logo Kompas.id
SastraKiai Makdum Datang Memburu...
Iklan

Kiai Makdum Datang Memburu Tuhan

Yang Diman tahu, Kiai Makdum pasti punya jalan keluar. Dengan suara sengaunya yang membikin orang mengernyitkan dahi dan menahan tawa, Diman mengajukan satu pertanyaan kepada Kiai Makdum: di manakah Tuhan berada.

Oleh
A. Rantojanti
· 9 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/KeY5dGXX76JcRuSMrgTVYfm5kIc=/1024x1200/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F13%2F8053db24-e429-4eb1-8dd2-aeb4e3861a1f_jpg.jpg

Pada hari yang tak disangka-sangka, Diman, seorang pemuda berperawakan kurus tinggi dengan dua gigi seri atas yang menonjol, mendatangi Kiai Makdum. Dengan suaranya yang sengau, Diman mengeluh kepada sang Kiai. Betapa Tuhan itu menyebalkan. Ia, pemuda itu, merasa diolok-olok Tuhan yang memberinya dua gigi seri atas yang menonjol dengan bibir sumbing. Selain membuat tampangnya begitu lucu bagi kebanyakan orang di Jatimaras, dua bagian tubuhnya itu membikin suaranya sengau. Orang-orang yang berbicara dengannya pasti akan menyunggingkan senyum geli bahkan menahan tawa, meskipun Diman sama sekali tidak melawak atau bertingkah lucu. Gigi seri, bibir sumbing, dan suara khasnya membuat Diman ditertawai sejadi-jadinya oleh seisi kampung, terutama anak-anak dan gadis-gadis yang ia goda ketika lewat. Maka jadilah Diman dijuluki Diman Sumbing.

Dengan senyum seorang sepuhnya yang khas, sang Kiai mengangguk-angguk tatkala mendengarkan Diman berbicara. Sebagai seorang pemuka agama yang disegani di Jatimaras, tentu Kiai Makdum sebisa mungkin berusaha mengendalikan sikapnya di depan Diman. Akan tetapi entah apa yang ada dalam pikirannya, Kiai Makdum terus-terusan menyunggingkan senyum. Barangkali senyumnya merupakan bentuk keramahan dan kebijaksanaan seorang sepuh? Atau barangkali pula Kiai Makdum juga tergelitik oleh suara sengau lawan bicaranya? Tak ada yang tahu. Diman sendiri tak ambil pusing. Yang Diman tahu, Kiai Makdum pasti punya jalan keluar. Dengan suara sengaunya yang membikin orang mengernyitkan dahi dan menahan tawa, Diman mengajukan satu pertanyaan kepada Kiai Makdum: di manakah Tuhan berada. Diman ingin betul bertatap muka dan menuntut pertanggungjawaban Tuhan yang telah memberinya gigi seri atas yang menonjol, bibir sumbing, dan suara sengau. Ia tidak ingin jadi bahan lelucon orang lagi.

Editor:
MARIA SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000