Pemilu yang dilaksanakan di tengah masa sulit ini menjadi momentum bagi partai politik untuk kembali ke misi sucinya, yakni memajukan calon anggota parlemen dengan rekam jejak baik, kompeten, dan dicintai rakyat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Polemik tentang penundaan pemilu telah selesai. Berikutnya, bangsa ini hendaknya fokus untuk mempersiapkan Pemilu 2024 agar berjalan lebih berkualitas.
Wacana penundaan pemilu sudah ”tutup buku”, seiring penolakan luas masyarakat, khususnya elemen prodemokrasi. Presiden Joko Widodo pun, pekan ini, akan melantik anggota Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu 2022-2027. Setelah itu, DPR bersama anggota KPU dan Bawaslu yang baru akan membahas dan menetapkan anggaran pelaksanaan Pemilu 2024, yang nilainya berkisar Rp 76 triliun hingga Rp 86 triliun.
Di tengah kondisi perekonomian bangsa yang sedang sulit akibat pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir dan kini dihantam lagi kenaikan harga-harga bahan pangan dan energi di tingkat global sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina, anggaran Pemilu itu perlu dipastikan benar-benar bermanfaat untuk perbaikan negeri.
Pemilu yang berkualitaslah jawabannya, bukan pemilu regularitas belaka, terlebih pemilu yang hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan para elite yang mengandalkan politik uang, yang justru semakin membodohkan masyarakat, bukan mencerdaskan masyarakat.
Kualitas pemilu, paling tidak, dapat dilihat dari penyelenggaraan Pemilu yang baik. Hal itu tecermin dari penyelenggaraan pemilu yang independen, yang terbebas dari pengaruh kekuasaan ataupun kapital serta pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Ini tugas terberat dari KPU dan Bawaslu baru nanti.
Kesungguhan peserta pemilu, yaitu partai politik dalam melakukan penjaringan secara demokratis bakal calon presiden, bakal calon wakil presiden, maupun bakal calon anggota legislatif, juga sangat menentukan.
Pemilu yang dilaksanakan di tengah masa sulit ini boleh jadi menjadi momentum bagi partai politik untuk kembali ke misi sucinya. Saat ini, pasti tidak mudah bagi parpol untuk mendapatkan dana kampanye. Karena itu, memajukan calon-calon anggota parlemen yang memiliki rekam jejak baik, kompeten, dan dicintai rakyatlah, yang seharusnya diutamakan. Bukan sekadar populer atau banyak uang semata.
Parpol juga perlu memastikan calon presiden dan calon wakil presiden mendatang adalah calon yang benar-benar bisa menghadapi tantangan yang pasti sangat berubah dalam lima hingga 10 tahun mendatang. Calon presiden dan calon wakil presiden pun yang bisa menyatukan bangsa ini dan memimpin pemerintahan secara efektif di tengah persaingan global yang akan semakin ketat.
Namun, pada akhirnya, semuanya itu ditentukan oleh partisipasi pemilih. Kemampuan pemilih dalam menentukan pilihan secara penuh kesadaran dan bertanggung jawab, adalah kuncinya. Pemilih yang tidak mudah terbuai politik uang atau politik pecah belah, tetapi mampu menggunakan nalar dan hati nuraninya dalam memilih calon-calon terbaik dari yang tersedia, baik di eksekutif maupun legislatif.