga besar dalam sejarah sepak bola Kroasia, selain menjadi finalis Piala Dunia Rusia 2018.
Meski akhirnya kalah telak tiga gol tanpa balas dari Argentina, capaian hingga ke semifinal atau gagal mengulang prestasi empat tahun lalu sudah menjadi capaian hebat negeri pecahan Yugoslavia ini. Prestasi di Qatar menyamai debut setelah merdeka, yakni mencapai semifinal dan merebut urutan ketiga Piala Dunia Perancis 1998.
Prestasi cemerlang ”Vatreni” atau ”Lidah Api”, julukan Kroasia, di Rusia dan Qatar atau dua edisi Piala Dunia terakhir tak bisa dilepaskan dari pelatih Zlatko Dalic (56). Lelaki kelahiran Livno, kini bagian dari Bosnia-Herzegovina, inilah pemelihara nyala ambisi tim nasional. ”Berada di semifinal bersama empat tim terbaik Piala Dunia, saya kira sudah sukses luar biasa bagi sepak bola Kroasia,” kata Dalic, mantan gelandang bertahan.
Dia bahkan belum pernah membela tim nasional di era Yugoslavia sampai Kroasia. ”Meski kami ingin lebih, hasil berkata lain. Para pemain telah memperlihatkan kualitas terbaik dan karakter kuat,” kata Dalic.
Panglima sepak bola Kroasia ini mengingat kekalahan 2-4 dari Perancis di final Rusia 2018. Menjelang partai puncak itu, Dalic tak ingin para pemain tertekan ekspektasi amat tinggi seolah cuma ada opsi juara atau mati. ”Saya ingin menyampaikan pesan, kami datang ke sini (Rusia) untuk menikmati laga final,” katanya waktu itu.
Dalic yang menangani Kroasia sejak 7 Oktober 2017 ingin terus mengingatkan tim nasional mereka merupakan sekelompok pemain sepak bola dari negeri kecil di pesisir barat Laut Adriatic. Mayoritas pemain, termasuk gelandang dan kapten Luka Modric (37), merintis kegembiraan hidup dengan sepak bola dalam situasi konflik perang menuju kemerdekaan Kroasia.
Dalam dua edisi Piala Dunia saat Kroasia ditangani Dalic, tim nasional belum pernah memenangi laga di fase gugur secara waktu normal atau 2 x 45 menit. Di Rusia 2018, Kroasia menang lewat adu penalti, 3-2 (1-1), atas Denmark di perdelapan final, lalu menang adu penalti, 4-3 (2-2), di perempat final atas Rusia, dan menang 2-1 (1-0) atas Inggris di semifinal lewat babak tambahan.
Di Piala Dunia Qatar, Kroasia menang 3-1 (1-1) atas Jepang di perdelapan final dalam drama adu penalti. Di perempat final, Vatreni menjungkalkan tim terfavorit Brasil dengan skor 4-2 (1-1) juga lewat tos-tosan bola dari titik putih.
”Terlihat melelahkan harus melewati babak tambahan dan adu penalti di dua laga, tetapi kami tidak mendiskusikan kekalahan,” kata Dalic yang memulai karier profesional di HNK Hajduk Split pada 1983.
”Kami tetap kuat dengan energi dan antusiasme berlimpah serta tanpa keraguan. Kami akan terus memberikan yang terbaik seperti laga-laga sebelumnya,” ujar Dalic yang pensiun sebagai pemain di NK Varazdin pada 2000.
Kurun 2004-2010, Dalic merentang karier manajerial di Varazdin, Rijeka, Dinamo Tirana (Albania), dan Slaven Belupo. Dari Bumi Balkan, Dalic hijrah untuk memoles klub-klub Timur Tengah, yakni Al Faisaly dan Al-Hilal (Arab Saudi) serta Al-Ain (Uni Emirat Arab). Setelah itu, Dalic menerima panggilan negeri untuk mengobarkan prestasi Lidah Api.
Solidaritas tim
Dalic datang saat Kroasia sedang sakit karena pemecatan pelatih Ante Cacic. Dalic diragukan karena belum berpengalaman bermain apalagi menangani tim nasional. Prestasi sebagai pemain cuma Piala Yugoslavia 1984 bersama Hajduk Split. Prestasi sebagai pelatih juga biasa, yakni finalis Liga Champions Asia 2016 bersama Al-Ain. HNS atau Federasi Sepak Bola Kroasia benar-benar berjudi memilih Dalic. Namun, perjudian HNS dibalas dengan lompatan kemajuan tim nasional.
