Sujiyanto Menyulap Kubangan Tambang Jadi Air Budidaya Ikan di Batam
Lewat alat penyaring sederhana, Sujiyanto (39) mengubah kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan di Kota Batam. Dia ikut menyelesaikan masalah krisis ikan air tawar dengan ramah lingkungan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·6 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Sujiyanto (39) menunjukkan piala setelah meraih juara dua Teknologi Tepat Guna Unggulan tingkat nasional dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara XXIII, Kamis (20/10/2022), di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat . Warga Kota Batam, Kepulauan Riau, itu membuat alat penyaring yang dapat mengubah kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan.
Lewat alat penyaring sederhana, Sujiyanto (39) menyulap kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan di Kota Batam, Kepulauan Riau. Mantan sekuriti ini tidak hanya meraih prestasi, tetapi juga memecahkan masalah krisis ikan air tawar dengan ramah lingkungan.
Sujiyanto sibuk meladeni aneka pertanyaan pengunjung Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara dalam sebuah hotel di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (20/10/2022). Mereka penasaran dengan miniatur alat yang dapat menyaring kubangan bekas tambang bauksit menjadi air tawar.
Karya Sujiyanto itu berupa pipa tempat air kotor masuk, tiga tabung penyaring, serta tempat air keluar. Tabung pertama berisi pasir yang dapat memfilter partikel asing. Tabung selanjutnya mengandung karbon aktif dengan pori-pori sehingga dapat menyerap kontaminan dalam air.
Tabung ketiga berisi Maxorb dengan daya ikat tinggi untuk menyaring berbagai zat. Ukuran tabung itu tergantung saran kolam. Setelah melalui tiga tabung itu, air kubangan bekas tambang bauksit yang mengandung zat besi dan magnesium menjelma air tawar untuk budidaya ikan.
Potret alat penyaring karya Sujiyanto (39) yang dapat mengubah kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan di Kota Batam, Kepulauan Riau. Inovasi itu meraih juara dua Teknologi Tepat Guna Unggulan tingkat nasional dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara XXIII Tahun 2022.
Inovasi tamatan sekolah menengah kejuruan ini pun meraih juara dua Teknologi Tepat Guna Unggulan dalam Gelar TTGN XXIII 2022. Ajang kontestasi inovasi yang digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi itu juga didukung harian Kompas.
TTG merupakan teknologi yang sesuai kebutuhan masyarakat, sederhana, harga terjangkau, perawatan mudah, serta tidak merusak lingkungan. Alat penyaring Sujiyanto, misalnya, lahir karena minimnya pasokan ikan air tawar dan maraknya bekas tambang bauksit di Kota Batam.
Menurut dia, kebutuhan ikan air nila dan lele di Kota Batam masing-masing berkisar 600 kilogram (kg) serta 900 kg per hari. Dari jumlah itu, petambak memasok sekitar 40 persen dan 60 persen dari nelayan yang menjaring ikan di Waduk Duriangkang, sumber air baku warga.
“Selama ini, kebutuhan ikan air tawar juga dari luar pulau,” ucapnya. Minimnya ikan air tawar semakin menjadi pada 2020, ketika Pemkot Batam menutup akses nelayan ke waduk karena dinilai mengganggu kualitas air. Sekitar 1,19 juta warga Batam bergantung pada waduk itu.
“Harga ikan air tawar di Batam mahal. Ikan nila 1 kg isi 5 ekor saja bisa Rp 40.000. Kalau isi 2 ekor harganya Rp 60.000,” ujarnya. Padahal, harga setengah kg isi 4 ekor ikan itu di Cirebon hanya berkisar Rp 18.000. Budidaya ikan di kota itu juga terkendala kondisi tanah.
Konturnya umumnya berupa tanah merah, bebatuan, dan tidak sedikit yang mengandung bauksit. Hal ini berdampak pada penyerapan air hujan yang tidak maksimal. Kedalaman sumber air tanah pun bisa lebih dari 15 meter. “Yang hobi akuarium saja pakai air galon,” ucapnya sambil tertawa.
Sebenarnya, banyak air tersimpan dalam bekas tambang bauksit, termasuk di belakang rumah Sujiyanto di Kelurahan Tanjung Uncang. Akan tetapi, air kubangan itu tidak aman. Jangankan diminum, katanya, dipakai mandi dan memelihara ikan saja tidak bisa. Ia pun memutar otak.
Sekuriti pembelajar
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Sujiyanto (39) menunjukkan contoh alat penyaring yang dapat mengubah kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan, Kamis (20/10/2022), di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat . Karya warga Kota Batam, Kepulauan Riau, itu meraih juara dua Teknologi Tepat Guna Unggulan tingkat nasional dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara XXIII Tahun 2022.
Kebetulan, Sujiyanto sempat mengikuti pelatihan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait budidaya ikan dengan bioflok pada 2020. Sistem ini memanfaatkan mikroorganisme berupa probiotik yang bisa menjadi pakan tambahan sekaligus meminimalkan limbahnya.
Saat itu, ia bertugas sebagai sekuriti di Yayasan Ulil Albab Batam sekaligus penjaga kolam ikan hasil pelatihan. Dari titik inilah, Sujiyanto banyak belajar tentang budidaya ikan air tawar, termasuk bergabung dengan Komunitas Bioflok Indonesia. Ia juga mendalami penyaringan air.
Namun, ia tak bisa menelan mentah-mentah ilmu dari pelatihan itu. Sebab, kondisi di Batam berbeda dengan daerah lainnya. Sujiyanto pun ingin mengubah kubangan bekas tambang bauksit jadi air untuk budidaya ikan. Bersama beberapa rekannya, ia merancang alat penyaring tersebut.
Uji coba berlangsung enam bulan untuk memastikan bahan filternya. Pernah, satu kolamnya berisi bibit 4.000 ekor ikan lele senilai Rp 1,2 juta mati. “Saya enggak patah arang. Saya bikin dan pelajari lagi. Saya cari guru sampai ke Jakarta dan Kisaran (Sumatera Utara),” ucapnya.
Awal 2021, Sujiyanto menemukan formula penyaring air dengan harga sekitar Rp 600.000 per unit. Ia menyulap kubangan bekas tambang bauksit jadi air budidaya ikan dengan sistem bioflok. Ia mengklaim, cara itu dapat menekan tingkat kematian ikan nila hingga di bawah 1 persen.
“Awalnya, saya hanya punya 6 kolam ikan. Sekarang jadi 11 kolam. Nanti, mau bikin sampai 20 kolam,” ucapnya. Catatannya, dengan modal sekitar Rp 4,1 juta, hasil panen bibit 350 ekor ikan nila selama tiga bulan mencapai 150 kg. Pembudidaya bisa meraup untung lebih dari Rp 5 juta.
Bahkan, air hasil penyaringan itu sudah memenuhi sejumlah ketentuan berdasarkan Laboratorium Balai Perikanan Budidaya Laut Batam KKP, 29 Agustus 2022 lalu. Kandungan Nitrit, misalnya, tercatat 0,002 miligram per liter. Adapun kadar maksimumnya 3 mg per liter.
Hasil uji ikan nila di kolamnya secara acak juga tidak mengandung parasit. Tidak hanya memanfaatkan kubangan untuk budidaya ikan, ia juga menjadikan air filterisasi yang telah diendapkan sebagai bahan pupuk cair. Tanaman cabai dan jambu miliknya menikmatinya.
DOKUMENTASI SUJIYANTO
Potret alat penyaring karya Sujiyanto (39) yang dapat mengubah kubangan bekas tambang bauksit menjadi air untuk budidaya ikan di Kota Batam, Kepulauan Riau. Inovasi itu meraih juara dua Teknologi Tepat Guna Unggulan tingkat nasional dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara XXIII Tahun 2022.
Warga juga bisa memakai air hasil filter untuk mandi dan mencuci. Tidak heran, mahasiswa hingga pemerintah luar Batam berdatangan. “Kalau malam minggu, tempat saya penuh. Saya juga ngajar bioflok ke RT (rukun tetangga)-RT, gratis,” ucap pendiri Tunas Bioflok Indojaya ini.
Sedikitnya 13 warga dan satu perusahaan menerapkan sistem tersebut dengan total 60 kolam. Bahkan, saking praktis dan terjangkau, ada warga yang membangun kolam di dalam rumah. Sejumlah ibu-ibu setempat juga mengolah hasil budidaya jadi abon lele. Ada peluang ekonomi.
Baginya, kolam warga bukanlah saingan. Justru, ia ingin warga kota dapat membudidaya ikan untuk mencegah krisis ikan air tawar. “Bahkan, cita-cita saya, Batam nanti jadi keran ekspor ikan air tawar. Kata mentor saya, kebutuhan ikan di Turki saja bisa 6 ton per minggu,” ujarnya.
Bapak empat anak ini berharap, budidaya ikan jadi ujung jalan hidupnya yang tak mulus. Ia dan keluarganya merupakan transmigran asal Solo ke Lampung. Setamat SMK di Lampung tahun 2003, anak petani ini merantau ke Batam untuk jualan bakso keliling di perumahan.
Ia sempat bekerja di pabrik elektronik, galangan kapal, hingga satpam di pondok pesantren. Kini, ia seorang inovator. “Saya memaknai ini sebagai kerja keras saya dari dulu sampai sekarang. Dengan teknologi sederhana, saya dikenal dan ikut menjadi solusi dari masalah,” ujarnya.