Masalah Kroasia dalam kurun Perancis 1998-Rusia 2018 yang terutama adalah soliditas tim. ”Sejak hari pertama melatih Kroasia, saya mengutamakan solidaritas dan kekompakan tim. Tanpa kedua hal itu, tim kami sudah lebih dahulu pulang dari Piala Dunia,” kata Dalic.
Kroasia diberi anugerah besar karena terus melahirkan sejumlah pemain bertalenta dan bernama besar di Eropa. Penyerang Davor Suker (45 gol) dan Mario Mandzukic (33 gol), misalnya, dua top scorer tim nasional yang telah pensiun. Di urutan ketiga ada sayap serang Ivan Perisic (33 gol dari 121 laga) yang masih berkontribusi di Qatar. Bahkan, Perisic juga memperkuat tim nasional voli pantai.
Baca juga:Modric dan Generasi Kroasia di Ambang Ketidakpastian
Nama besar lainnya ialah Modric (23 gol dari 160 laga) sebagai pemain paling banyak membela Kroasia. Sang maestro lini tengah yang memperkuat Real Madrid (La Liga Spanyol) berstatus pemain terbaik Piala Dunia Rusia 2018.
Dari 26 pemain yang dibawa, 6 pemain berasal dari kompetisi dalam negeri atau yang terbanyak. Empat pemain dari Dinamo Zagreb dan masing-masing satu pemain dari Hajduk Split dan Osijek.
Cara sederhana
Dalic menyatukan para pemain sebagai tim, tiada pahlawan tunggal. Dia menyatukan tim secara sederhana dengan menghargai suara para pemain. Sebagai pelatih, Dalic selalu meminta pendapat para pemain. Inilah yang membuat tim tidak tertekan sehingga bermain dalam kegembiraan, apa pun hasilnya.
Kekalahan di partai puncak Rusia 2018 dan semifinal Qatar 2022 adalah bagian dari kehidupan, kenyataan sepak bola. Tiada kenikmatan dalam sepak bola kecuali bermain dengan gembira dan memberikan segalanya untuk bangsa. Beragam komentar datang dari para pemain. ”Kroasia tidak akan sama tanpanya (Dalic),” kata Modric menyanjung sang pelatih.
”Pelatih membuatku bangga dan bahagia berada lagi di Piala Dunia untuk bersama-sama berusaha mewujudkan segala yang mungkin,” ujar Perisic.
Dalic telah mendampingi Kroasia di 64 laga dengan hasil 33 kemenangan, 18 imbang, dan 18 kekalahan. Persentase kemenangan memang kurang moncer, yakni 48 persen. Kroasia mencetak 111 gol dan kemasukan 85 gol.
Mayoritas pola permainan Kroasia era Dalic bertumpu pada formasi 4-3-3 menyerang. Cuma dalam tiga laga, Dalic mencoba formasi tiga bek dan seluruhnya laga persahabatan. Formasi 3-5-2 menyerang berakhir kalah 1-2 dari Tunisia, Juni 2019. Dua laga pada Maret 2020, formasi 3-5-2 berakhir imbang 1-1 dengan Slovenia, lalu 3-1-4-2 yang berakhir menang 2-1 atas Bulgaria. Setelah itu, Dalic kembali dengan formasi 4-2-3-1, tetapi kalah 0-3 dari Austria di Liga Nasional Eropa, Juni 2022.
Namun, itulah kekalahan terakhir yang diderita Kroasia sampai 11 laga kemudian di semifinal Piala Dunia menghadapi Argentina.
Di pesta bola Qatar, Kroasia memulai perjalanan dari penyisihan Grup F, yakni seri 0-0 dengan Maroko, menang 4-1 atas Kanada, dan seri 0-0 dengan Belgia. Kroasia maju ke fase gugur dengan status urutan kedua atau di bawah Maroko. Di fase gugur, mereka melumat Jepang dan Brasil meski harus lewat adu penalti. ”Kami berjuang sampai tetes terakhir keringat,” kata Dalic di laman resmi HNS. (AFP/REUTERS)
Baca juga: Kroasia Teperdaya Ilusi, Argentina Mendekati Mimpi
Zlatko Dalic
Lahir: Livno, Bosnia-Herzegovina, 26 Oktober 1966
Kewarganegaraan: Kroasia
Posisi saat bermain: Gelandang bertahan
Prestasi kepelatihan:
- Albania Super Cup 2008
- Saudi Crown Prince Cup 2013
- UEA President Cup 2014
- UEA Pro-League 2015
- UEA Super Cup 2015
- Runner-up Liga Champions Asia 2016
- Runner-up Piala Dunia Rusia 2018